Ash

Menjadi bagian dalam pembuktian bahwa Islam adalah Rahmatan lil Alamin


9 Comments

Membuat SIM di Jepang

Bismillahirrahmanirrahim,

Saya akan berbagi pengalaman saya proses membuat SIM mobil di Jepang, khususnya di Ibaraki, beserta suka dukanya. Semoga pengalaman ini bisa menjadi referensi bagi kawan kawan sekalian yang sedang mempertimbangkan untuk membuat SIM disini, supaya tidak salah langkah dan menghabiskan banyak waktu di proses yang tidak perlu.

Seperti yang sudah kita ketahui, SIM adalah surat izin mengemudi kendaraan. Di Jepang ataupun Indonesia sama sama membutuhkan SIM untuk nyetir kendaraan. Untuk kendaraan mobil biasa, di Indonesia namanya SIM A, klo di Jepang disebutnya futsusha unten menkyousho 普通車運転免証 atau masuk ke kategori futsu isshu menkyou 普通一種免許. Adapun untuk motor, di Jepang terbagi 3 jenis yaitu motor dibawah 50 cc, 50-400cc, dan diatasnya. (Sebenarnya mobil dibagi ke banyak jenis juga sich, terutama untuk yang ukurannya besar seperti truk). Pada tulisan ini, saya hanya akan bahas SIM mobil, mobil biasa yang bisa mengangkut penumpang sampai 10 orang dan hanya untuk keperluan pribadi bukan bisnis travel atau mengemudi taksi (karena ini masuknya (普通二種免許).

Membuat SIM mobil di Jepang untuk orang Indonesia seperti kita ada 3 cara, yaitu jalur umum, jalur sekolah, dan jalur konversi. Saya hanya akan bahas sekilas saja tentang jalur sekolah karena saya tidak ikut, dan untuk jalur konversi serta jalur umum akan saya bahas lebih detail karena saya sudah mencoba keduanya.

1. Jalur Sekolah (自動車学校)

Jalur ini (jalur gakkou) adalah jalur paling favorit bagi warga Jepang. Hal ini karena melalui sekolah kita diajarkan segala hal teori dan praktek tentang mengemudi kendaraan dari nol. Setiap kali saya mengambil test tulis SIM, bagian peserta dari gakkou selalu ramai. Hitungan kasar saya adalah, dari 20 kolom tempat duduk untuk semua jenis SIM, dimana kolom untuk yang dari sekolah itu kolom 11-20, satu kolomnya bisa berisi 60 orang, yang mana kolom bagian sekolah selalu full sedangkan kolom SIM lain setengahnya pun gak terisi, maka sekitar 80% peserta ujian SIM adalah dari jalur Sekolah.

Kelebihan paling utama mengikuti jalur ini adalah kita diajarkan teori dan praktik mengemudi yang betul berdasarkan aturan Jepang. Kalau lewat jalur lain, kita harus luangkan waktu untuk belajar mandiri teorinya, yang mana bisa salah persepsi dibandingkan dengan pengalaman di Indonesia. Selain itu, kelebihan lainnya adalah ujian praktek mengemudi dilakukan di gakkou, bukan di menkyo senta. Jadi pengujinya adalah orang gakkou (mungkin pengujinya relatif tidak strict? Entahlah) dan jadwalnya relatif lebih flexible dibandingkan harus antri di menkyo senta. Di menkyo senta hanya ujian teori saja.

Menurut saya kekurangan dari jalur ini adalah kita harus menyiapkan uang yang banyak dan waktu yang tidak sedikit untuk balajar. Biaya sekolah berkisar ¥280,000 – ¥350,000. Biaya ini adalah biaya untuk belajar teori sekitar 28 modul (jam) dan praktek sekitar 30 jam. Adapun biaya lain seperti ujian SIM, tambahan jam latihan, dan biaya lainnya tidak termasuk. Dan yang sudah disebutkan barusan, kita butuh setidaknya 58 jam untuk belajar, dimana kalo kita bisa ambil jam di hari kerja, maka seluruh modul bisa selesai sekitar 1 bulan, tapi jika kita hanya bisa weekend, maka membutuhkan waktu sekitar 3 bulan untuk menyelesaikan seluruh programnya sampai dapat sim.

Berikut adalah contoh alur penjelasan membuat SIM apabila melalui sekolah: https://hitachinaka-ds.co.jp/guidance/g_02.html

Saya yang sudah punya pengalaman menyetir lebih dari 10 tahun, dan waktu itu cukup pede untuk bisa mengambil SIM dengan cepat lewat jalur lain, tidak rela klo harus mengeluarkan uang sebesar itu dan waktu belajar yang terlalu lama seperti itu, tapi.. cek aja tulisan saya dibawah ini nanti, hehe..

2. Jalur Konversi (外免切替)

Membuat SIM jalur konversi (jalur kirikae) adalah jalur favorit bagi orang asing karena lebih mudah, murah, dan cepat prosesnya. Hanya saja ada syarat dan ketentuan bagi kita yang ingin mengkonversi SIM Indonesia menjadi SIM jepang. Syarat dan ketentuan tersebut adalah sebagai berikut:

  1. SIM Indonesia kita saat melakukan proses konversi harus dalam keadaan aktif, dengan kata lain masa berlakunya belum habis.
  2. Umur SIM Indonesia kita lebih dari 3 bulan. Terkait ini, akan saya bahas lebih detail lagi dibawah nanti.
  3. Memiliki Juminhyo dan Zairyukaado, dengan kata lain visa izin tinggal di Jepang, tidak bisa turis.
  4. Membawa passport kita.
  5. Memiliki terjemahan SIM Indonesia dalam bahasa Jepang. Ini tidak bisa diterjemahkan sendiri, tapi bisa minta ke JAF dengan bayar ¥3,000.
  6. Dan syarat lainnya seperti pasfoto 2 lembar, formulir, dan uang pendaftaran dan ujian.
  7. Syarat tambahan bagi yang SIM nya pernah diperpanjang: Surat keterangan riwayat SIM dari kepolisian Indonesia dan dilegalisir KBRI (English, pakai translasi Japanese juga boleh).

Silahkan cek disini untuk lebih detail, bisa english juga: https://www.pref.ibaraki.jp/kenkei/a03_license/exam/gaimen.html

Untuk jalur konversi ini, kita hanya akan diminta ujian teori dengan menjawab 10 pertanyaan, dan harus betul >7 (saya lupa). Jadi ujuan teorinya sangat mudah untuk dihadapi. Hanya saja, ujian prakteknya cukup sulit, dimana kita harus bisa mengemudi kendaraan di arena ujian sesuai dengan cara mengemudi di Jepang, tidak bisa loh kita pakai kebiasaaan nyetir kita di Indonesia. Lulus ujian praktek ini, baru kita dapat SIM betulan di Jepang. Satu catatan untuk kita: Ketika mendaftar melalui proses ini, kita akan di wawancara saat mengumpulkan berkas. Disana mereka ingin tahu bagaimana cara kita belajar menyetir di Indonesia. Jadi, bagi anda anda sekalian yang bikin SIM di Indonesia pake nembak, plis jangan malu-maluin ketika menjawab proses wawancara ini.. wkwkwk.. Saya sich ikut les nyetir di Indonesia, jadi bisa menjawab wawancara ini dengan mudah.

Pengalaman saya mencoba mengubah SIM melalui jalur konversi ini sebenarnya kandas di tahap dokumen. Hal ini karena saya dianggap tidak memenuhi syarat umur SIM diatas, atau dengan kata lain saat SIM kita dibuat sampai saat kita melakukan proses konversi, total waktu kita berada di Indonesia harus lebih dari 3 bulan. (dalem hati, klo emang gak layak, ngapain lo pake wawancara segala..). Jadi begini terkait syarat nomor 2 diatas. Ada beberapa kemungkinan terkait status SIM kita:

  1. Anda buat SIM tanggal X di Indonesia dan menetap tidak keluar negeri sedikitpun. Kemudian mendarat di jepang pada >= X + 3 bulan 1 hari. Maka anda dianggap memenuhi syarat umur SIM 3 bulan.
  2. Anda buat SIM tanggal X di Indonesia. Anda melanglang buana ke luar negeri termasuk Jepang. Anda baru konversi SIM setelah tinggal di Jepang beberapa waktu lamanya. Maka umur SIM dihitung hanya ketika kita berada di Indonesia saja. Hal ini dibuktikan dari cap keluar masuk yang ada di passport kita. Mereka akan hitung ini dengan detail, tapi klo kita mau berbaik hati merangkum tanggal2 cap ini di satu lembar dokumen, maka akan sangat memudahkan mereka supaya cepat pengecekannya.
  3. Anda buat SIM pertama kali tanggal X. Kemudian SIM diperpanjang sebelum masa berlaku habis menjadi SIM baru yang dicetak di tanggal Y. Maka umur SIM anda dihitung dari tanggal X sampai anda keluar dari Indonesia masuk ke Jepang. Klo anda sudah sampai perpanjang SIM di Indonesia, biasanya sich anda sudah tinggal lebih dari 3 bulan, kecuali anda super sibuk yang kerjaannya keluar negeri terus.
  4. Anda buat SIM pertama kali tanggal X. Kemudian SIM habis masa berlaku dan anda bikin baru SIM di tanggal Y, dimana Y > X + 5 tahun. Maka umur SIM anda dihitung dari tanggal Y sampai anda keluar dari Indonesia masuk ke Jepang.

Bisa dipahami? Yup, saya kandas karena SIM saya berada di status nomor 4, dan tidak bisa diakui sebagai status nomor 3, yang mana umurnya jadi kurang dari 3 bulan..

Pangalaman saya bikin SIM lewat jalur kirikae

Jadi pertama kali saya coba kirikae itu tahun 2018. Saya daftar seperti biasa dari aplikasi sampai wawancara. Saat itu dia bilang, “SIM ini (SIM lama saya) bagaimana cara kami verifikasi bahwa ini kamu? ini nomor SIM nya juga berbeda. Kami tidak bisa pakai data SIM ini, jadi hanya dilihat dari SIM yang ini (SIM yang aktif)”. Walhasil, gagal lah status SIM nomor 3 karena SIM saya yang aktif baru bikin lagi ketika liburan ke Indonesia. Jadi, JAF hanya mau translate SIM kita yang masih AKTIF, bukan yang sudah habis masa berlaku, waktu minta translate ke JAF, saya bawa SIM saya semuanya soalnya.

Menunggu liburan lagi ke Indonesia tahun, akhirnya saya buat surat keterangan riwayat SIM ke Polsek Depok. Surat ini bisa didapatkan GRATIS klo jalur mintanya bener, wkwk. Di surat itu ditulislah tanggal saya buat SIM pertama kali beserta masa berlakunya. Kemudian ditulislah sampai SIM terbaru saya tanggal buat dan masa berlakunya. Dijelaskan bahwa SIM ini adalah orang yang sama. Sekian.

Tahun 2019 saya coba lagi kirikae dengan membawa dokumen tambahan, yaitu surat keterangan riwayat SIM, yang juga sudah dilengkapi dengan legalisir KBRI Tokyo. Saya daftar lagi dari aplikasi sampai wawancara. Kemudian mereka bilang begini, “Lho, kamu kan yang dulu sudah pernah daftar kan? kan kami sudah bilang kalo tidak bisa kirikae?”. Saya cukup terkesima karena sepertinya mereka punya database yang rapi. Tapi saya dengan pede menjawab, “Ya, saat itu kan anda bilang klo SIM saya tidak bisa diverifikasi. Ini saya bawa dokumen untuk memverifikasi bahwa kedua SIM yang nomornya beda ini adalah saya”. Setelah mereka lihat lihat dokumen riwayat SIM saya, yang mengejukan saya adalah mereka jawab begini, “Lho, ini kan kamu SIM nya mati di tanggal M, kemudian kamu buat lagi SIM di tanggal N (N > M), ini tidak bisa disebut perpanjang. Ini namanya SIM nya sudah mati, jadi kami tidak bisa lihat data di SIM ini, SIM ini tidak NYAMBUNG”. WHAATT? mulailah saya protes2 disini, katanya kemaren tidak bisa verifikasi, ini saya bawa dokumen untuk verifikasi, sekarang bilangnya karena tanggal. Jadi gimana harusnya? ini kan namanya sama, tanggal lahir sama, orangnya sama, kenapa jadi GAK BISA? Akhirnya si petugas ngomong ke petugas sebelahnya memastikan, dan datanglah dua petugas itu ke saya ngomong, dan mereka ngomongnya baik-baik sich. Mereka bilang lagi klo tanggalnya udah mati, jadi ini tidak bisa nyambung dengan SIM barunya. Terus dia bilang klo SIM baru saya umurnya baru 1 bulan. Jadi intinya adalah gak bisa. Mereka bilang, “これはルールだから”. Saya inget banget cerita cerita temen saya di Tokyo, klo salah-satu diantara mereka ada yang pernah SIM nya mati dan bikin surat riwayat SIM, tetep bisa kirikae (Tapi bukan di Ibaraki). Tadinya mau saya angkat cerita ini, tapi khawatir ini beneran aturannya kayak gitu, dan nanti malah jadi masalah buat temen saya, akhirnya saya simpan cerita ini..

Kesal dengan peristiwa ini, akhirnya saya pulang. (tapi gak pake drama banting2 kertas kok, wkwkw). Trus di lain waktu saya tanya ke temen saya yang waktu itu katanya bisa, saya tanya lagi beneran mati kan SIM nya? tanggalnya habis baru bikin baru lagi? dia bilang iya. Jadi saya menyimpulkan untuk sementara ini, klo rule di Ibaraki mereka perketat untuk orang asing, jadi gak diakui SIM lama kita klo tanggalnya sudah habis. Saya gak tau apa memang rule ini berlaku se-Jepang, atau memang ada petugas yang baik hati aja ignore masalah tanggal, atau saat itu petuganya salah lihat tanggal SIM temen saya aja.. Terserah aja lah gak mau terlalu ambil pusing ama hal ini, toh saya gak akan bisa bikin SIM diluar ibaraki selama tinggalnya di Ibaraki (kecuali ada alasan khusus yang tidak akan saya bahas disini).

Kandas dengan proses kirikae 2x, maka pilihan yang akhirnya mau saya coba selanjutnya adalah melalui jalur umum.

3. Jalur Umum (普通一種一般試験)

Nah ini adalah jalur normal buat SIM di Jepang. Biasa disebut sebagai 一発試験 (ippatsu shiken). Setelah kesel dengan proses bikin sebelumnya dan awalnya agak males mau buat SIM, tapi karena kehidupan mulai terasa repot bener gak pake mobil, akhirnya saya pertimbangkan bikin SIM lewat jalur umum ini. Jalur ini lebih sulit karena ujiannya dua kali, mesti cuti karena cuma bisa hari kerja, dan karena corona, ujian prakteknya kalau gagal harus booking dulu yang waktunya paling cepat 2 bulan kemudian, tapi secara keseluruhan biaya jauh lebih murah dibandingkan lewat jalur sekolah.

Alur proses membuat SIM dengan jalur umum adalah sebagai berikut:

  1. Siapkan persyaratan dan formulir aplikasi.
  2. Ujian teori 50 soal. 仮免許学科試験。
  3. Ujian praktek di arena nyetir. 仮免許技能試験。
  4. Dapat SIM sementara. 仮免許。
  5. Latihan nyetir di jalan raya dengan syarat tertentu.
  6. Ujian teori lagi 100 soal. 本学科試験。
  7. Ujian praktek di jalan raya. 本技能試験
  8. Ikut training emergency dan nyetir di jalan tol. 取得時講習。
  9. Dapat SIM betulan.

Bisa dibayangkan betapa panjang prosesnya klo bikin SIM dengan jalur umum. Sepinter pinternya kita, semahir-mahirnya kita menyetir dengan cara menyetir orang Jepang, semua proses ini gak akan bisa diselesaikan dalam waktu 1 hari. Padahal namanya ippatsu tapi 全然一発合格できるわけじゃない. wkwkw

Pertama kita siapkan seluruh dokumen yang diminta. Tidak banyak kok, cuma diminta pasfoto 2 lembar, juminhyo, zairyukaado, formulir aplikasi, dan biaya ¥2,900. Kemudian datang ke Menkyou Senta di hari senin, selasa, atau jumat pagi jam 08:30 ~ 10:00 (untuk Ibaraki). Kemudian hari itu juga kita ujian teori 50 soal. Satu soal nilainya 2 point, dimana kita harus betul 45 dari 50 soal ini, dan soalnya tricky, wkwkwk. Kalau ujian teori lulus, maka siangnya kita ujian praktek di arena, dan tambah bayar ¥1,450. Kalau ini lulus juga, maka kita akan dapat SIM sementara 仮免許, dana bayar ¥1,150 untuk biaya cetak. Setelah dapat SIM sementara, maka selesai proses nomor 1-4 di hari itu.

Selanjutnya yang perlu kita lakukan adalah proses nomor 5 yaitu latihan di jalan raya dengan syarat tertentu. Syarat tersebut adalah:

  1. Latihan sebanyak minimal 5 kali, dimana setiap kali latihan minimal 2 jam.
  2. Ketika latihan, harus ditemani orang yang sudah punya pengalaman (SIM Jepang) menyetir selama 3 tahun.
  3. Orang yang punya pengalaman itu SIM nya harus diatas SIM yang sedang kita daftar levelnya. Maksudnya adalah, kalau anda buat SIM manual, maka yang menemani anda harus orang yang sudah pengalaman SIM manual selama 3 tahun, tidak bisa orang yang SIM nya automatic.
  4. Ketika latihan, di mobil harus ditempel magnet, 仮免許練習中, depan belakang. Bisa dibeli di amazon.
  5. Syarat yang tidak kalah penting: Total latihan yang disebutkan di syarat nomor 1 ini, harus didapatkan dalam waktu kurang dari atau sama dengan 3 bulan di hari kita ikut ujian teori 100 soal atau ujian ulang praktek di jalan raya. (Saya akan jelaskan lebih detail nanti)

Persyaratan dokumen lebih lengkap dapat dilihat disini: https://www.pref.ibaraki.jp/kenkei/a03_license/exam/karimen.html

Selesai dengan proses nomor 5, maka kita ke tempat ujian lagi untuk ujian sebenarnya (本試験). Disini kita akan ujian teori 100 soal dan harus betul 90, lebih sulit lagi soalnya, wkwkwk.. Biaya ujian pagi hari adalah ¥2,550. Kalau kita lulus, maka siangnya kita akan ujian praktek di jalan raya. Biayanya adalah ¥800. Kalau ini lulus juga, maka selamat karena proses buat SIM yang paling memberatkan sudah selesai. Kita akan foto SIM disini dan bayar lagi ¥2,050 untuk biaya cetak. Hanya saja, kita baru selesai di proses nomor 7, kita masih harus ke proses nomor 8 yaitu ikut training di sekolah mengemudi mana saja. Training ini kita yang harus telpon dan booking sendiri seluruh prosesnya. Biayanya bervariasi tergantung tempat, kalo saya kemarin biayanya adalah ¥15,000. Setelah dapat sertifikat lulus training, maka kita bisa ambil SIM kita di kepolisian terdekat di kota kita. Yang perlu diketahui adalah, paling cepat kita baru bisa ambil SIM kita sekitar 2 minggu setelah lulus ujian praktek, di proses nomor 7 tadi. Ambil SIM gratis. Selesailah segala proses pembuatannya.

Pengalaman saya bikin SIM lewat ippatsu shiken

Pengalamannya saya sejujurnya sangat bermanfaat seperti obat tapi cukup pahit, bahkan klo boleh menyimpulkan, saya sarankan aja ikut gakkou daripada ippatsu shiken, wkwkwk. Secara singkat, proses saya buat SIM mencapai 1 tahun 5 bulan, dimana total uang yang saya keluarkan sekitar ¥120,000, dengan total cuti yang saya ambil untuk ujian, latihan nyetir, dll sekitar 19 hari. Walaupun capek waktu dan mental, setidaknya saya keluar biaya lebih murah dibandingkan ikut sekolah.

Kalo mesti diceritain semua kayaknya bakal kepanjangan, wkwkwk.. Pengalaman saya singkatnya adalah sebagai berikut:

  1. Proses ujian SIM sementara part 1 = 6 bulan (Teori 3x praktek 2x).
  2. Proses ujian SIM sementara part 2 = 3 bulan (Teori 2x praktek 2x).
  3. Dapat SIM sementara.
  4. Proses latihan di jalan raya = 1 bulan++.
  5. Proses ujian SIM betulan teori = 1 bulan. (Teori 3x).
  6. Proses ujian SIM betulan praktek = 5 bulan (Praktek 3x).
  7. Proses mencari tempat training = 1 bulan.
  8. Dapat SIM betulan.

Cerita detailnya adalah sebagai berikut:

Proses ujian SIM sementara part 1:

Awal mula saya daftar ujian adalah bulan Juni 2020. Disini saya ikut ujian teori 50 soal. Soalnya bahasa Inggris, karena saya gak pede sama kanji. Pengumuman lulus atau enggak di papan digital, udah kayak pengumuman pemenang lomba. Ada yang histeris bahagia, tidak sedikit juga yang mengeluh kesah karena tidak lulus. Sesuatu banget lah papan pengumuman ini. Ujian pertama saya dapat nilai 80, syarat lulus adalah 90 atau lebih. Gak terlalu kecewa sich karena namanya juga first try, malah ngerasa lebay amat sich orang Jepang gak lulus pake kecewa sedih gitu.. Minggu depan saya ujian lagi dan dapet nilai 88. Rasanya nyesek karena hampir lulus. Disini saya baru memahami perasaan mereka yang saya pikir lebay itu. memang nyesek sich.. Akhirnya minggu depan saya ujian lagi dan alhamdulillah lulus, tapi gak pake histeris sich, wkwk.. Masa berlaku status kelulusan ujian teori saya adalah sampai Desember 2020. Sampai bulan ini, saya harus lulus ujian praktek, kalau tidak maka statusnya hangus dan harus ujian teori 50 soal lagi dari awal. hahaha..

Kemudian saya ujian praktek yang pertama kali dan tidak lulus. Yaah, namanya juga first try ujian praktek, wajar lah.. Saya dapat banyak feedback dari pengujinya. Nah yang saya tidak menyangka adalah, karena sekarang sedang pandemi, akhirnya ujian praktek ulang itu sistemnya adalah booking. Wah, padahal dulu bisa dateng kapan aja asal sesuai jadwalnya (senin, selasa, atau jumat). Dan yang paling bikin nyesek adalah jadwal ujian selanjutnya paling cepet adalah September. What?? ini kan 3 bulan kemudian?? masa berlaku cuma sampe Desember, masa ujian praktek cuma 2x? gak adil banget dong.. Tapi ini shouganai banget karena pandemi, semua orang merasakan kesulitan yang sama.. Akhirnya saya bersabar saja.

Saya kemudian ke gakkou dan mendaftar program latihan menyetir di arena gakkou sebanyak 3 jam dengan biayanya adalah ¥ 22,000. Gapapa lah saya pikir karena memang “habit” menyetir ala Jepang harus dilatih pakai badan, tidak bisa pakai teori aja. Saya manfaatkan waktu ini untuk memperlancar prosedur belok yang pake nengok2 kiri/kanan super lengkap itu, dan habit habit lainnya (terkait ini akan saya bahas nanti di bawah). Saya juga belajar cara menghindari obstacle, yang mana ini akan jadi perdebatan saya nanti dengan Bapak penguji, wkwkwk.. Di akhir latihan, pelatih saya bilang, “kamu sudah lancar, saya rasa sudah tidak ada masalah lagi, semoga lulus ujiannya”.

Kebetulan sebelum September, saya ke menkyo senta lagi dan minta ganti jadwal dan dapet pengganti Oktober, karena September anak saya mau lahir, udah gitu ada banyak kerjaan dan shuccho. Akhirnya Oktober ujian lagi yang kedua dan gagal lagi. Agak kesel sedikit sich karena kata pengujinya, cara saya menghindari obstacle itu telalu jauh. dia bahkan bilang “日本人はこんなよけかたはないよ”. F#####. (dalam hati saya, gak ada gimana, orang saya latihannya di gakkou sama orang Jepang.. Plis dech) Saat itu saya cuma haik haik aja karena memang ada kesalahan lainnya. (Tenang, saya debat ama Bapak penguji itu di ujian ketiga, bukan disini, wkwkwk). Sempat merenung sich, perasaan kemaren latihan di gakkou dibilangnya udah lancar, kenapa pas ujian ama penguji ada aja yang kurang? Yasudahlah. Pas minta jadwal ujian selanjutnya, jadwalnya udah penuh dan cuma ada di Januari. Whaat?? Artinya saya harus ngulang lagi dari ujian teori dong? aaaaa..

Secara logika, di bulan oktober saya gagal, ya minggu depannya saya datang lagi aja ke tempat ujian minta ujian teori dari awal. Toh gak akan bisa ujian praktek di Januari, dan harus ulang dari teori juga, yaudah secepatnya aja saya ujian lagi. Tapi sayang sekali saudara-saudara, logika orang Jepang memang kadang gak masuk otak saya juga, kata mereka begini “Lho, kamu kan masih punya masa berlaku ini sampai Desember, jadi kamu gak bisa ikut ujian sekarang, hanya boleh setelah Desember ini”. “EEE nande??” “Iya dakara, 12 gatsu made mada yuukou dakara”. WHAT?? jawabannya atarimae banget, kayak kalimat lengkap bahasa Indonesia: Tanya: Apakah anda sudah makan? Jawab: Belum, saya belum makan. Zzzz. Pulang pulang otak saya rada nge-lag. berusaha mencari hikmah dari kehidupan ini. Akhirnya saya temukan alasan untuk berbaik sangka ke mereka, mungkin karena pandemi, mereka gak ingin terlalu banyak peserta ujian, jadi sebisa mungkin mengurangi jumlah peserta ujian pakai cara apapun. Huff.. Mencari2 alasan kadang penting untuk menenangkan hati kita akan absurdnya jalan pikiran orang Jepang ini.

Proses ujian SIM sementara part 2:

Ulang lagi dari ujian teori 50 soal di bulan Januari 2021, dan gak lulus nilai 88 nyesek, wkwkwk. Hajar lagi ujian di minggu selanjutnya akhirnya lulus. Siangnya ujian praktek di arena untuk yang ketiga kalinya. Di ujian kali ini, saya menghindari obstacle dengan cara sedekat dekatnya, mepet tapi gak nabrak. Saya pakai qiyas, klo mau belok kiri kan kita harus pepet jalan ke kiri, supaya tidak ada sepeda di belakang dan jalan sebelah kanan bisa dipakai mobil lain (kita tidak mengambil jalan terlalu banyak). Sayangnya ijtihad saya salah total disini.

Pengujinya bilang, “kamu terlalu mepet di obstacle ini, harusnya kamu jaga jarak dengan obstacle”. Mulai lelah karena salah melulu, akhirnya disini saya protes, “Kemaren saya ujian katanya telalu jauh saya menghidari obstacle ini, sekarang terlalu deket. Jadi seharusnya bagaimana?”, trus dia kaget, “Hah? terlalu jauh? terlalu deket kali, kamu salah denger?”. Saya jawab lagi, “Ie ie ie, tooi sugiru to iwareta yo”. Sempet gak percaya pengujinya lalu dia mulai jawab lagi dengan penjelasan teorinya. Begini katanya: “Obstacle ini, bisa kamu anggap mobil yang parkir. Jadi kamu harus kasih jarak karena ada kemungkinan dia buka pintu. Terus lewati secepatnya. Hoo… (dalem hati saya cuma bisa heran, di gakkou saya diajarkan untuk melewati dengan perlahan, sambil pastikan di sebelah kiri ketika melewati obstacle itu ada anak kecil gak takutnya tiba tiba lompat..). Pada akhirnya saya mengambil kesimpulan bahwa ujian ini bergantung penguji juga. Ada yang interpretasinya harus perlahan, ada yang dipercepat. At least keduanya sepakat bahwa jaga jarak, jangan terlalu dekat dan jangan terlalu jauh. Yasudahlah, untuk bisa lulus kan kita harus pake interpretasi penguji, bukan pake logika kita ataupun trainer di gakkou. Yasudah saya terima penjelasan dia dan akhirnya pulang.

Datang lagi di ujian selanjutnya. Disini saya lewati obstacle dengan jarak sedang, tapi saya gak mau terlalu cepat tapi gak terlalu lambat juga. Trus pengujinya ngomong gini, “ここは止まる必要はないよ”, lalu saya jawab, ”へえ止まるつもりはないよ”. wkwkwk. Di ujian ini saya udah bete, tapi saya tetep harus jaga composure gak boleh sampe gagal. Selesai ujian dan parkir dia bilang, “ini kamu kurang mepet parkirnya, harusnya deket di garis. “あ、そう”. Gak tau lagi saya mau ngomong apa, awas aja klo gagal lagi dengan alasan gak jelas. Tapi ternyata dia bilang, “goukaku desu.. Nagakatta desune..” HAH?? ngeselin banget komennya, wkwkw.. Tapi saya yang butuh SIM cuma bisa sou desune, arigatou gozaimashita..

Akhirnya saya dapat SIM sementara / kari menkyo dan masa berlakunya sampai September 2021. Seolah olah satu beban terlewati, tapi padahal justru Pace malah meningkat. Bagaimana tidak, dalam 6 bulan saya harus selesaikan latihan di jalan raya 5 hari, kemudian lulus ujian tulis 100 soal, dan ujian praktek di jalan raya yang entah kesalahan apa lagi yang bakal diangkat nanti. Trus, kalo ternyata masa berlaku kari menkyo habis gimana?? ya harus bikin lagi kari menkyonya dari awal? wkwkwk.. Hajar aja lah..

Proses ujian SIM betulan:

Sebelum ujian teori 100 soal, saya latihan dulu menyetir di jalan raya sebanyak 5 kali, dimana sekali latihan adalah 2 jam. Tidak mudah mencari orang yang bisa menemani karena syaratnya harus berumur 3 tahun SIM orang yang mendampinginya. Kebetulan saya ada banyak temen orang Indonesia disini yang umur SIM nya kurang dari 3 tahun, haha.. Akhirnya saya minta tolong temen di kantor saya orang Jepang. Dapatlah saya latihan 5 kali 2 jam = 10 jam. Ini pun saya harus cuti juga sesekali menyesuaikan dengan jadwal suaminya temen kantor saya ini. Satu catatan: saya udah telpon 3 gakkou di Mito, tapi mereka semua tidak punya program untuk latihan nyetir di Jalan raya, atau dengan kata lain, mereka tidak buat program macam ini karena hokennya sulit. Zannen.

Ambillah saya ujian teori 100 soal, nilai pertama adalah 80. Mayan untuk test pertama yang soalnya jauh lebih banyak. Coba lagi yang kedua kali, nilai 88, masih belum lulus. Akhirnya ujian yang ketiga baru saya lulus dan bisa ujian di jalan raya siangnya. Ujian praktek yang pertama ini saya ada banyak banget salahnya sich memang. Ya pas latihan 10 jam juga gak diajarin detail soalnya, karena temen saya orang Jepang yang nemenin juga gak terlalu inget ama teorinya harus gimana. At least, mereka punya feelingnya, jadi mengikuti feeling itu aja. Klo temen orang Indonesia yang nemenin, SIM nya dulu kirikae, jadi teorinya gak terlalu paham, wkwkwk. Yasudah saran2 dari penguji saya ingat baik baik supaya tidak gagal di ujian selanjutnya. Booking untuk ujian selanjutnya sekitar 2 bulan kemudian.

Ujian yang kedua kali mulai muncul konflik disini. Sebelum ujian, jam latihan nyetir saya yang 10 jam itu di cek lagi. Trus dia bilang, “Ini kamu nyetirnya yang tanggal ini sudah tidak diakui karena sudah lewat dari 3 bulan” HAH?? Aturan macam apa itu yang saya sampai luput?? lemes banget saya pas ditunjukin tulisannya ada di kertas peraturannya. Saya gak tau kenapa kok bisa sampe luput.. Akhirnya saya booking jadwal ujian selanjutnya sekitar 1.5 bulan, kemudian dikasih kertas yang untuk latihan 10 jam itu lagi, dan pulang dengan perasaan hampa sambil merenung, kenapa bisa luput sama aturan ini.. Setelah saya ingat2 lagi, akhirnya saya paham kenapa bisa sampai luput, ini karena ketika saya baca peraturan itu, saya dalam keadaan baru dapat kari menkyo, jadi saya pikir syarat harus latihan dalam 3 bulan itu adalah maksudnya setelah dapat kari menkyo, supaya cepet cepet. prosesnya, ternyata yang betul adalah: latihan harus dalam 3 bulan dihitung mundur dari hari kita ambil ujian lagi. Yang masih bikin kesel adalah, saya kan gak dikasi tau pas gagal ujian yang pertama, atau minimal dia ngasih kertas ujiannya lagi kek.. form aplikasi aja dibawa pulang lagi pas gagal, masa form latihan 10 jam gak sekalian dikasih atau diingetin sich.. (pokoknya pengen nyalahin mereka aja lah, wkwkwk). Jadi hati hati bagi anda yang berpikir latihan 10 jam itu cukup, kenyataannya di proses saya adalah tidak cukup. Secara total saya latihan 22 jam lho akhirnya..

Setelah melengkapi jam latihan lagi, akhirnya saya officially ujian praktek di jalan raya untuk yang kedua kalinya. Secara umum kesalahannya sudah berkurang dari yang pertama, tapi masih ada aja yang kurang. Kesalahan paling fatal sich, ketika mau belok agak serong kiri, saya sambil belok pelan gitu dan baru cek spion kiri dan lihat belakang. Kata pengujinya ini telat, pokoknya harus cek kiri dulu baru belok. Kebiasaan ini terbentuk karena selama latihan gak ada yang negur, wkwkwwk.. Trus kesalahan lainnya adalah setelah parkir mundur sebelum jalan maju lagi, saya gak cek ke belakang ada orang atau enggak. (dalem hati, ya ngapain cek, orang kita udah tau gak ada orang kok, wkwwkwk). Tapi gesture itu penting bro, buktikan klo kita memang anzen kakunin. Yasudah pokoknya ujian selanjutnya harus lulus, tekad saya.

Sayangnya takdir berbasa basi dulu ke saya. Waktu mau booking jadwal ujian selanjutnya, ternyata jadwalnya adalah setelah kari menkyo saya kadaluarsa. Eng Ing Eng… Sempet kepikiran mau ambil gakkou ajalah,wkwkwkwk.. Ternyata petuganya bilang, ini kamu bisa diperpanjang kari menkyonya, karena kan corona jadi jadwal ujiannya sedikit. Jadi bisa DIPERPANJANG 6 bulan kari menkyo saya, alhamdulillah.. Sampai point ini saya kayaknya lebih banyak bersyukur aja dech dari pada protes protes melulu bikin pusing sendiri..

Disini saya jadi paham, kenapa di kartu ujian saya dikasih 2 cap, 1: masa berlaku kari menkyo sampai September, 2: masa berlaku lulus ujian teori 100 soal sampai Oktober. Cap ini baru ada maknanya ketika kari menkyo saya bisa diperpanjang. Artinya, kalo saya gagal lagi ujian praktek selanjutnya, dan jadwal booking selanjutnya adalah setelah Oktober, maka saya harus ulang dari ujian teori 100 soal, dan tentunya jangan lupa latihan 10 jam harus dalam periode 3 bulan. Now it make senses. Tapi alhadulillah jadwal ujian saya selanjutnya adalah September akhir. Jadi saya kebayang, ini final shot sebelum saya harus mengulang ujian teori 100 soal. Jangan sampe dech..

Datanglah di ujian praktek ketiga. Pengujinya sama ama yang pas kedua. Pokoknya jangan sampe mengulangi kesalahan yang sama dech, pikir saya. Di jalan alhamdulillah lancar, dan semua kesalahan sebelumnya tidak saya ulangi. Selesai ujian dia cuma bilang, silahkan tunggu di ruang tunggu. EH? jadi lulus apa enggak? dijelasin bener salah gak ada? whaat.. tapi saya inget, jangan jangan ini tandanya lulus, jadi saya sabar2 aja dech jangan kebanyakan protes..Menunggu lah saya di ruang tunggu, sampe si peserta ujian yang terakhir selesai ujian. Ternyata beneran saya lulus.. Dia gak ngomong apa-apa, mungkin gak ikhlas kali yak ngelulusin saya? wkwkwk.. Ah sudahlah terserah aja.. Saya ikuti saja prosenya yaitu di foto dan cetak kartu. Tapi dia bilang, kita masih harus ikut training di gakkou yaitu training tentang emergency treatment dan nyetir di jalan tol. Nanti klo sudah training, kita bisa bawa sertifikatnya ke kantor polisi di kota kita untuk mengambil SIM kita.. Dikasih juga list gakkou se-Ibaraki untuk booking trainingnya. Ada 33 gakkou ternyata se-Ibaraki.

Semula saya pikir mudah mencari gakkou. Saya seleksi berdasarkan tanggal yang saya mau, lokasi deket dari eki, dan secepatnya. Sayang sekali mereka sudah full. Nelpon 2-3 gakkou tapi sudah full kelasnya masih OK, mulai telpon yang ke empat jadi ragu, ini kayaknya susah dapet jadwal dech.. Beneran susah lah.. Mulailah saya tidak picky memilih tempat, saya nelpon sampe 10 tempat tapi gak dapet juga, wkwkwkw… gawat ini, pas nelpon yang kesebelas baru dapet, wkwkwk…

Ikut training tentang emergency dan nyetir di jalan tol seharian. Detailnya nanti saya jelaskan dibawah. Dapat sertifikat. Akhirnya saya bawa sertifikat itu ke kantor polisi, dan akhirnya dapat SIM, alhamdulillah.. Segitu aja dulu dech, biar gak kepanjangan, hehehe..

Tentang Teori Mengemudi Mobil di Jepang

Ujian teori sangat tricky kalimatnya. Saya hanya akan bahas beberapa tips saja karena terlalu banyak klo mesti dijabarkan semuanya.

Saya akan coba jelaskan juga teori tentang emergency treatment.

to be continue

Tentang Praktek Mengemudi Mobil di Jepang

Ada beberapa catatan dan tips agar bisa lulus ujian ini.

Saya akan jelaskan juga tips mengemudi di jalan tol.

to be continue

Kesimpulan

Ada 3 jalur bikin SIM mobil di Jepang, tinggal kita mau pakai jalur apa disesuaikan dengan syarat-syarat yang kita punya. Paling enak adalah dengan jalur kirikae. Kalau anda tinggal di Ibaraki, saran saya ikut gakkou aja klo gak bisa kirikae, wkwk.. Kecuali anda bener2 gak terlalu buru2 butuh SIM, jadi bisa menikmati proses yang panjang nantinya. Klo perlu, sebelum pindah ke Ibaraki, bikin SIM dulu di tempat anda sebelumnya, barangkali lebih mudah prosesnya dibandingkan disini.

Semoga bermanfaat.


6 Comments

Applying Municipal Housing in Japan

Pengalaman mendaftar danchi di Jepang (tulisan dalam bahasa inggris).

Applying for Municipal Housing, City Housing, Danchi (団地), or Shiei juutaku (市営住宅), is quite a tough process in Japan. Not only they have a clear instruction and strict deadline, but also the applicants reached >4000 families for about 500 rooms. In this post, I would like to share my experience applying for municipal housing, especially in Kawasaki City, Kanagawa, Japan.

This article is written when I just got an announcement that my number is selected as one of the recipients, so I still haven’t moved yet to the new room. The reason for me applying danchi is simple: I need to move to a very cheap apartment because I don’t have anymore scholarship due to extending my study, and I also live with wife and daughter (baby), so (I think) I have a strong reason to apply this facility.

In Kawasaki city, all the information about municipal housing can be accessed from this website: http://www.kawasaki-jk.or.jp/

Actually, all the instruction is very clear, though it is written in Japanese. So, I will only explain the instruction shortly here. I have another interesting part to share from this experience, especially related to bairitsu (倍率), or in other words, the probability to be chosen as the recipient. I was waiting for the lottery results because I want to know the relationship between the probability to get the room with the applicant behavior for choosing the room. I have this dilemma when choosing the room, and I try to ask my friend and googling about this, but I did not get any information. Therefore, this article and the proposed suggestion is novel (maybe), hehehe..

How To Apply & Rules

The application is open twice a year, May and October. The date may vary, but usually at the end of May – early June / end of Oct – early Nov. The application can only be obtained at that time, as well as the information of the available rooms. The application form (one bundle envelope) can be taken at Kawasaki city housing corp, ward office, etc. The general rules are written as below:

  1. One applicant (family) is one application.
  2. One applicant can only choose one room.
  3. The applicant must be the residence of Kawasaki city or working in Kawasaki city for more than 1 year.
  4. The applicant income is 158,000 yen/month or lower. Or for special approval (特認): 214,000 yen/month or lower.
  5. If selected, the deposit money is 2-month rent.
  6. Even though the method is called lottery (抽選), but in reality, they consider our application form, family status, annual and monthly income, age, health, and any other condition.
  7. etc.

The flow of application can be described as follow:

  1. Fill the application form and submit it. For example, the period is 26 May ~ 9 June, or 21 Oct – 4 Nov. Deadline is strict. No need to attach any document, only fill the application form provided in the envelope.
  2. Based on the application form, if we qualified, then we will get a lottery number by post at the end of July / early Jan.
  3. The lottery (抽選) will be held at 7 August, or 17 Jan. It is not necessary to come.
  4. The result will be announced on the website at 8 August, or 18 Jan.
  5. The recipient will receive a letter of announcement around mid August, or mid Feb.
  6. Qualification screening at September / March. They will ask any document to prove our application status. If we fail to prove our status, then we might fail to enter the room.
  7. Briefing before staying at the house. Around October / April.
  8. Procedure for using the house. Pay for the deposit.
  9. Start living.

Probability (倍率)

Actually, the meaning of bairitsu is not probability, but the rate. However, the meaning is similar I think. When we apply danchi, we need to fill the form and choose only one room from a lot of choices. Each available room provided with the information about the room itself, size, rent, number of room, and the previous number of applicant (前回応募倍率). The bairitsu meaning is: the previous number of applicant divided by the number of previously available room. So, if last year, the available room is 2 and the number of applicants is 4, then the bairitsu becomes 2. etc. As I described before, the applicant is assessed not based on simple lottery, but also considering our status (income, family, age, health, etc). Since we don’t know the status of the other applicants, therefore, it is quite difficult to predict the probability to win the lottery. However, in this section, I would like to summarize the behavior of the Japanese people (or applicant) with regard to this probability. Let’s take several examples and see from the table below:

(Please click this post title to see the table in a wider view)

Apartment/ Room name # available room Distance from eki (minutes) Size (m2) Price (¥) Previous bairitsu (前回応募
倍率)
Current applicant (応募者数) Current bairitsu (今回応募
倍率)
一般世帯向 94         1490 15.9
Asada 1 bus: 18 41.6 17600-34700 27 7 7
Honchou 7 walk: 15 48.1 25000-49100 75 134 19.1
Nisshinmachi 1 walk: 15 69.3 35100-69000 169 135 135
Kawaramachi 10 walk: 15 42.2 17800-36600 9.9 92 9.2
Ogura higashi 2 bus: 20 61.6 29800-58500 7 11 5.5
Ogura dai1 1 bus: 15 56.3 24900-48800 3 1 1
Ogura dai2 1 bus: 15 58.7 26400-51900 2 1 1
Niko 1 walk: 10 44.9 22300-43800 22 4 4
Josakunobe 3 bus: 10 46.6 20300-44800 7 7 2.3
Josakunobe dai2 1 bus: 6 56.3 26600-52200 5 8 8
Sugou 1 bus: 10 50.6 22300-43900 3.5 2 2
Takayama 1 bus: 20 51.1 22600-44300 0.5 1 1
Arima dai3 6 walk: 10 44.4 20300-40000 8 18 3
Joufuta 1 walk: 15 63.3 32700-64200 0 8 8
若年世帯向 63         185 2.9
Honchou (3DK) 1 walk: 15 62.8 32700-64100 4 22 22
Honchou (2DK) 4 walk: 15 48.1 25000-49100 0 36 9
Kawaramachi 9 walk: 15 42.2 17800-36400 2.1 9 1
Sakado 1 bus: 5, walk: 20 60.9 27600-54100 4.5 5 5
Josakunobe 3 bus: 10 46.6 20300-44800 0 0 0
Josakunobe dai2 1 bus: 6 56.3 26600-52200 1 3 3
Nogawa higashi 4 bus: 21 65.8 31100-64600 9 3 0.8
Sugou 1 bus: 10 50.6 23100-45400 3 0 0
Arima dai3 5 walk: 10 44.4 20300-40000 6 0 0
Nakanojima tamagawa 6 bus: 7, walk: 15 58 28300-66500 3.2 3 0.5
世帯向(高齢・障害) 73         471 6.5
Asada 1 bus: 18 41.6 17600-34700 3 16 16
Honchou (2DK) 3 walk: 15 48.1 25000-49100 0 48 16
Nisshinmachi 1 walk: 15 69.3 35100-69000 100 27 27
Kawaramachi 3 walk: 15 42.2 17800-35200 13.7 20 6.7
Ogura dai1 1 bus: 15 56.3 24900-48800 1 12 12
Oomiyacho (2DK) 1 walk: 13 50.3 25500-50100 0 9 9
Shimonoge Tonoyama 1 bus: 15 66.7 31600-62100 22 7 7
Josakunobe 11 bus: 10 46.6 20300-46400 16 17 1.5
Washigamine nishi 3 bus: 30 44.4 19300-39300 1.7 3 1
Shukugawara higashi 5 walk: 10 63.2 32600-66100 28 27 5.4
単身者向 111         837 7.5
Nakanojima (新築) 24 walk: 10 32.9 17200-33700 0 264 11
Honchou (1DK) 12 walk: 15 33.6 17400-34300 13.3 340 28.3
Furuichiba 1 bus: 15 36 17700-34700 177 47 47
Takayama 5 bus: 20 32.1 13400-26300 10 1 0.2
Arima dai1 (EV nashi) 25 bus: 10 31.9 13200-26900 0.5 13 0.5
Arima dai2 13 bus: 7 32.1 13400-27400 0.9 10 0.8
Nogawa nishi 32 bus: 20 35.4 14900-29500 5 18 0.6
Nakanojima (1DK) 3 walk: 10 32.9 17100-33700 58 16 5.3
小家族向・単身者向 67         134 2
Shinsaku 2 bus: 7 36.3 14900-30300 1 14 7
Hisasue 15 bus: 25 36.3 14700-30000 0.1 2 0.1
Takayama (EV nashi) 10 bus: 20 36.3 15100-30800 0.5 6 0.6
Arima dai1 3 bus: 10 36.3 15000-30500 0.5 1 0.3
Arima dai2 16 bus: 7 36.3 15100-31000 0.4 15 0.9
シルバーハウジング
(単身者向)
33         623 18.9
Quint tanaka 2 bus: 5 32.1 16500-32500 24 86 43
Glory arc 1 bus: 15 30.7 14800-29100 78 22 22
Nisshinmachi 1 walk: 15 40.7 20600-40500 25 54 54
Furuichiba 1 bus: 15 34.8 17000-33500 84 42 42
Kugateriya 2 bus: 25 37.1 18100-35500 6.5 8 4
Nogawa higashi 3 bus: 21 39.9 19300-38000 5.7 42 14
Shukugawara higashi 3 walk: 10 38.3 19700-38800 41 34 11.3
Sanrafure yurigaoka 4 bus: 5 34.5 17500-34500 58 63 15.8
シルバーハウジング(世帯向) 14         124 8.9
Nisshinmachi 2 walk: 15 52.8 26800-52600 48 25 12.5
Furuichiba 2 bus: 15 44.5 21700-42800 13 19 9.5
Suenagasouda 1 bus: 5, walk:15 48.3 24900-48900 0 28 28
Nakanojima tamagawa 3 bus: 7, walk: 15 52.1 26000-51100 11 6 2
特別空家 19         67 3.5
Komukai (2DK) 1 bus: 10 51.9 25500-50100 12 5 5
Niko 1 walk: 10 44.9 22300-43800 0 1 1
Okamoto (1DK) 1 bus: 15 36 17700-34800 0 45 45
Takayama 1 bus: 20 32.1 13400-26300 9 0 0
Nogawa nishi 4 bus: 20 35.4 15000-29500 3 2 0.5

Surprisingly, the changing of bairitsu is not drastic even if the previous applicant is enormous. We can derive several conclusion from this year application:

  1. The number of the applicant in Kawasaki city is enormous. From 523 available room, the number of applicants is 4507 person.
  2. The number of elderly applicants is very high. This can be seen from the statistics of applicant and bairitsu for category: silver housing, tanshin, kourei, and general application.
  3. The change of bairitsu is not drastic. I was expecting that for very large bairitsu, people will be afraid to apply, then the bairitsu will decrease significantly. But that’s not the case; it tends to decrease but still large enough. It means that people who think this way (other people will avoid) is not small enough.
  4. Choosing a room with large number of availability is better than the fewer number.
  5. There are popular room and unpopular room. The popular room tends to increase in bairitsu, while unpopular room tends to almost constant. To know which room is popular, we need to see the previous (2 periods) availability and the bairitsu. 
  6. For a new building, the applicant is huge and bairitsu is larger.
  7. About 1.5% applicant has interest with tokubetsu akiya.
  8. Though I didn’t show the information about the availability of the elevator in the table, but if the building has elevator then the applicant tend to larger.
  9. Distance from the apartment to the station is somewhat not affecting much. Of course, closer from station have larger bairitsu, but farther from station doesn’t mean lower bairitsu.
  10. I still cannot derive any conclusion related to size and price. Some cases are related while other cases are not affecting the bairitsu.

Suggestion and Conclusion

After seeing the trends, I have several suggestions if you want to apply to danchi and you want to have a higher probability.

  1. Apply to a room which has a large number of availability. This usually decreases the bairitsu and increases the probability to be selected.
  2. Avoid room with large bairitsu and only available one room. Usually those rooms are favorite.
  3. If you are a small family which age less than 40, choose 若年世帯向 or 小家族向rather than 一般世帯向. We can see from the table that the average bairitsu is lower. Unless you have confidence and have a 優遇倍率 point large enough (already failed five years).
  4. If you are healthy enough, avoid apartment with elevator as they tend to have larger bairitsu.
  5. Older building has lower bairitsu than a new building.
  6. Pray.

Though I am not really sure how many percentages the people that really needed danchi is applying and the person who just try their luck applying there, I would suggest that you better applying there if you really needed it. Looking at the statistics, it is very clear that many of the applicants are old people (as we know the current characteristics of Japanese society). This can be seen from the number of the applicant in silver housing, tanshin, kourei, and general application. As for young people with small family can apply jakunen or kokazoku, and we can see that the number of applicants is not that much compared to the old people.

Hope this information useful.


13 Comments

Pengalaman Melahirkan di Jepang (Part 3)

Pengalaman Melahirkan di Jepang, Part 3
Dokumen yang perlu diurus pasca melahirkan

Pregnancy experiences in Japan, Part 3
Necessary document post-delivery
(English summary in bottom part)

Tulisan ini adalah kelanjutan dari tulisan pengalaman awal kehamilan sampai melahirkan di jepang Part 1 dan Part 2. Pada tulisan ini dibahas detail mengenai administrasi yang perlu diurus setelah melahirkan agar bayi kita bisa hidup di Jepang secara legal, dan tentunya mengurus dokumen-dokumen agar kita bisa mendapatkan fasilitas untuk biaya berobat bayi gratis, serta subsidi bulanan untuk bayi yang digunakan untuk mensupport kehidupan pasca melahirkan di Jepang.

Vector business concept in flat style - paper documents and workplace - contract management

*image credit to http://www.shutterstock.com

List Dokumen yang Perlu Diurus

Setelah selesai dengan ke-hectic-an urusan melahirkan di rumah sakit, maka urusan yang tidak kalah penting untuk diselesaikan adalah administrasi bayi pasca melahirkan di Jepang. Saya sempat googling2 mencari informasi, sempat bingung karena informasi lama dan agak berbeda, dan juga ada perubahan perubahan aturan yang ada, jadilah saya hanya bisa mengambil kesimpulan garis besar urusan2 yang perlu dilakukan. Untuk lebih pastinya, saya coba bertanya-tanya langsung di kantor kecamatan (Kuyakusho) tempat saya tinggal yaitu Miyamae-ku, Kawasaki-shi, Kanagawa-ken. Pada intinya, beberapa dokumen yang perlu diurus adalah:

  1. Lapor kelahiran (shussei todoke 出生届)
  2. Buat Asuransi kesehatan bayi (hoken 保険書)
  3. Daftar tunjangan biaya bulanan bayi (Jidouteate 児童手当)
  4. Buat kartu berobat bayi gratis (iryoushou 医療証)
  5. Selesaikan urusan tunjangan melahirkan (shussan ikuji ichijikin 出産育児一時金)

Empat urusan diatas (1-4) diatas dilakukan di kuyakusho dan selesai dalam satu hari. No 5 baru bisa diurus setelah dapat bon total terakhir dari rumah sakit. Selain lima dokumen diatas, tiga (3) dokumen lain yang tidak kalah penting dan diurus di kantor imigrasi jepang serta KBRI yaitu:

  1. Bikin Resident Card (VISA) bayi (Zairyuu kaado 在留カード) di kantor Imigrasi Jepang.
  2. Buat Surat Keterangan Lahir (SKL) di KBRI
  3. Buat Passport Bayi di KBRI.

Yang cukup menarik disini adalah, bikin zairyu card bayi bisa didahulukan dibandingkan mengurus passport bayi. Hal ini karena bayi yang baru lahir harus segera dilaporkan ke kantor imigrasi jepang dalam waktu 30 hari setelah kelahiran agar mendapatkan visa dan bisa tinggal secara legal di jepang. Selain itu, mengurus SKL membutuhkan 2 hari, ditambah passport sekitar seminggu. Agak mepet kalo harus urus passport dulu kemudian baru zairyu card, kecuali kita memang memiliki keluangan waktu mengurusnya secara serial. Detail administrasi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

 

  1. Lapor kelahiran (shussei todoke)

Lapor kelahiran, atau biasa dikenal dengan istilah shussei todoke (出生届), adalah prosedur melaporkan bahwa bayi kita telah lahir dan ingin didaftarkan pada kartu keluarga kita (juuminhyo). Dari pihak rumah sakit, kita akan mendapatkan sertifikat kelahiran (shussei shoumeisho出生証明書) yang kemudian sertifikat itu kita bawa ke kuyakusho untuk diproses lebih lanjut. Saat sampai di kuyakusho, bilang aja ke petugas disana klo kita mau lapor kelahiran bayi (shussei todoke) nanti mereka kasitau ke loket nomor berapa. Klo di miyamae kuyakusho, ke loket nomor 4. Kemudian minta juga juri shoumeisho karena dibutuhkan untuk persyaratan selanjutnya. Juri shoumeisho diberikan kepada kita based-on request dan bayar ¥300 perlembar (klo gak salah).

Dokumen yang perlu dibawa: Shussei shoumeisho, resident card dan hoken ortu, boshitecho.

Output dari sini adalah: Juri shomeisho (受理証明書), dan juuminhyou (住民票) yang update dengan nama bayi kita.

 

  1. Buat Asuransi kesehatan bayi (hoken / hokensho)

Sistem asuransi kesehatan di jepang bisa menggunakan asuransi dari pemerintah / national health insurance (kokumin kenkou hoken 国民健康保険) atau dari swasta. Untuk pelajar biasanya hoken pemerintah, klo orang yang kerja bisa pakai asuransi dari perusahaan. Manfaat membuat asuransi ini sangat besar karena biaya kesehatan di Jepang sangatlah mahal, dan ini juga adalah bentuk kepedulian pemerintah kepada warganya dalam hal kesehatan. Membuat asuransi ini sangat mudah prosesnya, cukup datang ke kuyakusho dan menunjukan bahwa kita (ortu) menggunakan hoken dari pemerintah maka anak kita juga akan terdaftar otomatis dalam hoken pemerintah. Di miyamae kuyakusho, buat hoken ini di loket no 4, barengan dengan shussei todoke.

Dokumen yang perlu dibawa: Shussei shoumeisho, resident card dan hoken ortu, boshitecho.

Output dari sini adalah: kartu asuransi (hokensho) atas nama anak kita.

 

  1. Daftar tunjangan biaya bulanan bayi (Jidouteate)

Pemerintah Jepang memang sangat serius dalam men-support warganya untuk melahirkan dan punya anak. Anak yang lahir ada rezekinya sendiri, dan ini di-implementasikan dalam bentuk tunjangan bulanan dari pemerintah kepada bayi. Besar tunjangannya klo gak salah bervariasi untuk setiap kota, tapi untuk Kawasaki besarnya adalah 15.000 yen/bulan. Klo di miyamae kuyakusho, daftarnya di loket nomor 5, sebelahnya shussei todoke. Disini yang sedikit unik adalah, sebelum kita bisa daftar tunjangan ini, kita harus menyelesaikan dulu urusan hoken dengan loket sebelah. Hal ini karena pendaftarannya perlu mencatat nomor hoken sang bayi. Tadinya saya mengurus semuanya parallel, tapi kata orangnya tidak bisa, sebaiknya tunggu dulu di antrian hoken, dan setelah selesai baru mengurus tunjangan dll. Untungnya hoken jadinya gak lama, mungkin menunggu antrian sekitar 30 menit.

Dokumen yang perlu dibawa: Resident card dan hoken ortu, buku tabungan ortu, hanko ortu, hoken anak.

Output dari sini adalah: telah terdaftar dalam tunjangan bulanan, dan brosur2 tentang jidoteate.

 

  1. Buat kartu berobat bayi gratis (iryousho)

Selain kartu asuransi diatas, biaya berobat bayi di Jepang itu semuanya GRATIS asalkan kita membuat iryousho. Luar biasa memang, seharusnya tidak ada lagi keraguan buat warga jepang untuk menikah dan punya anak, tapi masih saja problem social yang satu ini tidak terselesaikan di Jepang. Bayi sakit apapun, di rumah sakit manapun, asalkan bisa menunjukan iryousho ini, maka seluruh biaya pengobatannya menjadi NOL. Orang kuyakusho sempet bilang sich, ada beberapa rumah sakit yg belum menerima iryousho ini, tapi klopun kita harus berobat disana, maka cukup lampirkan receipt pembayaran, dan seluruh biaya akan diganti reimburse oleh pemerintah melalui kuyakusho.

Dokumen yang perlu dibawa: Resident card dan hoken ortu, hanko ortu, hoken anak.

Output dari sini adalah: kartu berobat bayi iryousho (医療証).

 

  1. Selesaikan urusan tunjangan melahirkan (shussan ikuji ichijikin)

Seperti yang telah saya jelaskan di tulisan sebelumnya part 2, bahwa biaya melahirkan di jepang mendapat subsidi sebesar 420.000 yen dari pemerintah. Uang ini bisa disetorkan langsung ke rumah sakit atau kita ambil tunai setelah selesai melahirkan. Untuk yang memilih cara kedua, tentu saja perlu datang ke kuyakusho untuk mengurus ini. Untuk yang memilih cara pertama, apakah perlu untuk melapor lagi? Sebaiknya ya melapor juga. Saya sendiri melapor lagi karena biaya melahirkannya lebih kecil dari subsidi yang diberikan, jadi saya bisa ambil uang kelebihannya dengan cara melapor ini.

Dokumen yang perlu dibawa: Resident card dan hoken ortu, buku tabungan ortu, hanko ortu, hoken anak, dan receipt biaya total rumah sakit.

Output dari sini adalah: Uang sisa yang akan ditransfer ke tabungan kita.

 

  1. Bikin Resident Card (VISA) bayi (Zairyuu kaado) di kantor Imigrasi Jepang.

Nampaknya urusan ke kantor imigrasi, baik itu imigrasi Jepang ataupun KBRI, selalu saja dinodai dengan tidak lengkapnya dokumen yang dibawa. Saya biasanya selalu teliti untuk masalah kayak gini, menyiapkan berbagai cadangan dokumen, tapi untuk dokumen yang tidak telalu dekat kaitannya, biasanya tidak saya bawa. Contohnya ketika mengurus ini, seluruh dokumen yang diminta sudah saya bawa dengan lengkap, kemudian tiba-tiba saja dibilangin petugasnya klo saya perlu menunjukan surat keterangan student. Tentu saja saya tidak menduga ini karena seluruh dokumen yang diperlukan itu yang terkait dengan bayi saja, kenapa jadi perlu dokumen itu? Ada kemungkinan karena saya statusnya student dan (agak aneh mungkin) punya anak. Kemudian saya tunjukan dokumennya dalam softcopy dari hape saya dan mereka bilang perlu dokumen tersebut dalam bentuk print. Yowes jadinya saya gagal mengurus resident card hari itu di shin sugita. Kemudian saya tanya apakah saya bisa mengurus ini di shin-yurigaoka (karena lokasinya lebih dekat rumah saya), dan mereka bilang boleh, jadinya keesokan harinya saya mengurus di shin-yurigaoka dengan membawa tambahan dokumen student certificate (dan transkrip dan surat monbusho buat jaga jaga) dan Resident card nya selesai hanya dalam hitungan sekitar 30 menit.

Photo 8-17-16, 13 46 36

Dokumen yang perlu dibawa: Form aplikasi, form quisioner, letter guarantor, Parpost ortu, passport anak klo udah jadi, Juri shoumeisho dan Juminhyou terbaru (dapat dari kuyakusho). Buat tambahan kita yang student: student certificate (transcript dan keterangan beasiswa buat jaga-jaga).

Output dari sini adalah: Resident card bayi (tanpa foto).

 

  1. Buat Surat Keterangan Lahir (SKL) di KBRI

Surat keterangan lahir (SKL) adalah pengganti akte kelahiran anak yang lahir di Jepang. Hal ini karena yang boleh mengeluarkan akte kelahiran adalah pemerintah di Indonesia, maka anak2 yang lahir di luar harus mengurus SKL yang kemudian SKL ini bisa dikirim ke Indonesia untuk diurus akte kelahirannya dan dimasukkan ke dalam KK kita di Indonesia. Seperti yang saya sebutkan sebelumnya, selalu saja ada sedikit masalah kalau mengurus dokumen di kantor imigrasi (dalam kasus ini KBRI), yaitu kurang sedikit dokumen, yang mana dokumen itu tidak diminta di list persyaratan. Phew.. Untungnya saya bawa dokumen lebih jadi saya tidak perlu mengalami hal-hal yang tidak diinginkan. Ketika mengurus SKL ini, dokumen saya yang “kurang” tersebut itu adalah fotokopi resident card ortu (bapak dan ibu). Walaupun di KBRI ada mesin foto kopi, katakanlah yang mengurus dokumen ini bapaknya, klo si bapaknya kagak bawa ktp ibunya, maka selesailah itu (DONE!) pengurusan dokumen, pulang, trus besoknya baru bisa dateng lagi ke KBRI. Pengurusan SKL tidak bisa parallel dengan passport, jadi harus bikin SKL dulu, trus SKL jadi setelah 1-2 hari, kemudian ambil SKL sambil urus passport, dan passport yang udah selesai bisa dikirim gak harus diambil di KBRI. Intinya saya perlu ke KBRI minimal 2 kali untuk pengurusan dokumen SKL dan passport. SKL memang bisa dikirim ke alamat penerima, tapi apa artinya dikirim klo ujung2nya kita harus ke KBRI lagi untuk mengurus passport. Dan Urutan pengurusan dokumen itu harus SKL dulu baru passport, gak bisa dibalik. Tapi alhamdulillah semua dokumen selesai dengan lancar.

Syarat SKL

Dokumen yang perlu dibawa: Form aplikasi, passport ayah dan ibu (asli dan fotokopi), Fotokopi akta/buku nikah, Fotokopi surat keterangan lahir (shussei shoumeisho atau shussei todoke), Surat kelahiran dari pemerintah (Juri shoumeisho) asli, Fotokopi halaman dalam boshitecho (Yang ada nama ayah, ibu, anak, jam lahir, dll), Biaya 1200 yen. Tambahan: Fotokopi resident card ortu.

Output dari sini adalah: Surat keterangan lahir (SKL) asli dan fotokopi.

 

  1. Buat Passport Bayi di KBRI.

Setelah SKL selesai, saya ke KBRI lagi untuk mengambil dan menggunakan fotokopiannya untuk pengurusan passport. Lagi lagi ada saja dokumen yang kurang (padahal tidak ada di list persyaratan), untuk pembuatan passport ini, dokumen saya yang “kurang” tersebut adalah fotokopi akte/buku nikah ortu (hahaha, itu klo sang ortu ke KBRI ngurus passport tapi gak bawa buku nikahnya/fotokopinya, maka dia harus pulang lagi kali ya..). Untungnya setelah passport jadi, bisa dikirim dengan menggunakan letter pack, jadi kita tidak harus balik lagi ke KBRI. Satu hal yang unik adalah, dalam pengurusan passport, maka pasfoto bayi termasuk ke dalam persyaratan wajib, berbeda dengan resident card jepang yang tidak mewajibkan foto bayi. Memfoto bayi untuk jadi pasfoto cukup tricky, karena bayi fotonya sambil tiduran dan kepalanya gerak gerak. Aturan/Proporsi foto adalah 70-80 % wajah dengan background warna putih serta baju berwarna putih/terang.

Syarat paspor

Dokumen yang perlu dibawa: Form aplikasi (permohonan SPRI), fotokopi resident card ortu, fotokopi akte lahir bayi, Bukti domisili (Juuminhyou), fotokopi passport ortu, 4 lembar pasfoto bayi ukuran 3×4, dan biaya 2650 yen. Tambahan: Fotokopi akte/buku nikah ortu, Resident card dan passport asli ortu.

Output dari sini adalah: Passport bayi (yang ada fotonya, hehe).

 

Summary

Demikian pengalaman saya mengurus dokumen untuk bayi saya yang baru lahir. Perjuangan tidak selesai sampai disini, karena lembaran baru kehidupan akan dimulai bersama sang bayi tercinta.

In conclusion, the necessary document that need to be handle after the delivery are:

  1. Register that our baby had been born to the kuyakusho (shussei todoke 出生届)
  2. Apply for National Health Insurance (hoken 保険書)
  3. Apply for Baby Allowance (Jidouteate 児童手当)
  4. Apply for Baby Health Card (iryoushou 医療証)
  5. Completing the document of Birth lumpsump/Allowance (shussan ikuji ichijikin 出産育児一時金)
  6. Make resident card (Zairyuu kaado 在留カード) in Immigration office Tokyo/Yokohama.
  7. Make passport for your baby in your embassy.

Hope this information useful for you.

 

 


12 Comments

Pengalaman Melahirkan di Jepang (Part 2)

Pengalaman Melahirkan di Jepang, Part 2
Menjelang dan Ketika Melahirkan

Pregnancy Experiences in Japan, Part 2
Approaching the delivery
(English summary in bottom part)

Tulisan ini adalah kelanjutan dari pengalaman kami menjalani proses kehamilan dan melahirkan di Jepang Part 1. Pada tulisan ini akan dijelaskan khusus mengenai pengalaman ketika menjelang melahirkan, berbagai persiapannya, mengenai subsidi biaya melahirkan, dan pengalaman melahirkan itu sendiri. Adapun mengenai detail dokumen yang perlu diurus setelah bayi kita lahir dijelaskan di part 3.

baby girl announcement card

*image credit to http://www.shutterstock.com

Menjelang Melahirkan

Ada banyak sekali perasaan campur aduk menjelang melahirkan. Memasuki trimester ketiga, banyak tips2 dan saran untuk ibu hamil dari berbagai sumber agar proses melahirkan bisa lancar. Masa masa ini juga masa yang paling menyenangkan karena kita juga excited mencari nama2 terbaik untuk putra/putri kita. Disini saya tidak akan bahas mengenai tips2 tersebut, tapi saya akan jelaskan lebih detail mengenai proses apa saja yang perlu kami jalani di rumah sakit di Jepang ini.

Saya juga sempat bingung, bagaimana cara meminta biaya subsidi melahirkan yang katanya akan dikasih oleh pemerintah jepang. Subsidi ini namanya: one time lumpsum for delivery, shussan ikuji ichijikin (出産育児一時金). Besar subsidi ini untuk Tokyo dan sekitarnya adalah 420.000 yen. Saya sempat mampir ke kuyakusho untuk bertanya-tanya, dan ternyata biaya tersebut bisa diambil dengan 2 cara: dibayarkan langsung ke rumah sakit, atau diganti tunai. Untuk kebanyakan rumah sakit jepang, biasanya sudah menyediakan form dari rumah sakitnya bahwa rumah sakit tersebut berhak mengambil biaya melahirkan dari kuyakusho langsung dengan melampirkan dokumen yang ditanda tangani (dan inkan) oleh kita dan istri. Di tama byouin sudah ada dokumen tersebut jadi cukup ttd dan inkan, dan serahkan dokumen itu ke tama byouin ketika akan rawat inap melahirkan. Dokumen tersebut didapat saat pertama kali dapat penjelasan tentang rumah sakit, dan ada kertas form dalam bahasa jepang. Untuk diganti tunai, biasanya teman2 yang melahirkannya di Indonesia, bisa melampirkan tanda bukti melahirkan dari rumah sakit di Indonesia, dan struk biaya. Walaupun nanti biayanya dibawah nilai subsidi pemerintah, kita akan tetap dapat sejumlah subsidi tersebut kata teman saya yang sudah pengalaman langsung. Saya sendiri menggunakan cara pertama. Intinya, tidak perlu ke kuyakusho, uang tersebut akan cair dengan otomatis ke rumah sakit, asalkan kita pertama sudah melaporkan hamil ke kuyakusho, memasukkan tanggal perkiraan lahir, dan sudah dapat boshitecho (silahkan baca part 1).

 

Pemeriksaan oleh Bucho

Sekitar di bulan ke 6 (week 24-28), akan ada pemeriksaan rutin yang dilakukan oleh kepala department obgyn di rumah sakit tersebut (bucho). Biasanya setiap pemeriksaan rutin, kami selalu mancari jadwal yang cocok dengan kita dan memang dokternya perempuan. Nah khusus di periode itu, pemeriksaan Harus dilakukan oleh bucho karena supaya ada crosschecking antara dokter. Sayangnya, di tama byouin buchonya itu laki-laki, jadilah terpaksa dilakukan pemeriksaan dengan dokter cowo. Sekitar beberapa minggu sebelumnya kami diberitau bahwa akan ada pemeriksaan dengan bucho, dan pada saat itu ada pilihan apakah mau menggunakan ruangan khusus atau tidak. Klo di ruangan khusus, nanti bisa melihat monitor USG lebih jelas buat suami, karena selama ini suami gak boleh masuk ke ruangan usg, akan tetapi ada bayaran tambahan sekitar 5000 yen. Klo mau akan dibooking ruangannya saat itu, klo tidak ya pemeriksaan biasa (tapi tetep ama bucho). Setelah berpikir beberapa detik, akhirnya diputuskan tidak usah menggunakan ruangan tersebut karena bayar, haha..

Ketika pemeriksaan dengan bucho, beliau menyapa dengan cool dan suara yang berat (biasanya dokter cewe dan suaranya agak2 nyaring). Kemudian ditanya macam2, dan dilakukan pemeriksaan usg. Saya menunggu di ruang dokter seperti biasa, tapi ternyata dokternya sangat baik dan saya boleh ikutan masuk ke ruang usg. Trus saya dikasih liat di monitor ada apa aja, dll. Wah diluar dugaan ternyata buchonya baik, atau mungkin mereka berusaha memberikan service terbaik karena terpaksa kali ya.. saya pernah bilang ke susternya soalnya bahwa klo mencari jadwal saya selalu mencari dokter yang perempuan. Pihak rumah sakit juga pernah confirm ke saya, klo saat melahirkan namun dokter yang ada laki-laki bagaimana, saya bilang tidak apa-apa karena kondisi itu kan terpaksa. Pada bulan ke 6 itu juga, sang bucho menanyakan apakah mau mengetahui jenis kelamin anaknya atau tidak, tentu kami bilang mau banget, dan akhirnya diberitahukanlah bahwa anak kami adalah perempuan.. yeeaah.. di bulan ke 5 dokter udah pernah kita tanyain sich jenis kelamin anaknya apa, tapi beliau menjawab dengan jawaban diplomatis, sepertinya anaknya perempuan (onna kamo shiremasen), jadilah kami putuskan untuk bertanya kembali di bulan2 selanjutnya supaya lebih pasti, hehe..

 

Pre-mama Orientation

Kelas persiapan menjadi ibu (dan juga bapak) atau disebut pre-mama orientation (プレママオリエンテーション) diadakan oleh rumah sakit sebanyak satu kali yaitu di sekitar minggu ke 30. Kelas ini wajib diikuti dan suami juga disuruh untuk datang supaya calon ibu dan bapak bisa saling memahami. Kelasnya sekitar 30 menit biasanya, tapi khusus untuk kami kemarin ternyata 30 menit gak selesai karena ada proses menerjemahkan dari Japanese ke English, haha.. jadilah kami diminta untuk mendatangi pre-mama orientation ke 2 yang waktunya diset sekitar 1 jam. Pre-mama orientation itu private, sendiri-sendiri, bukan digabung ama pasien lain, jadi kita bisa bertanya2 dengan bebas. Pre-mama dilakukan oleh suster senior yang ada di rumah sakit tersebut, bukan oleh dokter, dan karena kami menggunakan translator dari RS, maka jadwal pre-mama dengan jadwal pemeriksaan dokter harus sedekat mungkin supaya total durasi pengunaan translator kurang dari 3 jam. Yang agak ribet adalah jadwal pre-mama bookingnya di lantai 3 sedangkan dokter di ruang dokter lantai 1, jadi setelah saya booking jadwal dokter untuk pertemuan selanjutnya, saya ke lantai 3 untuk booking pre-mama, masalahnya jamnya yang deket dengan pemeriksaan dokter gak available, jadilah kami harus ganti jadwal dokter di lantai 1 yang memang di hari yang sama dengan dokter perempuan yang ada (dan harus di jadwal yang harinya juga available buat pre-mama orientation). Jadilah agak bolak balik ngurusnya tapi Alhamdulillah bisa terselesaikan masalahnya.

Pre-mama orientation pertama dijelaskan mengenai manfaat ASI (bonyuu 母乳). Dijelaskan panjang lebar mulai dari manfaatnya bagi ibu menyusui maupun bagi sang bayi. Intinya mereka ingin mengencourage agar sang ibu menyusui dengan ASI, dibandingkan dengan susu formula. Mereka bertanya kami rencananya seperti apa, kami bilang sebisa mungkin ASI, jadi kami juga bilang bahwa klopun nanti ketika lahir ASInya sedikit tidak apa-apa, mohon jangan ditambahkan dengan susu formula kecuali dokter menilai berbahaya untuk kesehatan sang anak baru kami bersedia dikasih sufor. Ternyata sang suster pun juga sepakat dengan pernyataan kita. Kemudian dia menjelaskan mengenai teknik2 pijat yang bisa dilakukan calon ibu supaya ASI bisa keluar dengan lancar.

Karena waktunya sudah gak cukup, akhirnya dilanjutkan penjelasan tentang barang-barang yang perlu dibawa ke rumah sakit, barang-barang yang disediakan rumah sakit, jadwal dan aturan membesuk (menkai 面会), dan mengenai aturan ketika melahirkan. Dijelaskan bahwa yang boleh menemani hanya suami. Nah, disini saya agak kurang memperhatikan penjelasannya, saya pikir karena boleh yasudah. Ternyata yang dimaksud boleh itu hanya di labor room saja, bukan di delivery room. Ini saya baru nyadar di pre-mama kedua, mungkin karena saat itu agak buru2 jadi saya iya2 saja supaya cepat.

Nah, di pre-mama pertama juga, saya jelaskan ke pihak rumah sakit klo di week 38 saya ada urusan di luar jepang (shucchou 出張) yaitu conference, jadi kalo seandainya istri saya melahirkan pada minggu ini bagaimana? Boleh tidak kalo yang menemani melahirkan itu teman? Kan aturannya hanya suami yang boleh, karena masalahnya istri saya tidak bisa bahasa jepang. Susternya agak bingung ngejawabnya gimana, tapi karena ini kondisi penting, jadinya selesai pre-mama, saya diminta ke lantai 3 untuk ketemu ama kepala susternya. Ketika ketemu, saya jelaskan kondisinya dan mereka pun bertanya. Salah satu poinnya adalah bagaimana masalah pertanggungjawabannya? Karena ketika nanti melahirkan, ada begitu banyak hal yang perlu dipertimbangkan dan butuh persetujuan, seperti induksi, transfusi, sesar, dll. Klo yang menandatangani temannya bagaimana? Kekhawatiran tersebut sangat wajar mengingat status “teman” itu tidak terlalu kuat dibandingkan “keluarga”. Kemudian saya bilang ke mereka bahwa yang bertanggung jawab tetap saya tapi yang menanda tangani seluruh dokumen adalah teman saya. Mungkin nanti saya akan buatkan surat kuasa supaya lebih kuat. Kemudian mengenai keputusan yang perlu diambil, biasanya kami akan mengikuti apa keputusan rekomendasi dari dokter jadi tidak masalah. Akhirnya susternya bisa mengerti dan memperbolehkan dan termasuk dalam kondisi khusus.

Selesai pre-mama pertama, sekitar 2-4 minggu kemudian kami datang lagi untuk pre-mama yang kedua. Disini dijelaskan lebih detail mengenai proses melahirkan apa saja tahapan2annya, tanda2 akan melahirkan, dan cara menelpon rumah sakit ketika akan melahirkan. Apa saja penjelasannya, akan saya jabarkan di subbab selanjutnya. Saya juga tunjukkan surat kuasa yang saya buat, dan mereka bilang sudah OK. Pre-mama ke dua waktunya sejam jadi banyak hal yang bisa ditanyakan. Disini juga saya jelaskan mengenai makanan yang bisa dimakan oleh istri saya hanya seafood dan sayur. Klo daging hanya yang halal, klo tidak halal tidak usah daging. No pork, sake, dan segala yang sejenisnya.

Disini juga saya baru mengerti bahwa proses melahirkan itu pertama masuk ke labor room dulu baru ke delivery room. Yang boleh ditemani itu hanya di labor room, adapun di delivery room tidak boleh ditemani. Whaat?! Saya berusaha nawar2 dan nakut nakutin sedikit susternya.. ini istri saya gak bisa bahasa jepang, nanti gimana komunikasinya?? Namun usaha saya sia-sia, mereka bilang bahwa di ruang delivery, semua instruksinya simple, dan mereka katanya akan belajar dan berusaha ngomong dalam bahasa inggris. Instruksinya hanya push, don’t push, deep breath, relax. Selain itu ruang labor sama ruang delivery itu sebelahan, jadi kita boleh menunggu diluar ruangan labor/depan ruang delivery. Selain itu ruang delivery tidak ditutup dengan pintu, hanya ditutup oleh gorden, jadi saya masih bisa mendengarkan prosesnya dari luar (bahkan ngintip2 dari luar juga bisa). Mereka juga menjelaskan bahwa mereka ada ruangan khusus klo memang suami mau masuk menemani saat delivery, dan ruangan itu bayar lagi, dan ruangan itu sepaket dengan ruang VIP (yang jenis LDR) jadi bakal ada biaya tambahan yang cukup mahal. Wah klo udh gini saya yang skak mat, gak tau mau nawar apa lagi. Akhirnya saya bilang nanti saya pertimbangkan dulu kira2 ruangan biasa saja atau yg VIP itu. Saya masih belum paham sich apa alasan tidak boleh masuk itu, tapi katanya itu sudah aturan RS. Pernah denger sich cerita (di suatu tempat di jepang) bahwa kalo ditemani suami dan suaminya pingsan ngeliat darah, para dokter dan suster disana katanya bakalan ribet ngurusnya. Selain itu katanya ada juga yang suaminya jadi ilfil ngeliat istrinya ketika proses melahirkan, dll.. Entahlah, mungkin itu statistik jadi mereka membuat kebijakan kayak gitu, atau apapun alasannya intinya proses delivery tidak boleh ditemani oleh suami. Mungkin ini yang menjadi nilai minus dari rumah sakit ini menurut saya.

 

Tanda-tanda akan Melahirkan

Pihak rumah sakit menjelaskan juga lebih detail mengenai tanda tanda akan melahirkan, dan proses melahirkan. Apabila tanda tanda berikut muncul maka dipersilahkan untuk menelpon rumah sakit dan kemudian datang ke rumah sakit. Dijelaskan juga tanda2 apa yang bakal muncul dan belum diperbolehkan untuk menelpon atau ke rumah sakit, karena klo kita ke rumah sakit saat itu, maka kemungkinan kita akan disuruh pulang lagi.

Tanda tanda melahirkan ada 5 (+ 1 tanda darurat):

  1. Kontraksi (jintsuu 陣痛)
    Rasa sakit yang periodik di perut, mirip mules juga. Interval/jedanya bervariasi.
  • Sudah ada kontraksi/sakit di perut. Namun belum terlalu sakit dan jedanya masih jarang.
  • Kontraksi muncul dengan jeda 10 menit, atau dalam 1 jam terjadi kontraksi sebanyak 6 kali atau lebih.
  1. Flek/bercak (oshirushi おしるし)
  • Cairan berwarna kecoklatan atau pink, pendarahan mirip menstruasi.
  • Cairannya disertai darah segar atau pendarahan yang banyak.
  1. Pecah Ketuban (hasui 破水)
    Ada seperti air mengalir keluar dari kelamin, tapi tidak disertai perasaan mau kencing. Volumenya bisa sedikit ataupun banyak. Warnanya bening seperti air biasa. Ketika ada air keluar seperti ini dan kita ragu apakah benar pecah ketuban atau tidak, langsung telpon rumah sakit dan periksa disana.
  1. Rasa sakit yang sangat kuat dari perut, atau bagian tubuh lain.
  2. Sakit kepala hebat, vertigo, mata kunang kunang.
  3. Tidak ada pergerakan bayi (baby’s kick) selama lebih dari 1 jam

Adapun dari kelima tanda diatas, hanya diperbolehkan ke rumah sakit apabila muncul tanda tanda nomor 1b, 2b, 3, 4, 5 (dan 6 emergency). Untuk 1a dan 2a belum diperbolehkan ke rumah sakit. Klo kita nekat ke rumah sakit, biasanya akan disuruh pulang lagi ama pihak rumah sakit, belum boleh masuk ke ruang labor, boros waktu, tenaga, transport. Kenapa disuruh pulang lagi? Karena jarak dari 1a ke 1b bisa jadi masih lebih dari 1 hari jadi dianggap masih lama. Istri saya termasuk darah rendah, jadi dokter bilang klo tanda no 5 kemungkinan besar tidak akan muncul. Ketika tanda2 tersebut muncul, maka telepon ke rumah sakit sambil memberitau informasi ttg kondisi istri kita. Contoh cara menelpon rumah sakit bisa download disini.

Photo 8-17-16, 15 31 33 (1)

Adapun penjelasan proses melahirkan secara umum dibagi ke 4 Fase:

  1. Fase kontraksi sampai bukaan maksimal.
    Pada fase ini, kita berada di ruang labor / ruang kontraksi (jintsuushitsu 陣痛室). Fase ini bisa berlangsung antara 10-12 jam untuk orang yang melahirkan pertama kali, atau 4-6 jam untuk yang sudah pernah melahirkan. Untuk yang bayinya besar, bisa jadi lebih lama lagi. Nah saya lupa nanya ke susternya, ini dimulai dari ketika kontraksi sudah periode per 10 menit atau bukan, tapi kayaknya ketika periodenya sudah mulai sering. Pada fase ini, istri diminta untuk bernafas secara normal, dan ketika makin sakit diharapkan ambil nafas lebih dalam dan keluarkan seperti meniup lilin. Disini kita boleh makan, minum, atau sambil melakukan hal lainnya.
  1. Fase mengeluarkan kepala bayi.
    Apabila bukaan telah maksimal, maka istri akan dipindahkan ke ruang melahirkan (bunbenshitsu 分娩室). Disini adalah proses inti dari melahirkan yaitu mengeluarkan kepala bayi. Fase ini bisa berlangsung sekitar 2-3 jam untuk melahirkan pertama, atau 1 – 1,5 jam untuk yang sudah pernah melahirkan. Apabila kepala bayi sudah keluar, insya Allah proses selanjutnya jauh lebih mudah. Ketika kontraksi datang, maka kita harus tetap tenang (ochitsuite 落ち着いて) kemudian tarik nafas dalam dalam (shinkokyuu 深呼吸) sebanyak 2 kali, kemudian dorong /mengejan (ikinde いきんで). Kalau sakit, maka ambil nafas sekali lagi baru dorong. Ketika kontraksinya hilang, maka ambil nafas dalam2 lagi dan jangan mengejan. Begitu terus timingnya sampai bayi berhasil didorong keluar. Setelah bayi berhasil didorong keluar, maka kepalanya akan keluar duluan dan katanya susternya bakal ngomong (kode) atama ga detekimashita (頭が出てきました). Ini adalah tanda bahwa fase ini telah berhasil dilewati dan sang ibu sudah tidak boleh mendorong (mengejan) lagi.
  1. Fase mengeluarkan bayi dan plasenta.
    Setelah kepala bayi keluar, maka sang ibu sudah tidak boleh mendorong (mengejan) lagi karena katanya dorongannya bakal sangat kencang dan bayi bisa merosot cepat. Yang perlu dilakukan ibu pada fase ini adalah nafas pendek dan cepat seperti orang ngos-ngosan, hu..hu..hu.. katanya sich mereka bakal ngomong (kode) mou ikimanaide (もういきまないで) yang artinya sudah tidak perlu didorong lagi. Pada fase ini, para suster bakal menarik pelan pelan sang bayi supaya bisa keluar dengan tenang. Setelah bayi keluar semua, mereka katanya bakal ngomong omedetou gozaimasu yang artinya selamat. Jadi Ibu udh bisa tenang. Setelah itu mereka akan mengeluarkan plasenta, bisa terasa sakit bisa juga tidak, tapi katanya tidak akan sesulit mengeluarkan bayi.
  1. Kanguru care.
    Pada fase ini, bayi akan diletakan diatas dada sang ibu, jadi bisa terjadi skin contact langsung pada saat itu juga. Kemudian juga ketika ASI sang ibu sudah keluar, sang bayi bisa langsung menyusu pada ibunya. Banyaknya ASI yang keluar bagi tiap ibu berbeda2 volumenya, ada yang langsung banyak ada yang sedikit sedikit, tapi sang ibu tidak perlu khawatir karena katanya lama-lama juga akan keluar banyak.

 

Barang yang perlu dibawa ke Rumah Sakit

Barang barang dan dokumen yang perlu dibawa ke rumah sakit udah kami persiapkan sebelum week 37, supaya klo ternyata lahirnya di week 37 udah siap pergi ke rumah sakit. Barang barang apa saja yang perlu dibawa ada dikasih tau di buku petunjuk rumah sakit. Selain itu juga mereka ngasih tau barang apa saja yang akan disediakan dari rumah sakit, jadi tidak semuanya perlu kita bawa.

Untuk Tama byouin, semua perlengkapan bayi disediakan dari rumah sakit, jadi yang perlu dibawa adalah perlengkapan ibu, dan perlengkapan bayi ketika keluar rumah sakit. Barang yang perlu dibawa adalah:

  1. Kartu berobat, hoken, boshitecho, hanko, uang deposit 5man, uang untuk keperluan lain lain, alat tulis dkk.
  2. Pajama panjang yang kancing depan, untuk melahirkan.
  3. Stagen, atau bahasa jepangnya jutsugoyou haraobi (術後用腹帯). Di tama byouin basement ada yang jual, atau klo beli di luar, bisa juga produk sejenis seperti sofutobirei (ソフトビレイ) atau wesutonippa (ウェストにッパー). Bawa minimal 2 biar bisa ganti.
  4. Makanan, minuman, sedotan. Air putih disuruh minum minimal 1 botol yang 2L sehari (dan airnya beli sendiri di konbini, gak disediain RS, haha)
  5. Perlengkapan ibu selama di RS: Pajama menyusui (bagusnya yg kancing depan), pakaian dalam, handuk, alat mandi, tisu, earphone klo mau nonton tv, sandal, obat obatan klo ada.
  6. Perlengkapan bayi: sapu tangan gauze (ガーゼハンカチ), baby lotion yg milky type, sama baju untuk pulang dari RS ke rumah.
  7. Lain lain yg gak disuruh bawa tapi perlu: Jam meja buat timer bayi menyusui, karena untuk bayi baru lahir perlu diatur jadwal dan durasinya.

 

The Main Event: Melahirkan

Melahirkan (bahasa jepangnya ada 2: shussan 出産 atau bunben 分娩) adalah proses yang kami tunggu2 dan harap2 cemas menghadapinya. Selain karena ini pertama kali, tidak ada keluarga juga yang datang ke jepang jadi semua perasaan campur aduk. Impian semua calon ibu sepertinya sama, bisa melahirkan dengan lancar, normal, serta keamanan jiwa untuk ibu dan bayi. Namun tidak semuanya itu ideal, setiap orang akan menghadapi ujian dan kondisinya masing2, jadi kita harus selalu siap dengan segala hal yang akan terjadi.

Istri saya melahirkannya melebihi waktu perkiraan lahir. Diperkirakan lahir 30 Mei tapi sampai awal Juni tak kunjung muncul tanda2nya. Periksa rutin terakhir dokter di week 39 dibilang bahwa udah tinggal menunggu saja, dan klo sampai week 41 gak keluar juga maka kami harus segera masuk rumah sakit dan diinduksi. Jadwal masuk rumah sakit adalah 6 Juni pagi, 7 Juni di induksi sampai 8 Juni, klo gak ada tanda2 juga maka 9 Juni di sesar. Kami mengikuti aja saran dokternya yang terbaik. Intinya sudah tidak ada kontrol rutin lagi dan datang selanjutnya adalah ketika melahirkan atau jadwal induksi tersebut.

Namun takdir berkata lain, kamis malam jam 11an, istri saya ragu kok ada keluar air tapi gak ada perasaan kencing. Airnya sedikit jumlahnya. Wah, ini adalah salah satu pertanda air ketuban pecah, namun kami sama2 ragu apa benar pecah atau tidak. Tapi karena susternya pernah bilang bahwa tanda pecah ketuban itu memang tidak bisa dipastikan, maka silahkan telpon saja dan datang supaya diperiksa. Akhirnya saya telpon taxi dan rumah sakit. Persiapan sudah oke, dan kami berangkat ke rumah sakit. Tiba di rumah sakit masuk lewat pintu emergency, melapor satpam, kemudian ke receptionist emergency. Setelah itu disuruh ke lantai 3 tempat melahirkan. Disana dicek apakah memang betul pecah ketuban atau enggak oleh susternya dan ternyata memang betul pecah ketuban. Akhirnya masuk ke labor room dan istri saya disuruh tidur disana. Saya juga boleh menemani dan duduk di kursi di samping. Istri dipasang berbagai sensor di perutnya untuk mendeteksi denyut bayi, mirip alat cek NST. Setelah selesai memasang, maka hanya tinggal menunggu saja. Ditunggu sampai bukaan maksimal baru masuk ke ruang delivery. Sambil menunggu kita boleh makan, minum, atau tidur juga gpp. Karena itu tengah malam, akhirnya saya dan istri memutuskan untuk tidur saja sebentar supaya ada tenaga. Dan saya pun tidur di lantai, untung bawa sejadah jadi pake alas sejadah, hehe..

Sekitar subuh saya bangun untuk shalat, istri juga bangun dan mungkin gak bisa tidur karena udh deg2an juga. Sambil menunggu kita makan snack dan minum. Tidak sabar menanti kehadiran buah hati. Pagi suster dan dokter datang untuk mengecek, ternyata bukaan pintu rahim masih sangat kecil. Baru 1-2 cm. lalu dokternya bilang, karena ini sudah pecah ketuban, maka harus di induksi. Akhirnya saya dan istri setuju kemudian di induksi. Dosis pertama diberikan sedikit dulu. Lumayan ada efeknya tapi masih kecil banget. Istri saya mulai terasa sakit kontraksi, tapi bukaan masih sekitar 2-3 cm. setelah 2 jam, dosis ditingkatkan. Bacaan sensor juga menunjukan pola kontraksi sudah normal, tapi bukaan pun masih belum maksimal, hanya sekitar 3-4 cm. Dosis ini dibiarkan sekitar 2 jam juga. karena ternyata bukaan tak kunjung maksimal, dosis sudah ditingkatkan, dan air ketuban sudah mau habis, maka dokter mengatakan klo tidak mungkin lagi menunggu normal, harus di sesar. Setelah itu dosis induksi kalau tidak salah diturunkan lagi, kemudian dikosongkan. Setelah tidak dalam pengaruh induksi dan air ketuban sudah habis total tapi kondisi bayi masih sehat, maka istri saya disuruh puasa sekitar 3 jam sebelum operasi sesar dan tidak boleh minum air. (disini saya jadi teringat manfaat berpuasa, yang bahkan minum air pun tidak boleh, supaya benar2 dibersihkan dulu seluruh pencernaan kita). Istri saya pun ikhlas harus menjalani sesar demi keselamatan buah hati kami juga.

Sekitar jam 3 istri bersiap2 masuk ruang operasi, memakai baju ganti, dan jilbab harus dilepas dan diganti penutup kepala khusus ruang operasi. Saya disuruh menunggu diluar dan dikasih HP internal rumah sakit, katanya nanti klo sudah selesai bakal ditelpon. Hapenya model flipflop, bukan smartphone, dan bahasa jepang jadi gak bisa saya maenin juga,hehe.. Akhirnya saya menunggu diruang tunggu sambil berdoa supaya baik baik saja. Kebetulan ada dokumen2 rumah sakit juga jadi saya bisa sambil baca2 sedikit belajar kanji. Shalat asar di ruang tunggu. Dan gak lama kemudian di telpon ama susternya dan dibilang selamat bayinya sudah lahir dengan sehat. Saya dipersilahkan masuk dan menunggu di ruang tunggu dalam dekat kamar menginap. Trus entah kenapa nunggunya agak lama, sekitar 30 menit kayaknya..

Tidak lama kemudian, sang suster datang membawa bayi kami di kotak plastik-kaca gitu, dibawahnya dilapisi alas dan handuk jadi seperti kasur. Kotaknya pun sedikit miring jadi bayinya tidurnya tidak datar tapi sedikit diatas kepalanya. Tanpa bantal. Kotak tersebut bawahnya tersambung dengan link bar setinggi sekitar 1 meter dan ada rodanya. Didalam kotak itu ada sensor untuk mendeteksi kadar O2 dan denyut jantung bayi dan terhubung wireless ke pusat monitor susternya. Dan tentunya di dalam kotak itu ada bayi kami yang super lucu, matanya merem, tangannya masih keriput, dan nangisnya itu kenceng banget. Waaaaaaaa… saya tidak bisa berkata apa apa, lucu banget, inilah anak kami.. mungil, fragile, nangisnya kenceng.. susternya bilang selamat ya, trus ngomong macem2, tapi saya gak inget dia ngomong apa, kayaknya saya gak merhatiin dech, haha.. saya ngomong iya iya aja.. saya cuma ingat, klo di sensor ini kadar oksigennya sampai dibawah 90 (% klo gak salah), hubungi susternya.. kemudian susternya pergi. Saya cuma bisa nyolek2 bayi saya, foto2, dan memandanginya.. belum berani menggendong karena belum diajarin (dan terlihat sangat fragile).

Setelah beberapa lama susternya datang lagi, kemudian bilang istri saya sudah bisa ditemui di kamar menginapnya, dan bayinya juga disuruh dibawa, kemudian dilakukan kangoroo care. Kangoro care itu bayi diletakkan diatas dada ibunya, kemudian sang bayi akan berusaha mencari letak susu ibunya. Proses mencarinya gak ribet kok, namanya juga bayi blom bisa gerak, intinya kepalanya diltakkan dekat puting susu ibunya dan kemudian sang bayi mulai menyusui. Alhamdulillah istri saya sehat dan ASInya keluar dengan lancar. Kami hanya bisa bersyukur melihat anak kami begitu sehat dan lahap minum susu. Selesai minum susu, saya diajarin susternya cara gendongnya, cara memegang kepalanya. Setelah bisa menggendong, akhirnya saya bisa gendong2 dan bawa kemana2.. setelah semua urusan beres dan susternya bilang sudah aman, sudah boleh istirahat dan bebas, maka saya gendong dan azankan bayi kami. Pelan pelan saja, gak mungkin juga teriak2 di kupingnya kan.. kemudian iqamat di telinga satu lagi. Setelah itu saya tidurkan di kotaknya lagi. Saya meyakini bahwa mengazankan bayi bukanlah hal yang wajib, hanya anjuran saja, jadi tidak perlu kita buru2 setelah lahir segera diazankan, kapan saja bisa.

Tak terasa, segala sesuatu berjalan begitu cepat. Hari ini pukul 15:55, Jum’at 3 Juni 2016, putri kami yang diberi nama Megumi Tsabisa A., berat 2,9 kg panjang 46 cm, lahir dengan selamat di Tama Byouin, Kawasaki. Saatnya membuka lembaran hidup baru, dengan berbagai tantangan dan harapan kedepannya.

IMG_4500

 

Panduan Merawat Bayi Pasca Melahirkan

Setelah melahirkan, pihak rumah sakit mengajarkan berbagai macam hal, mulai dari cara memandikan bayi, cara merawat, decoding the baby cry, dan berbagai hal lainnya terkait kesehatan bayi. Luar biasa memang pelayanan RS di jepang, mereka memang seolah2 menyiapkan kita supaya siap merawat bayi ketika keluar dari rumah sakit. Selain itu juga ada layanan kunjungan oleh kesehatan masyarakat dari kuyakusho, jadi mereka bisa datang ke rumah dan menjelaskan berbagai hal juga sambil melihat lingkungan tempat bayi tinggal. Untuk dokumen yang perlu diurus pasca melahirkan akan dijelaskan di part 3, di bagian ini saya jelaskan hal2 yang diajarkan oleh pihak rumah sakit.

Pertama diajarkan cara menggendong. Yang terpenting pertama adalah pegang bagian kepalanya yang bagian belakang telinga dan leher. Ini penting supaya kepala tidak terjungkal ketika diangkat. Kemudian bisa angkat bagian pantatnya, jadi pegangan ada dua yaitu kepala dan pantat. Setelah terbiasa, nanti cara gendongnya udah terserah kita aja, haha.. Menggendong ini penting karena bayi juga bosen tidur terus. Ketika bayi tumbuh besar, maka berat bayi akan bertambah dan cara menggendong bayi akan menjadi olah raga tersendiri buat kita.

Kedua diajarkan cara menyusui. Bayi yang baru lahir sampai 1-2 bulan sebaiknya dibuat teratur menyusuinya, walaupun nanti bayi akan punya keinginan sendiri kapan mau nyusu kapan mau tidur. Bayi harus disusui paling lama tiap 3 jam. Durasi sekali menyusui sekitar 10-20 menit. Setelah menyusui, bayi jangan langsung ditidurkan karena nanti bisa tersedak, jadi harus di burping terlebih dahulu. Cara burping ada beberapa macam, tapi yang paling baik adalah bayi digendong vertical ke dada dan pundak kita, kemudian kita sambil tepuk2 perlahan punggungnya. Setelah bayi sendawa, maka bayi sudah boleh ditidurkan. Kalua belum sendawa terus kita tidurkan, ada kemungkinan bayi mengeluarkan gumoh, bekas asi, seperti keluar iler banyak dari mulut tapi gak muntah. Dan biasanya bayi gak nyaman klo belum sendawa. Selain itu ada kemungkinan juga bayi cekukan/hiccup. Cara menghilangkannya gak diajarkan, Cuma katanya itu wajar wajar aja kok. Paling kita gendong2 sambil tepuk2 aja biar hilang, atau klo masih mau nyusu bisa dikasih lagi.

Ketiga diajarkan cara mengganti popok. Popok jepang biasanya bagian luarnya ada indicator garisnya. Klo garis yang awal warnanya kuning kena pipis/beol, maka garis itu berubah warna jadi hijau. Jadi kita bisa melihat apakah bayi pup atau enggak dari luar popoknya. Ketika mengganti, pegang kedua kakinya dan angkat keatas perut supaya pantatnya keliatan jelas dan bisa kita bersihkan. Semprotkan pantat bayi dengan air pakai spray, kemudian baru lap dengan tisu basah / wipes bayi yang tidak mengandung alcohol. Cara membersihkannya pertama di bagian kelamin dulu, trus jangan balik lagi tapi dioles dari atas ke bawah pantat. Jadi bagian kelamin tidak kotor kena pup.

Keempat diajarkan cara memandikan bayi. Bayi mandi menggunakan air hangat kira2 suhu 37-39 derajat. Jangan terlalu panas jangan juga dingin. Bak mandi digunakan untuk membershikan badan sampai kaki, dan gunakan bak/ember terpisah untuk membersihkan kepala. Pastikan ketika memandikan, salah satu tangan kita digunakan untuk selalu memegang kepala bagian belakang telinga dan leher, dan satu tangan lagi bisa digunakan untuk menggosok badan bayi. Ketika memandikan, bagian atas terlebih dahulu terus ke bawah, mulai dari kepala lalu terakhir pantat yg bagian paling kotor. Terakhir seluruh badan bayi di bilas menggunakan air yang di ember untuk kepala, karena air tersebut paling bersih dan tidak ada bekas kotoran badan.

Kelima dijelaskan tentang kesehatan bayi. Secara umum suhu badan normal bayi adalah 36.5 – 37.5 derajat celcius. Apabila melebihi 38 derajat, sebaiknya dibawa ke dokter. Mereka gak nyebut sich gimana klo dibawah 36, tapi kayaknya klo badan terlalu dingin juga gak bagus dan sebaiknya dibawa ke dokter. Selain itu apabila ada tanda tanda lain yang kurang sehat, muntah (bukan gumoh), yellow skin, atau tidak mau menyusui sebaiknya dibawa ke dokter. Apabila pup bayi berwarna hitam, merah, putih, diare, maka periksa juga ke dokter dan dibawa bekas popoknya itu. Tanda bayi sehat dan berkomunikasi adalah melalui tangisan. Apabila bayi menangis, maka kemungkinannya adalah: mau nyusu, pup atau kencing, bosan tidur terus minta digendong, ngantuk mau tidur, ruangan terlalu panas atau dingin, atau bisa juga bayi nangis karena pengen aja jadi klo gitu digendong, diayun2, diajak ngobrol, dll. Kalo bayi menangis terus padahal kita sudah mencoba semua kombinasi decoding tangisan bayi, maka sebaiknya konsultasikan ke dokter juga.

Keenam dijelaskan tentang pemeriksaan bayi setelah usia satu bulan (ikkagetsu kenshin一ヶ月検診). Di jepang ini bayi wajib diperiksa ke dokter setelah usia satu bulan. Pada intinya sich bayi ingin dilihat kesehatannya setelah tinggal satu bulan bersama kita, kebersihan bayinya, ada kelainan atau tidak, dll. Kemudian, bayi akan diberikan vitamin K2, jadi 1 jam sebelum periksa ke dokter bayi tidak boleh menyusui. Nanti biasanya bayi akan menangis karena kelaparan, tapi kita harus tega dan membiarkan menangis, justru ketika seperti itu bayi jadi lahap ketika dikasih vitamin K2. Selain itu, kalau bayi disusuin dalam rentang 1 jam sebelum dan 30 menit setelah dikasih vitamin, ada kemungkinan muntah jadi gak bagus.

Terakhir dijelaskan macam macam seperti vaksinasi, dll. Tapi nampaknya kita coba bahas di tulisan terpisah saja selanjutnya terkait merawat bayi. Oh iya, ketika datang kunjungan dari kuyakusho, kita juga dapat buku panduan macam macam, tapi yang tidak kalah penting adalah dikasih lagi kupon diskon belle maison 2000yen, buku panduan bermain dengan bayi, dan buku gambar anak. Adapun terkait kebutuhan/perlengkapan bayi yang diperlukan di rumah sudah dibuat tulisannya oleh istri saya disini.

 

Summary

Begitulah kurang lebih pengalaman kami menjelang dan ketika melahirkan. Tahap selanjutnya adalah merawat bayi sebaik mungkin dan periksa ke dokter apabila sakit. Seluruh biaya berobat untuk bayi adalah gratis asalkan kita urus iryosho, kartu kesehatan bayi, yang akan saya bahas di part 3. Untuk pengalaman awal kehamilan dapat dilihat di part 1.

In conclusion, delivery probably is an anxious, stressed, yet exciting experience for the family. Approaching the delivery, there are several things need to be prepared when you decided to deliver your baby in Japan:

  1. Apply for Delivery lumpsum from kuyakusho.
    Usually we don’t need to apply for this because we can automatically get this lumpsum if we already register our pregnancy and got the boshitecho from kuyakusho. At the time of admission on the hospital, they will give us a consent form to let the hospital retrieve the money directly from kuyakusho.
  1. Premama orientation is an explanation from the hospital to the soon-to-be parents about the delivery process and baby life. They also explained the detail about the sign of approaching delivery and how to strive on the delivery process.
  2. The sign of delivery can be divided into 5 indication:
    1. Contraction, with interval every 10 minutes, or in one hour there are 6 times or more contraction
    2. Water breaking or membrane rupture, the placental water is leaking without the feeling of urination. Even if you feel doubt whether the water is breaking or not, just contact the hospital and go there to confirm your condition.
    3. If you have a bleeding with a fresh blood discharge or large volume of blood is flowing. This condition is considered as irregular/abnormal condition.
    4. A very strong pain on the stomach or other part of your body.
    5. You have a dizziness, headache, vertigo, or eyes flickering which is very disturbing.
      If you have all the condition above, contact the hospital and go there directly. In addition, if there is no fetus movement for more than 1 hour, you need to go to the hospital as soon as possible.
  1. Things to bring to the hospital for the delivery mostly is the clothes for the mother while staying in the hospital, clothes for delivery, and waist nipper for the belly after the delivery. All the baby items are provided by the hospital. In addition, bring one clothes for the baby when go home from the hospital.
  2. About the delivery process, pray and enjoy it.
  3. After the delivery, the nurse will explain many things about the baby’s life. They will explain about how to carry your baby, about breastfeeding, change the diaper, baby’s bath, baby’s health, etc.

Next, the documents that need to be handle after the delivery will be explained in part 3. as for the experience in early stage of pregnancy had been described in part 1.

 

To be continue..

 


21 Comments

Pengalaman Melahirkan di Jepang (Part 1)

Pengalaman Melahirkan di Jepang, Part 1
Masa Awal Kehamilan

Pregnancy experiences in Japan, Part 1
Early stage of pregnancy
(english summary on the bottom part)

Walaupun yang mengalami proses kehamilan dan melahirkan adalah istri saya, tapi sedikit banyak saya terlibat langsung dalam segala urusannya karena kami tinggal di negeri rantau. Karena ada banyak yang bisa di share disini, jadi saya coba bagi tulisannya menjadi beberapa part yaitu part 1 untuk pengalaman di masa awal kehamilan (pra-melahirkan), part 2 tentang menjelang dan ketika melahirkan, part 3 tentang dokumen yang perlu diurus pasca melahirkan. Selain itu saya juga lampirkan terpisah kosa-kata yang sering dipakai di rumah sakit, cara menelpon rumah sakit (dan taxi), dan kosa kata yang katanya bakal keluar di ruang melahirkan (udah kayak ujian aja, wkwk). Pertimbangan memilih melahirkan di Jepang atau di Indonesia tidak saya bahas disini, mungkin dibahas di tulisan terpisah klo sempet.

*image credit to http://www.shutterstock.com

Melahirkan di Jepang katanya…

Karena ini adalah pengalaman pertama kami akan melahirkan di Jepang, tepatnya di Kawasaki (tetangganya Tokyo), ada banyak hal yang perlu dipersiapkan dan dipelajari supaya segala urusannya bisa berjalan dengan lancar tanpa ada masalah. Katanya hambatan terbesar menjalani proses melahirkan di Jepang adalah kendala bahasa. Karena saya bukanlah orang yang bahasa jepangnya lancar, Sensei saya di kelas volunteer bilang klo level saya mungkin sekitar N3, Jadi ada banyak kosa-kata, kanji, dan tata bahasa formal yang harus saya pelajari lagi supaya bisa menghadapi hambatan ini. Akhirnya dimulailah petualangan saya googling mencari berbagai informasi tentang melahirkan di Jepang.

Katanya (dulu) melahirkan di jepang gratis (total), biaya berobat disubsidi, setelah melahirkan akan mendapatkan banyak bantuan biaya dari pemerintah, dll. Iming2an lainnya adalah, buat kita mahasiswa, gak perlu khawatir melahirkan di Jepang insya Allah aman lah. Cukup beasiswanya. Kenyataannya.. (jreng jreng) Informasi itu tidak salah tapi tidaklah seindah imajinasi kita. Ibarat kata itu informasi yang manis manisnya aja, yang pahitnya jarang disampaikan. Selain itu tidak semua informasi yang berlaku pada masa dahulu, masih berlaku di masa kini. Mudah2an di tulisan ini saya bisa berbagi manis-pahit pengalaman kami, hehe..

 

Awal Kehamilan

Prosedur paling dasar mengecek awal kehamilan adalah menggunakan test-pack, atau bahasa jepangnya ninshin kensayaku (妊娠検査薬) atau kadang orang jepang nyebutnya kensayaku aja buat singkatnya. Ketika hasilnya sudah positif, maka kita baru ke rumah sakit buat cek ke dokter. Nah, untuk bisa mendapatkan subsidi biaya melahirkan, maka kita harus rumah sakit/klinik obgin (bahasa jepangnya sanfujinka, 産婦人科) terlebih dahulu untuk di cek secara langsung oleh dokter apakah kita hamil atau tidak. Kemudian setelah dokter menyatakan positif hamil, baru kita bisa ke kantor kecamatan (kuyakusho) atau kantor kabupaten/kota (shiyakusho) untuk melapor kehamilan serta akan diberikan penyuluhan singkat tentang melahirkan; Dan yang paling penting adalah dikasih buku boshitecho, gantungan kunci ibu hamil biar di kereta bisa dapet priority seat, serta kupon diskon/subsidi untuk biaya berobat rutin kehamilan. Boshitecho (lengkapnya 母子健康手帳) adalah buku catatan kesehatan ibu dan anak, buku wajib bagi ibu hamil disini yang harus selalu dibawa ketika berobat.

Sampai disini, artinya pertemuan pertama kali ke dokter di rumah sakit, kita tidak bisa mendapatkan diskon karena kita belum punya kupon diskon dari pemerintah kota, sehingga biaya pertama kali ke rumah sakit saya adalah sekitar 1 man (sekitar sejuta rupiah). Glek. Untung bawa kartu sakti cc yang bisa kita gunakan di kondisi terpaksa. Muncul pertanyaan, apakah bisa kita ke kuyakusho dulu minta boshitecho baru kemudian berobat pertama kali ke dokter? Sayangnya tidak bisa karena kuyakusho tidak menerima kesaksian/ bukti hamil dari testpack aja, tapi harus dokter yang menyatakan hamil baru kita bisa dikasih boshitecho, dkk. Sebenarnya pertanyaan tadi munculnya di kepala saya sich, jadi saya udah coba sendiri dan gagal, hehe..

 

Visit Hospital for the First Time

Mencari rumah sakit untuk berobat juga penting, parameternya macem2 seperti ketersediaan dokter perempuan dan berbahasa inggris, jarak ke sana dari rumah, biaya berobatnya berapa, kenyamanan, dll. Ketika diskusi dengan orang kuyakusho, saya tanya kira2 rumah sakit mana yang bisa bahasa inggris, mereka juga gak yakin karena dokter kan di rotasi, jadi bisa jadi dulu disana ada sekarang malah gak ada. Tapi mereka merekomandasikan 2 rumah sakit pemerintah yaitu Tama byouin dan Kawasaki byouin. Klo denger2 cerita orang Indonesia di daerah kami, ada Showa byouin yang rumah sakitnya universitas kampus swasta, jadi ada terus dokter perempuan yang bisa English disana. Ada juga rumah sakit di azamino yang temen saya bilang dulu ada dokter bisa English, tapi sayangnya sekitar 2 tahun lalu temen kesana udah gak ada.

Kami akhirnya memutuskan memilih Tama byouin yang paling dekat dengan rumah kami untuk pertemuan dokter pertama kali, sambil mengecek apakah ada dokter yang bisa English, dan melihat suasana lainnya. Jika ternyata tidak nyaman, mungkin kami akan pindah ke Showa byouin. Stalking dulu di websitenya, nyari hari apa yang kira2 dokternya cewe, akhirnya kita memutuskan kesana hari rabu pagi. Pertemuan pertama kali ke dokter ada istilahnya yaitu shoshin (初診), dan dokternya khusus gitu jadwalnya jadi gak bisa kita asal dateng jamnya. Klo untuk pemeriksaan rutin selanjutnya baru bisa booking hari dan jamnya sesuai dengan jadwal kita.

Peta Ruangan Tama Byouin

Pertama kali dateng, kami langsung ke pusat informasi. Kemudian tanya tanya, mau berobat ke sanfujinka, hajimete, gimana. Trus ditanyain macem macem kayak udah cek kensayaku belom, nanti mau melahirkan di rumah sakit ini atau enggak, isi form, bikin kartu berobat, dll. Trus giliran saya yg nanya lagi, dokternya bisa bahasa inggris gak? Trus orang receptionist entah ngomong apa panjang x lebar x tinggi dalam bahasa jepang, saya cuma menangkap, dokternya khawatir klo dalam bahasa inggris ada hal2 yang tidak tersampaikan secara maksimal, sebaiknya klo kesini bawa temen yang kira2 bisa bahasa jepang. hoo gitu.. ya saya pernah denger klo orang jepang itu takut ngomong English karena klo ada apa2, misalnya klo sampe ada kasus apa gitu, mereka bisa2 dimintai pertanggung jawaban atas cara komunikasinya. Klo salah2, bisa jadi mereka yang disalahkan, karena itulah sangat wajar klo dokter takut ngomong English. Di satu sisi, minimal saya cuma mau pertemuan pertama aja karena butuh pernyataan dokter bahwa istri saya hamil, jadi biar saya bisa minta boshitecho ke kuyakusho dan selanjutnya klo ke rumah sakit udah diskon. Akhirnya di titik itu saya bilang, “yaudah gpp saya aja yang ngomong bahasa jepang, kira2 bahasa jepang saya segini bisa dimengerti kan ya sama dokternya..”. Receptionist terlihat agak ragu, hahaha.. trus dia ngomong apa saya kurang ngerti, dan akhirnya tetep aja saya daftar dan ketemuan ama dokternya.

Di balik layar, nampaknya mereka kebakaran jenggot, karena bakal dikunjungi ama pasien yang bahasa jepangnya berantakan kayak saya, dokter pun gak berani ngomong English, akankah.. (sound track silet). Sambil saya menunggu di ruang tunggu, tak berapa lama datanglah seorang petugas rumah sakit divisi social worker bernama Saito, dia bisa ngomong bahasa inggris dengan lancar dan ngobrol ke saya sambil memperkenalkan diri. Dia kemudian bilang klo dari rumah sakit ini bisa menyediakan interpreter untuk berkomunikasi dengan dokter. Waah tentu saja kami takjub dan berterima kasih dong.. tapi tak lupa saya tanya, apakah saya harus bayar untuk jasa interpreter itu? Kemudian dia bilang, tidak perlu bayar, biaya interpreter akan ditanggung oleh rumah sakit. Dia cuma berpesan klo bisa sich jadwalnya jangan cancel tiba2 aja karena interpreter kan dibooking dan (mungkin) klo di cancel tetep harus bayar. Waah, mengetahui hal ini, tentu saya bilang saya mau jasa interpreter itu untuk pertemuan selanjutnya dan berterima kasih karena telah dibantu oleh pihak rumah sakit. Hanya saja pada pertemuan pertama belum ada interpreter jadi akan dicarikan suster yang bisa bahasa inggris khusus untuk hari itu. (dalam hati saya mikir, kenapa gak dia aja sich untuk yang pertama kali, tapi mungkin gak boleh karena yang masuk ke ruang dokter cuma boleh pasien, dokter, suster, saya keluarga, dan mungkin interpreter resmi).

Akhirnya kami dipanggil masuk dan masuklah kami ke ruang dokter. Sreeeg (bunyi pintu digeser), kemudian disambutlah kami dengan ohayou gozaimasu oleh dokter dan suster. Saya jawab ohayou gozaimasu. Masih deg2an karena takut keluar kata2 yang tidak dimengerti,haha.. Susternya pun sudah ada di dalam juga. Karena dokternya udah tau klo kami orang asing, dia berusaha ngomong bahasa jepang dengan pelan2 dan menggunakan kosakata yang gampang2, jadi saya masih bisa mengikuti flownya. Saya bilang klo ini pertama kali, udah cek kensayaku dan positif. Dokter sempet nanya udah punya boshitecho belum, terus saya bilang belum punya karena kata orang kuyakusho kami harus ke dokter dulu untuk cek baru bisa minta boshitecho. Dokter juga nanya ada keluhan apa aja, ya paling jawab yg standar2 aja.. trus disuruh masuk ke ruang di samping untuk dilakukan pemeriksaan transvaginal, naishin (内診). Setelah selesai dokternya bilang omedetou, selamat karena sudah positif hamil. Alhamdulillah tidak ada masalah ktnya.

Dokter bilang setelah ini silahkan ke kuyakusho dan minta boshitecho. Boshitecho harus dibawa setiap kali ketemu dengan dokter. Nah disitu saya ngomong ke dokternya, boleh saya minta ninshin shoumeisho? Karena kemarin saya sudah ke kuyakusho dan belum boleh minta boshitecho katanya, katanya saya harus ke dokter dulu dan minta pernyataan dari dokter. Trus disitu dokternya bingung, susternya juga bingung, dia bilang, biasanya gak perlu ninshin shoumeisho bisa kok minta boshitecho. Hmm, dodolnya, disini gw udah bahasa jepang pas-pasan malah debat ama dokternya, hahaha.. trus saya coba ubah kalimat saya, bolehkan saya minta ninshin shoumeisho? Trus dokternya bilang, klo usia kehamilan kurang dari 10 (atau 12) minggu, belum bisa dikeluarkan surat ninshin shoumeisho. Trus saya bingung kan, dan susternya dengan sangat yakin bilang, bisa kok minta boshitecho tanpa ninshin shoumeisho. Nanti klo gak bisa, kamu telpon rumah sakit ini aja. Kemudian saya terpaksa nurut dan saya jadi sedikit merenung dan mempertanyakan kembali referensi yang sudah saya baca. Saya yakin sekali banyak referensi yang menyatakan kita perlu minta ninshin shoumeisho kemudian surat tersebut dibawa dan ditunjukan ke kuyakusho/ shiyakusho kemudian kita bisa mendapatkan boshitecho. Yasudah saya gak jadi dapet dech. Dan setelah selesai pemeriksaan, dikasitau klo bisa 2 minggu lagi periksa lagi ke dokter, ditanyain mau hari apa jam brapa, biar bikin surat bookingnya. Selesai, arigatou gozaimasu, keluar ruangan, buaah lega.. akhirnya terlewati juga ujian pertama, hahaha..

Diluar disuruh nunggu sebentar, kemudian susternya keluar lagi dan ngasih kertas booking untuk pertemuan selanjutnya (yoyakuhyou 予約表) dan kertas yang harus dibawa ke kasir dibagian luar. Sebelum bayar di kasir, Saito san bilang nanti disuruh mampir ke bagian social worker temuin dia buat booking interpreter pertemuan selanjutnya. Trus saya kesana dan kasih liat yoyakuhyou, trus dia bilang akan disiapkan interpreter di tanggal dan jam tersebut. Kemudian saya bayar ke kasir dan ya tadi itu, bayarnya 1 man (sekitar sejuta), hahaha.. (nyesek). Pulanglah kami ke rumah dengan perasaan bahagia karena telah selesai melewati pertemuan-yg-sepertinya-bakal-menyeramkan-tapi-ternyata-baik-baik-saja, dan klo saya pribadi sich merasa bahasa jepang saya mengalami level up, hehe..

 

Ke Kantor Kecamatan / Kuyakusho

Setelah ke dokter dan dinyatakan positif hamil, tapi gagal bawa ninshin shoumeisho, kami datang lagi ke kuyakusho di miyamae-ku (lantai 3) dan bilang mau ke bagian ibu hamil (ninshin) minta boshitecho. Trus diantarlah ke loketnya (duh lupa nomor berapa, 12 atau 13 gitu). Trus disana saya bilang bahwa kami sudah ke rumah sakit dan dokter sudah menyatakan hamil. Saya mau minta boshitecho, dll. Trus petugasnya nanya, sudah cek ke dokter dimana, trus saya bilang di tama byouin, tapi saya tidak dapat ninshin shoumeisho karena katanya belum bisa dikeluarkan. Supaya sedikit meyakinkan, saya tunjukan bon2 dari rumah sakit. Ternyata mereka percaya begitu saja dan bilang tidak perlu ninshin shoumeisho. Alhamdulilllah, dengan demikian saya sudah tidak butuh lagi yg namanya ninshin shoumeisho yg klo menurut banyak referensi di google dibutuhkan, hehehe..

Disana kami seperti dikasih sedikit penyuluhan gitu kayak, pekerjaan istri dan suami apa, kemudian sudah siap belum punya anak, nanti kalau melahirkan biayanya mahal lho, sudah siap belum, biaya berobat rutin, terus biaya2 lain ketika sudah melahirkan (kayaknya dia fokus ke biaya gara2 gw mahasiswa kali yak, jadi khawatir gitu). Dia nanya, kamu punya biaya untuk melahirkan? Kira-kira 500rb yen lho (sekitar 50jt), terus saya bilang wah mahal banget, ya gak punya, haha.. ya harus nabung dari sekarang, dan kalo memang nanti ternyata butuh besar, saya bisa cari pinjaman, saya punya banyak teman kok, daijoubu desu, wkwk.. saya merasa dia lagi ngetes kesiapan mental saya dech.. nothing to lose. Kemudian dia baru ngaku dech klo pemerintah jepang bisa ngasih bantuan subsidi untuk biaya berobat rutin, bantuan biaya melahirkan sebesar 420.000 Yen, dan nanti juga ada biaya support untuk anak yang baru lahir setiap bulan. Waah.. sugoi desune.. itu semua gimana ngurusnya saya tanya, dan barulah dia menjelaskan macam2.. Lumayan karena akhirnya dapat penjelasan langsung dari sumber primer, melengkapi sumber2 googling saya, hehe..

Selesai penjelasan tersebut, saya dikasih boshitecho dalam bahasa jepang dan bahasa Indonesia, buku kupon diskon berobat, dan gantungan kunci untuk ibu hamil, (dan kupon diskon belanja di belle maison 2000yen) dan banyak dokumen2 lainnya dalam bahasa jepang yang ujung2nya tidak saya baca sama sekali, haha.. 3 (eh 4) itu adalah benda paling penting yang perlu kita minta di awal kehamilan, adapun subsidi biaya melahirkan, subsidi lainnya, semua diurus nanti ketika sudah menjelang/setelah melahirkan.

 

Pemeriksaan Rutin Kedua, dan Selanjutnya

Pemeriksaan rutin (kenshin/shinsatsu: 検診/診察) selanjutnya prosesnya kurang lebih sama. Ada tes urin, tes darah di minggu2 tertentu, USG, dan tes tes lainnya). Untuk di Tama byouin urutannya:

  1. Masukin kartu berobat (shinsatsuken 診察券) ke mesin untuk di print nomor antrian (di samping loket nomor 1).
  2. Ke bagian urin test dan/atau blood test di sebelah kanan pintu gerbang (loket no 13). Masukkan shinsatsuken ke mesin, trus nanti keluar cup buat urin. Klo test urin biasanya tinggal kencing aja di cup terus cupnya dikasih ke jendela ruang pemeriksaan dari dalam toilet. Klo blood test nanti masuk ke ruangannya untuk diambil darah. Biasanya sebelum blood test gak boleh makan 1-2 jam sebelumnya.
  3. Ke bagian social worker (loket 5 atau 7) untuk ketemuan ama interpreter. (nomor 2 ama 3 bisa dituker deng urutannya)
  4. Ke bagian receptionistnya obgin (sanfujinka 産婦人科) di ujung kiri rumah sakit klo dari pintu gerbang (東外来 loket no 12). Disana cuma nunjukin nomor antrian aja, nanti ama dia disuruh timbang badan ama tekanan darah di bagian dalamnya sanfujinka.
  5. Masuk ke ruang tunggu dalam sanfujinka untuk timbang berat badan dan tekanan darah. Semua dilakukan sendiri, mesinnya gampang kok cara pakenya. Hasilnya di print di kertas kecil kemudian dimasukkan ke dalam map biru yg disediakan di atas meja sana. Masukkan juga boshitecho kita.
  6. Serahkan map biru tsb beserta isinya ke receptionist (uketsuke 受付) sanfujinka kemudian tunggu di ruang tunggu luar sampai dipanggil nomor kita.
  7. Setelah nomor kita muncul, masuk ke ruang tunggu di dalam, nunggu lagi sampe dipanggil nama. Pay attention karena mereka manggil dalam bahasa jepang. (xxx san, yyy ban shitsu ni go hairi kudasai; xxx nama kita, yyy nomor ruangan dokternya)
  8. Pertemuan dengan dokter. Serahkan kartu berobat buat di scan, ditanyain kabar, ada keluhan apa, masuk ke ruangan samping buat periksa, USG, dikasitau ini bagian kepala, mata, dll, dikasitau kita week berapa, berat dan ukuran bayi berapa. Trus dijelasin klo ada apa2, sama klo ada lagi yg mau dikonsultasikan, trus janjian ketemuan selanjutnya lagi kapan, selesai.
  9. Keluar sebentar dari ruang dokter, tunggu suster ngasih bon, dokumen untuk ketemuan selanjutnya (yoyakuhyou), dan boshitecho, dan keluar dari bagian obgin menuju kasir.
  10. Sebelum ke kasir, saya sich mengantar interpreter ke bagian social worker dulu untuk dikembalikan, trus ngomong terima kasih, trus janjian lagi ama social worker untuk booking interpreter pada pertemuan selanjutnya.
  11. Ke kasir bayar (loket nomor 4). Tunjukan buku kupon kita, isi identitas di kupon. Biasanya ditanyain ama mbak2nya ada chushajo (mobil/motor parkir) ga? Bilang aja enggak, haha. Abis itu bayar melalui mesin di samping kasir. Masukkan shinsatsuken ke mesin, trus nanti keluar biaya yg perlu dibayar. Masukkan uang atau bayar pakai CC. terus ada pilihan untuk ngeprint bon atau tidak, saran saya: print bonnya, simpan.
  12. Selesai, sebelum pulang bisa numpang shalat dulu di RSnya. Balik lagi ke ruangan sanfujinka, bilang ke mbak2 receptionist: oinori shitaidesu, nanti dikasi tau shalat di ruang mana, bisa di ruang menyusui atau di ruang suster, tergantung dimana yang lagi kosong.

Khusus di pertemuan kedua (atau ketiga, lupa), kita juga akan melakukan booking untuk melahirkan. Kita akan ditanya mau melahirkan dimana? Klo saya kemarin bilang aja mau melahirkan di Tama Byouin, jadi kita booking mau melahirkan disana dari jauh jauh hari. Sebenarnya saat itu saya dan istri masih menimbang-nimbang mau lahiran di Jepang atau Indonesia, tapi yang penting booking dulu rumah sakit karena klo penuh nanti kita gak bisa lahiran disana, harus cari rumah sakit lain. Booking juga gratis kok, tinggal masukin data aja, klo memang akhirnya kita memutuskan lahiran di Indonesia, kan kita tinggal bilang cancel aja ke RSnya. Yang jelas, klo mau lahiran di Indonesia, sudah harus diputuskan di bulan ke 7 karena lebih dari itu udah beresiko untuk naik pesawat terbang.

Di pertemuan kedua, karena waktu pertemuan pertama kita belum dapet boshitecho dan belum punya kupon diskon, ternyata ama orang kasirnya ditanyain bawa bon yang pertama kemarin gak? Trus saya bilang bawa, trus ama dia diambil salah satu kupon diskon untuk mengganti biaya yang keluar di pertemuan pertama. Waw, hebat, uang yang keluar 1 man diawal bisa diganti sebagian, hehehe, Alhamdulillah..

 

Booking Untuk Melahirkan

Proses booking disini sebenarnya cukup simple, cukup ke bagian loket untuk pendaftaran booking melahirkan, trus isi data, dan selesai. Klo di Tama byouin, receptionist buat booking ini di corner yang sama dengan social worker. Ketika kesini saya ditemenin ama interpreter supaya tidak salah nangkap, jadi sebelum interpreter selesai, kita ajak ke bagian booking dlu supaya kita tidak salah2 waktu booking. Apa aja sich yang diomongin disini:

  • Tanggal perkiraan melahirkan (bunben yoteibi 分娩予定日)
  • Isi biodata istri, dan guarantor (suami) klo gak salah
  • Dikasih buku panduan menginap di rumah sakit dan beberapa form yang perlu diisi dan dikumpulkan ketika kita telah menginap di rumah sakit.
  • Perkiraan biaya melahirkan. Untuk melahirkan normal perkiraannya 450-500 ribu yen. Untuk melahirkan sesar sekitar 350-450 ribu yen. Lho kok bisa lebih murah? Ya, karena di Jepang caesarian section itu adalah kondisi terpaksa ketika tidak bisa melahirkan normal, setelah mengalami pertimbangan matang dari dokter. Jadi sesar dianggap penyakit dan berhak mendaparkan asuransi lebih besar dibandingkan melahirkan normal. Dan (sepertinya) kita tidak bisa minta sesar diawal klo tidak ada alasan khusus.
  • Ruangan rumah sakit yang mau dibooking. Ruang biasa isi 4 bed (pasien) sekamar biayanya gratis, klo isi 2 bed perharinya 4000 yen, klo yg isi sendiri (VIP) ada yang 17000 yen ada juga yang 24000 yen (ini namanya LDR).

Untuk panduan lebih detail mengenai panduan menginap di rumah sakit akan di bahas di part 2, karena nanti akan dikasih lagi buku panduan menjelang melahirkan. Selain itu juga, proses melahirkan di Jepang dilakukan di 2 ruang berbeda yaitu Labor Room dan Delivery Room. Labor room adalah ruangan kita mengalami kontraksi sampai bukaan maksimal, sebelum memasuki tahap mengeluarkan bayi. Delivery room adalah ruangan untuk proses mengeluarkan bayi. Saya akan bahas lebih detail nanti di part 2, tapi buat gambaran, kalau kita ingin proses delivery ditemani suami (tachiai bunben 立ち会い分娩) Maka kita harus booking di ruang delivery khusus dan ruang menginap VIP khusus (ruang LDR) yang biayanya cukup mahal, dan mungkin sekalian di tahap ini juga proses bookingnya. Saya baru menyadari ini di akhir2 dan udah gak bisa lagi karena untuk ruangan biasa, suami tidak bisa menemani ke dalam ruangan delivery, dan hanya bisa sampai di ruangan Labor aja. Walaupun begitu, Delivery room itu ruangannya cuma ditutup sama gorden kok, bukan ama pintu, jadi kita disuruh nunggu diluar dan tetap bisa mendengar proses melahirkannya (atau bahkan ngintip2 karena cuma gorden), tapi yang jelas gak bisa berdiri di samping bednya. Hufft kecewa..

 

Perbandingan Rumah Sakit

Bagian ini khusus perbandingan biaya rumah sakit di daerah den-en-toshi line, karena sempet nanya2 juga ama temen2 yg lagi hamil juga jadi sepertinya menarik klo dibikin perbandingan.

tabel-perbandingan
Klo lihat tabel ini, nampaknya showa byouin menang di banyak aspek. Total kupon diskon mungkin sedikit dibawah miyamaeku tapi dapat plus voucher periksa gigi menjadi nilai tambah. Mungkin yang menjadi sedikit pertanyaan adalah mengapa biaya sesar di showa lebih mahal daripada di Tama byouin, saya sendiri masih kurang informasinya. Adapun rumah sakit di Yamato-shi biaya melahirkannya lebih mahal karena teman saya ketika melahirkan saat liburan golden week, ditambah bayinya yang lahir dengan berat badan sedikit jumbo, mungkin jadi ada tambahan biaya totalnya. Untuk rumah sakit Tokyo, nanti klo saya udah dapet data lengkapnya lagi saya lengkapi, hehe..

Summary

Kurang lebih itu pengalaman kami di awal kehamilan. Pertemuan selanjutnya kurang lebih mirip2 pengalamannya, jadi tidak perlu dijabarkan lagi. Kemudian klo di jepang, di trimester pertama dan ketiga, kita kontrol rutin ke dokter setiap 2 minggu sekali, adapun trimester kedua sekitar sebulan sekali. Total ketemuan ama dokter mungkin sekitar 14 kali, sejumlah kupon diskon, hehe..

In conclusion, what you need to do in early stage of pregnancy:

  1. Check using the testpack, you can purchase it in any pharmacy shops.
  2. Meet the doctor, whether in hospital or clinic. Confirm (at least verbally) that you are positive pregnant.
  3. Go to city or ward office (Kuyakusho/shiyakusho) to apply that you are pregnant. You will get mother and baby health book (Boshitecho), discount coupon for routine medical examination, and other guidance books.
  4. Book the hospital for the baby delivery. We need to book as earlier as possible.
  5. Take routine medical examination until delivery.

Next, for the pre-mama orientation, preparation toward delivery, delivery cost subsidy from Japan government, and delivery itself will be described in part 2. As for the documents that need to be manage after delivery will be explained in part 3.

To be continue..


3 Comments

Memegang Al-Qur’an

[edisi notulen]

Bagaimanakah seharusnya kita sebagai seorang muslim dalam menghormati kitab suci Al Qur’an?
Tentu yg paling utama adalah mempelajarinya, berusaha memahaminya, dan mengajarkan sejauh pemahaman yg bisa kita sampaikan..
Tentu ini adalah hal fundamental yang perlu kita lakukan sebagai bukti kedekatan kita kepada Al Qur’an.

Nah, ada hal menarik yg bisa kita pelajari bahkan renungi sangat dalam, untuk permasalahan yg mungkin bagi sebagian orang sangat sepele, yaitu permasalahan menyentuh/memegang mushaf. Bolehkah org yg sedang tidak suci (junub, haid, tanpa wudhu) menyentuh qur’an?

untuk masalah pegang mushaf dalam keadaan haid atau tidak berwudhu, ini masalah yang sangat legendaris..
ditanyakan dari dulu sampai sekarang..
karena sangat legendaris, dan penjelasannya menyangkut beragam konsep, maka kita coba diskusikan sedikit-sedikit.

Noted:
*kalau menemukan kata saya, artinya bukan saya, haha pusing kan..
Pokoknya bukan pemilik blog ini dech..

Pembahasan:

Mari kita cek dulu ayatnya:
إِنَّهُ لَقُرْآنٌ كَرِيمٌ ﴿٧٧﴾ فِي كِتَابٍ مَّكْنُونٍ ﴿٧٨﴾ لَّا يَمَسُّهُ إِلَّا الْمُطَهَّرُونَ
Ini terjemah bahasa Indonesia : Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia, (77) pada kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh), (78) tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan. (79)
Ini versi bahasa Inggris :
Indeed, it is a noble Qur’an (77) In a Register well-protected; (78) None touch it except the purified. (79)
Saya pilih versi Saheeh International karena mereka menekankan kemurnian terjemah kata.
Di sini ada beberapa isu :
1. kata ganti “nya” pada kata “menyentuhnya” (ayat 79) itu mengganti “Al Quran” (ayat 77) atau “kitab yang terpelihara” (ayat 78)?
2. Siapa yang dimaksud “the Purified”? orang atau bukan?

Mari kita simak penuturan para Imam tafsir mengenai ayat ini.
Saya mencoba mengambil yang mudah diambil dari Tafsir At Tabari, Al Qurthubi, dan Ibnu Katsir.
Kenapa At Tabari? Karena At Tabari metodologi tafsirnya paling baik menurut para peneliti tafsir. Kenapa Al Qurthubi?Karena Al Qurthubi fokus membahas aspek hukum dari ayat al Quran. Kenapa Ibnu Katsir? karena Ibnu Katsir sangat serius menyaring riwayat hadits yang menjelaskan Al Quran.

1. Metodologi tafsir At Tabari dinilai sangat baik antara lain karena beliau selalu bersandar pada riwayat dari Nabi saw, menyajikannya satu per satu.
Kalau tidak ada riwayat dari Nabi saw, beliau bersandar pada riwayat dari Sahabat.
Setelah itu, pada riwayat Tabi’in.
Dalam hal ayat2 di al Waqi’ah :78-79 ini, beliau menyajikan lebih dari 15 riwayat.
Di antaranya ini :
حدثني إسماعيل بن موسى، قال: أخبرنا شريك، عن حكيم، عن سعيد بن جُبَير، عن ابن عباس { لا يَمَسُّهُ إلاَّ المُطَهَّرُونَ } الكتاب الذي في السماء.
Di situ beliau menyajikan sanad dari Ismail bin Musa, dari Syuraik, dari Hakim, dari Sa’id bin Jubair, dari Ibnu Abbas, bahwa Ibnu Abbas menafsirkan “nya” di ayat itu sebagai “kitab yang di langit”.

Ada riwayat lain terkait asbabun nuzul :
حُدثت عن الحسين، قال: سمعت أبا معاذ يقول: ثنا عبيد، قال: سمعت الضحاك يقول في قوله: { لا يَمُسُّهُ إلا المُطَهَّرُونَ } زعموا أن الشياطين تنزّلت به على محمد، فأخبرهم الله أنها لا تقدر على ذلك، ولا تستطيعه، وما ينبغي لهم أن ينزلوا بهذا، وهو محجوب عنهم، وقرأ قول الله:
{ وَما يَنْبَغِي لَهُمْ وَما يَسْتَطِيعُونَ إنَّهُمْ عَنِ السَّمْعِ لَمَعْزُولُونَ. }
Riwayat dari Adh Dhahhak (tabi’in) ini menyatakan bahwa orang2 kafir mengklaim bahwa Al Quran itu dibawa syaitan kepada Nabi saw.
Maka Allah pun mengabarkan kepada mereka bahwa syaitan2 itu tidak akan sanggup, dan syaitan2 itu sama sekali tidak pantas untuk turun dengan membawa Al Quran.

Kemudian, Adh Dhahhak membacakan ayat lain di Al quran yang mendukung tafsir ini, yaitu surat asy syu’ara : 211-212.
Ini lengkapnya dari ayat 210 :
وَمَا تَنَزَّلَتْ بِهِ الشَّيَاطِينُ ﴿٢١٠﴾ وَمَا يَنبَغِي لَهُمْ وَمَا يَسْتَطِيعُونَ ﴿٢١١﴾ إِنَّهُمْ عَنِ السَّمْعِ لَمَعْزُولُونَ ﴿٢١٢﴾
Al Quran itu bukanlah dibawa turun oleh syaitan-syaitan. (210) Dan tidaklah patut mereka membawa turun Al Quran itu, dan merekapun tidak akan kuasa. (211) Sesungguhnya mereka benar-benar dijauhkan daripada mendengar Al Quran itu. (212)
Ada juga riwayat lain, yang juga menyatakan bahwa “nya” menunjukkan kitab Al Quran yang ada di langit.
yang terpelihara dari sentuhan setan.
(Dengan kata lain, “nya” baliknya ke كتاب مكنون )
Mengenai المطهرون, Imam At Tabari menyajikan dua pendapat dari riwayat2 yang ada. Riwayat dari Ibnu Abbas menyatakan bahwa maksudnya adalah Malaikat.
Demikian juga riwayat dari Sa’id bin Jubair dan Mujahid.

(Supaya tidak salah, riwayat di sini bukan hadita Nabi ya, melainkan pendapat para sahabat atau Tabi’in)
Tapi riwayat dari Ikrimah dan Abul ‘Aliyah menyatakan bahwa maksud المطهرون adalah manusia yang disucikan dari dosa, misalnya para penjaga kitab Taurat dan Injil, dan para Rasul Allah.

Setelah menyajikan semua riwayat, At Tabari menyatakan :
والصواب من القول من ذلك عندنا، أن الله جلّ ثناؤه، أخبر أن لا يمسّ الكتاب المكنون إلا المطهرون فعمّ بخبره المطهرين، ولم يخصص بعضاً دون بعض فالملائكة من المطهرين، والرسل والأنبياء من المطهرين وكل من كان مطهراً من الذنوب، فهو ممن استثني، وعني بقوله: { إلاَّ المُطَهَّرُونَ }.
“Pendapat yang benar menurut kami adalah bahwa Allah yang Maha Terpuji mengabarkan bahwa tidak ada yang menyentuh kitab yang terpelihara itu kecuali orang2 yang disucikan,
dan Dia menyampaikan kabar itu secara umum tanpa mengkhususkan suatu golongan.

Maka malaikat termasuk mereka yang disucikan. Para Rasul dan Nabi juga termasuk mereka yang disucikan. Dan setiap orang yang disucikan dari dosa juga termasuk dalam golongan yang dimaksud dalam ayat ini.”

2. Imam Al Qurthubi juga menyajikan sebagian riwayat yang disajikan Imam At Tabari, tapi dengan ringkas.
Dan beliau menambahkan ulasan fiqih
Dan argumentasi para fuqaha.
Beliau menyajikan isu baru : “menyentuhnya” di ayat 79 itu menyentuh secara hakiki dengan anggota tubuh atau maknanya saja?
Lalu beliau menukil pernyataan Imam Malik (note : Imam Al Qurthubi mengikuti madzhab Imam Malik) :

Jadi manusia yang disucikan itu menurut Imam At Tabari yang disucikan dari dosa, misalnya para Rasul.
perkataan Imam Malik : Di antara hal terbaik yang pernah saya dengar adalah pendapat bahwa ayat
}لاَّ يَمَسُّهُ إِلاَّ ٱلْمُطَهَّرُونَ itu dalam kedudukan yang sama dengan ayat
»:
{ فَمَن شَآءَ ذَكَرَهُ.فَي صُحُفٍ مُّكَرَّمَةٍ.مَّرْفُوعَةٍ مُّطَهَّرَةٍ.بِأَيْدِي سَفَرَةٍ. كِرَامٍ بَرَرَةٍ }
maka barangsiapa yang menghendaki, tentulah ia memperhatikannya, (12) di dalam kitab-kitab yang dimuliakan, (13) yang ditinggikan lagi disucikan, (14) di tangan para penulis (malaikat), (15) yang mulia lagi berbakti. (16)
(Abasa : 12-16)
(Jadi maksudnya, Imam Malik mendukung pendapat bahwa المطهرون di ayat itu adalah Malaikat)
Akan tetapi, Imam Al Qurthubi sendiri mendukung pendapat yang menafsirkan القرأن di ayat 77 sebagai mushaf al Quran yang ada di tangan kita, dan “menyentuhnya” sebagai adalah menyentuh secara hakiki dengan tangan.

Dan “orang-orang yang disucikan” sebagai manusia2 yang suci dari hadats dan najis. Ini pendapat Qatadah (Qatadah bin Nu’mam. Beliau salah satu imam tafsir dari kalangan tabi’in.). Dalil pendapat ini yang disebutkan Al Qurthubi ada tiga :
1) hadits riwayat Imam Malik dalam Al Muwaththa’ bahwa Nabi saw menulis surat untuk ‘Amr bin Hazm yang isinya antara lain :
ألا يمسّ القرآن إلا طاهر
“Tidak boleh menyentuh Al Quran kecuali seseorang yang suci.”
2) Perkataan Ibnu Umar ra bahwa Nabi saw bersabda, لا تمسّ القرآن إلا وأنت طاهر : ” Jangan engkau sentuh Al Quran kecuali engkau dalam keadaan suci.”
3) Saat Umar belum masuk Islam, dia pernah masuk ke rumah lalu meminta mushaf kepada saudarinya, lalu saudarinya menjawab dengan ayat al Waqi’ah: 79
Lalu Umar mandi dan masuk Islam.

(Sayangnya, Imam Al Qurthubi tidak menjelaskan secara eksplisit status hadits dan atsar2 itu, apakah sahih, hasan, atau dha’if)
Lalu Imam Al Qurthubi membahas hukum menyentuh mushaf tanpa wudhu.
Beliau menyatakan bahwa mayoritas Ulama melarang dengan dalil hadits Amr bin Hazm tersebut.
Pendapat yang melarang ini adalah madzhab Ali ra, Ibnu Mas’ud ra, Sa’ad bin Abi Waqqash ra, Sa’id bin Zaid ra,
‘Atha, Az Zuhri, An Nakh’i, al Hakam, Hammad, dan sejumlah fuqaha antara lain Malik dan Asy Syafi’i.
Ada pendapat yang membolehkan dengan dasar surat Nabi saw kepada Kaisar (penguasa Romawi, maksudnya surat itu memuat ayat Al Quran). Imam al Qurthubi menolak pendapat ini dengan menyatakan bahwa
itu kondisi darurat jadi tidak bisa menjadi dasar.
(Ada ulasan lain sih tapi segini dulu aja pendapat Imam Al Qurthubi).

3. Nah, Imam Ibnu Katsir menilai bahwa hadits mengenai surat Nabi saw kepada Amr bin Hazm itu
statusnya baik dan layak dijadikan argumen.

Hadits itu diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam kumpulan hadits mursal dan juga diriwayatkan oleh Ad Daruquthni (selain oleh Imam Malik sebagaimana yang disebutkan Imam Al Qurthubi). Tapi yang riwayat Ad Daruquthni menurut Ibnu Katsir ada kelemahan di sanadnya.

Dari uraian 3 imam tafsir tadi :
(1) Pangkal permasalahan ada di tafsir “nya”, ” menyentuh”, dan “yang disucikan” di al Waqi’ah 77-79
(2) Salah satu tafsir yang diterima baik adalah bahwa ayat itu menceritakan al Quran di langit yang tidak disentuh atau diakses kecuali oleh hamba-hamba Allah yang disucikan dari dosa. Dalilnya adalah ayat lain di suat Asy Syu’ara dan Abasa. Kalau mengikuti tafsir ini, berarti ayat di al waqi’ah tidak ada hubungannya dengan persoalan boleh tidaknya menyentuh mushaf tanpa wudhu.
(3) Penafsiran lainnya adalah bahwa ayat itu menyatakan bahwa mushaf al Quran tidak boleh disentuh kecuali oleh manusia yang disucikan dari hadats atau najis. Dalilnya adalah hadits tentang surat Nabi saw kepada Amr bin Hazm.
Sebagian besar Ulama dari kalangan sahabat, tabi’in, dan imam madzhab mengikuti tafsir ini sehingga mereka melarang orang yang berhadats menyentuh mushaf al Quran.

Q&A:

1. Qur’an di gadget:
Menurut Markaz Fatwa Islamweb (basis di Qatar), aplikasi Quran di gadget itu tidak sama dengan mushaf. Sebab, syarat mushaf itu harus ditulis, dan harus dengan huruf Arab. Sedangkan aplikasi itu bukan merupakan sesuatu yang ditulis.
Jadi larangan menyentuh mushaf tidak berlaku pada aplikasi Al quran di gadget ( fatwa no 32410 tahun 2003)

2. Bukankah Qur’an sekarang dicetak menggunakan plat, bukan ditulis?
Saya ga tahu persis kang apakah begitu pengertian fatwa itu.
Tapi Ulama lain memandang dengan sedikit beda, yaitu bahwa huruf2 di aplikasi itu kan hilang ketika aplikasi dimatikan. Beda dengan mushaf kertas yang tidak akan hilang hurufnya karena tidak on-off
wallahu a’lam.

3. Membaca qur’an:
Kan kalau salat kita baca Fatihah tanpa lihat Mushaf.
Tidak ada masalah dalam hal membaca Al Quran tanpa wudhu atau sedang haid. Yang dipermasalahkan itu kalau memegang tulisannya.

4. Kalau menyentuh dengan sarung tangan?
Itu juga dibahas Ulama kang. Menyentuh sama dengan memegang. Tapi soal pakai sarung tangan itu, kata imam Al Qurthubi, Abu Hanifah membolehkannya.

5. adakah Ulama yang membolehkan orang berhadats menyentuh mushaf? Kalau ada, apa dalilnya? Bagaimana menyikapi dalil yang dikemukakan oleh ulama yg melarang?
Yang Dibolehkan Menyentuh Mushaf Meskipun dalam Keadaan Berhadats
Pertama: Anak kecil.
Ulama Syafi’iyah mengatakan, “Tidak terlarang bagi anak kecil yang sudah tamyiz[8] untuk menyentuh mushaf walaupun dia dalam keadaan hadats besar. Dia dibolehkan untuk menyentuh, membawa dan untuk mempelajarinya. Yaitu tidak wajib melarang anak kecil semacam itu karena ia sangat butuh untuk mempelajari Al Qur’an dan sangat sulit jika terus-terusan diperintahkan untuk bersuci. Namun ia disunnahkan saja untuk bersuci.”[9]
Kedua: Bagi guru dan murid yang butuh untuk mempelajari Al Qur’an.
Dibolehkan bagi wanita haidh yang ingin mempelajari atau mengajarkan Al Qur’an di saat jam mengajar untuk menyentuh mushaf baik menyentuh seluruh mushaf atau sebagiannya atau cuma satu lembaran yang tertulis Al Qur’an. Namun hal ini tidak dibolehkan pada orang yang junub. Karena orang yang junub ia mudah untuk menghilangkan hadatsnya dengan mandi sebagaimana ia mudah untukk berwudhu. Beda halnya dengan wanita haidh, ia tidak bisa menghilangkan hadatsnya begitu saja karena yang ia alami adalah ketetapan Allah. Demikian pendapat dari ulama Malikiyah.
Akan tetapi yang jadi pegangan ulama Malikiyah, boleh bagi orang yang junub (laki-laki atau perempuan, kecil atau dewasa) untuk membawa Al Qur’an ketika mereka hendak belajar karena keadaan yang sulit untuk bersuci ketika itu. Ia dibolehkan untuk menelaah atau menghafal Al Qur’an ketika itu.[10]
Yang lebih tepat, untuk laki-laki yang junub karena ia mudah untuk menghilangkan hadatsnya, maka lebih baik ia bersuci terlebih dulu, setelah itu ia mengkaji Al Qur’an. Adapun untuk wanita haidh yang inginn mengkaji Al Qur’an, sikap yang lebih hati-hati adalah ia menyentuh Al Qur’an dengan pembatas sebagaimana diterangkan pada pembahasan yang telah lewat [4]. Wallahu a’lam.

Kesimpulan:
@_@
Hehe..
Silahkan dibaca ya..

Referensi:
[1] Jami’ul Bayan fi Tafsiril Quran (Tafsir at Tabari) surat al Waqi’ah : 78-79
http://altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=1&tTafsirNo=1&tSoraNo=56&tAyahNo=79&tDisplay=yes&Page=1&Size=1&LanguageId=1

[2] Al Jami’ li Ahkamil Quran (Tafsir al Qurthubi)
http://altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=1&tTafsirNo=5&tSoraNo=56&tAyahNo=79&tDisplay=yes&Page=2&Size=1&LanguageId=1

[3] Tafsirul Quranil Karim (Tafsir Ibnu Katsir)
http://altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=1&tTafsirNo=7&tSoraNo=56&tAyahNo=79&tDisplay=yes&Page=1&Size=1&LanguageId=1

[4] http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/menyentuh-mushaf-al-quran-bagi-orang-yang-berhadats.html

Wallahu a’lam
Semoga bermanfaat 🙂


Leave a comment

Khutbah Jum’ah Ramadhan

Jum’ah Khutbah

 

Khutbah 1.

Innal hamda lillah (verily all praise belong to Allah),

Nahmaduhu (we praise Him),

wa nasta’inuhu (and we ask for help from Him),

wanastaghfiruhu (and we ask for forgiveness),

wa na’udzu billahi (and we ask for protection),

min syururi anfusina (from our wickedness),

wa min sayyitaa’malina (and from our bad deeds),

man yahdillahu (whoever given guidance from Allah),

fala mudhillalahu (then no one can mislead him),

wa man yudhlillahu (and whoever given mislead from Allah),

fala hadiyalahu (then no one can give him a guidance),

Asyhadualla ila ha illallahu wahdahula syarikalah

Wa asyhaduanna muhammadan abduhu wa rasuluhu

Allahumma sholli ala Muhammad wa’ala alihi washohbihi ajma’in.

 

Faqolallahu taala fil qur’anil kariim :

[ta’awudz]

 

Ali Imran 102:

An Nisa 1:

Al Ahzab 70-71:

 

Amma ba’du

All praise to Allah, who created human, life and the universe. I bear witness that there is none to be worshipped than Allah, One, with no partners. He sent His Messenger Muhammad (s) with Islam as a guidance and way of life.

 

Dear Jamaah rahimakumullah.

Let us strive to increase our taqwa to Allah s.w.t., just like we try our best to increase our skill in programming, language, hobby, any other hardskill. Just like we try our best to increase our knowledge about economy, politics, theoretical in our field. Just like how we increase those, lets us increase our taqwa to Allah swt. in the same manner how we planned for those target carefully.

 

Today, I would like to speak about Ramadhan, which will be coming soon. Maybe most of us already know the importance of ramadhan, shaum Ramadhan, and the benefit that we will received from Allah with this. There are 3 points I want to share about this.

 

The first one is, what is our reaction when we know that Ramadhan will be coming soon, earlier this year? Please answer this honestly in your heart. I’ll give you 5 second. Okay done. Probably there are two kind of response. The first one is Alhamdulillah. This is a good moment for me to increase my taqwa to Allah swt. hope I could give my best for this Ramadhan. Something like that. The second is “astagfirullah.. oh my god, I am not ready, Ramadhan Y U come too early? Y U come at summer which have longest day and short night? i have exam this july, I have master presentation, I have doctoral presentation, I have any other reason…” something like that.

 

For those who response in number one, Alhamdulillah. At least, this time our Iman is in good condition. so, for those in this category, you can go to point no 2 that I will explain after this. For those in category second (which is not really happy), let us istigfar. Maybe this time our Iman is not in good condition. don’t worry, as long as we truly regret our condition and we want to become a better muslim, hope Allah will forgive us and flip our heart into taqwa person, which ready to face Ramadhan.

 

Because in hadist [Narrated by Tabarani], Rasulullah saw says, “Ramadan has come to you. (It is) a month of blessing, in which Allah covers you with blessing, for He sends down Mercy, decreases sins and answers prayers. In it, Allah looks at your competition (in good deeds), and boasts about you to His angels. So show Allah goodness from yourselves, and for the unfortunate one/person is he who is deprived in (this month) of the mercy of Allah, the Mighty, the Exalted.”

 

Beloved Jemaah rahimakumullah,

After our response is positive to face Ramadhan, the second point is Preparation Principle. Our final goal is not only happy to meet Ramadhan then suddenly tomorrow is Ramadhan and we are not preparing anything. It is not wise for a student like us to face exam/presentation/project meeting without any preparation. How could we have a goal but we don’t make a proper preparation to achieve it? There are no such successful person that success without any preparation.

 

Allah teach us in Qur’an At Taubah 46:

And if they had intended to go forth, they would have prepared for it [some] preparation. But Allah disliked their being sent, so He kept them back, and they were told, “Remain [behind] with those who remain.”

 

Allah told us in those ayat that if you are intended to go forth (jihad), you would have prepared for it. Simple logic. Clear enough. Just like Allah also teach us to prepare for die, anytime.

We still have 3 weeks now, lets prepare our Ramadhan.

 

My brothers rahimakumullah,

 

Point number 3 is the preparation itself, deciding goal and target to achieve. The goal of shaum is taqwa!

O you who believe! Observing As-Saum (the fasting) is prescribed for you as it was prescribed for those before you, that you may become Al-Muttaqun (the pious/righteous)

 

The goal is taqwa. How to achieve it in a specific way? To achieve it, Allah explain the characteristic of taqwa, which is (one of them is) explain in Q.S. Al Anfaal 29.

O you who believe! If you obey and fear Allah, He will grant you Furqan/criterion [(to judge between right and wrong), or (Makhraj, i.e. making a way for you to get out from every difficulty)], and remove from you your misdeeds/sins, and forgive you. and Allah is the Owner of the Great Bounty.

 

There are 3 characteristics:

  1. Yaj’allakum Furqoona
  2. Wayukaffir ankum sayyiatikum
  3. Wayagfirlakum

 

The first is furqoon. Actually it is very long to explain about how to be granted furqoon from Allah, but in short, scholars agree that the ways is we have to increase our knowledge (Al ‘ilmu) about islam. Our purpose of life is ibadah to Allah, to do that, we must have faith (super short meaning of taqwa) to Allah and to have it: by Al ‘ilmu.  So to become taqwa, let us increase our knowledge about islam in this Ramadhan, in every aspect. We could start from the meaning of syahadatain, about shalat, why Allah want us to do shalat, how is the right way to do shalat, etc, about zakat, shaum, hajj, aqidah, sirah, etc. make some target that after this Ramadhan we want to added some knowledge about islam. Hope by doing this, Allah increase our knowledge and ability to furqoon and become taqwa.

 

The second is Allah remove our misdeeds. Wayukaffir ankum sayyiatikum could be achieved by improving our ‘amal ‘ibadah. We are not a perfect human, so we always done misdeeds, but by increasing our ‘amal, then Allah will always bring us always get closed to goodeeds. In this Ramadhan, we could do it by doing more effort on shalat sunnah, recite qur’an, etc. in more condusive time, it should be more easier to us increasing our ‘amal.

 

The third is forgiveness from Allah. This can be done by doing istigfar. The best moment to do istigfar is at the time of sahur (before fajr). This can be seen from Q.S. Ali Imran 17:

(They are) those who are patient ones, those who are true (in Faith, words, and deeds), and obedient with sincere devotion in worship to Allah. Those who spend [give the Zakat and alms in the Way of Allah] and those who pray and beg Allah’s Pardon in the last hours of the night.

 

The most important fact from this ayat is that all the terminology such as shobirin, shodiqin,, is all in the shape of noun. The scholars said that this mean all this deed is not just done in once or twice, or ever been doing this. But this shape means it already become a habit of that person. That’s why, those who have made it until become habits, they are the one who really have taqwa to Allah. That why this explain very much about why Rasulullah, who is the most taqwa person, still doing ‘ibadah and ask for forgiveness from Allah, because, not only He is really grateful to Allah but also its already a habit of taqwa person. In this Ramadhan, we could make this a habit by istigfar at the time after sahur and before fajr, and make it our habit so that we could become taqwa.

 

Allah already explain how to become taqwa, and hope that in this Ramadhan, we could maximize all our ‘amal and become more taqwa more better muslim. Aamiin ya rabbal ‘alamin

 

Aqulu qauli haadza wastagfirullahali walakum.

!!![sit between two khutbah (around 30 second) to make du’a]!!!

 

 

Khutbah 2

 

Alhamdulillahilladzi arsala rosulahu bil huda wadinil haq,

liyudzhirohu ‘aladdini kullihi wakafa billahi syahida,

asyhadu alla ilaha illahu wahdahu laa syarika lahu,

wa asyhadu anna Muhammadan Abduhu warosuluh,

Allahumma sholli ala Muhammad wa’ala alihi washohbihi ajma’in.

amma ba’du

 

Dear Jamaah jum’ah rahimakumullah

In this second khutbah, I just want to simply summarized the first khutbah. Let us face Ramadhan with happy heart, welcoming them, not feeling pressurized from them. And after that, seriously considering about preparation to face it. And the last, defining our goal and target. The goal is already clear and to achieve that is also already mentioned. What we need to do is, for example, make a list of book of islam to increase our knowledge, make a list of ‘amal sunnah that we want to increase, and start making istigfar (dzikrullah) as our habit before fajr so that we could achieve our goal to become taqwa person.

 

As addition, from hadist Al Bukhari:

“Every action of the son of Adam is given manifold reward, each good deed receiving then times its like, up to seven hundred times. Allah the Most High said, ‘Except for fasting, for it is for Me and I will give recompense for it, he leaves off his desires and his food for Me.’ for the fasting person there are two times of joy; a time when he breaks his fast and a time of joy when he meets his Lord, and the smell coming from the mouth of the fasting person is better with Allah than the smell of musk.”

 

As we could see, it is a kind of romantic love story that we could grow in ramadhan. Shaum is special action that the reward is directly from Allah SWT, because we already leave halal thing (eat, drink) only because of Allah SWT.

Let’s make our own love story with Allah this Ramadhan, because we don’t know whether we could meet again with Ramadhan next years.

 

May Allah s.w.t. bless us and our families with taufiq and inayah so that we will be able to meet Ramadhan and giving our best effort for it. Amin Ya Rabbal Alamin.

 

Lets make dua:

Innalloha wa malaikatahu yu sholluna ‘alannabiy.

Yaa ayyuhalladzina amanu shollu ‘alaihi wasallimu taslima.
Allohummaghfirlil muslimina wal muslimat

wal mu’minina wal mu’minat al ahya iminhum wal amwat

birohmatika ya arhamamarrohimin.
Robbana dzolamna anfusana wa illam taghfirlana

wa tarhamna lanakunanna minal khosirin.
Robbana la tuzig kulubana ba’da idz hadaytana

wa hablana mil ladunka rohmatan innaka antal wahhab.
Robbij’alni mukimasholati wamin dzurriyati robbana wa taqobbal du’a.
Robbanaghfirli wali walidayya warhamhuma kama robbayani shogiro
Robbana atina fiddunya hasanah wafil aakhiroti hasanah wakina azabannar.
Subbhana robbika robbil izzati amma yasifun

wassalamun ‘alal mursalin wal hamdulillahirobbil alamin

aqimis shalat


1 Comment

Recalling

banyak hal yang telah terjadi dalam kehidupan penelitian disini.

yappari, jepang negara yang sangat hebat, apalagi dalam bidang robot.

mereka begitu rendah hati setiap kali ditanya pengetahuannya tentang robot,

namun melihat karyanya begitu membuat saya terkagum,

membuat saya tersadar betapa jauhnya saya dibandingkan mereka.

dulu, saya pengen banget masuk hirose lab,

beliau adalah sensei sangat hebat.

sampai saat ini pun, penggantinya, fukushima sensei juga orang yang ga kalah hebat.

hari ini teman lab saya yang dulu pernah di hirose lab selama setahun cerita banyak tentang lab itu,

banyak hal yang akhirnya saya sadari betapa hebatnya orang2 yang bisa masuk lab itu,

saat itu juga saya tersadar bahwa memang saya belum siap jika seandainya masuk lab itu.

teman saya ini mulai memperkenalkan beberapa robot di lab itu yang sudah tidak dipakai lagi saat ini,

mulai dari zabuton, helios, ACM, sampai Titan.

Zabuton adalah robot dengan base sederhana berbentuk kotak, menggunakan onminidirectional wheel sehingga memiliki gerakan holonomic. selain itu robot ini bisa kita naiki dan dapat dikendalikan dengan joystik seperti main game sederhana. katanya bisa mengangkat sampai beban satu ton. hebat banget.

IMG_2271

gw udah coba naiki robotnya (berat gw cuma sekitar 50an kg) dan bisa berjalan dengan lancar.

kemudian helios. helios adalah robot yang digunakan untuk explorasi dan dapat menyesuaikan dengan terrain. robot ini bisa jadi beroda atau berkaki. jika kita membayangkan tentang transformer, maka robot ini memang bisa berubah modenya. berbagai misi dapat dilakukan robot ini

IMG_2278

kemudian ACM. kalau pernah denger bahwa hirose sensei sangat ahli bidang robot ular, ini adalah robotnya. Active Cord Mechanism adalah nama versi awal robot ini, lambat laun memiliki nama yang lebih spesial tapi tetap menggunakan nama lamanya. misalkan ACM-R5, nama lainnya adalah amphibious snake-like robot. robot ular ini adalah versi yang bisa berenang di air.

IMG_2273

tidak kalah terkenal yaitu Titan. Tokyo Institute of Technology Aruki Norimono (Titech robot which can be ride and walk, kurang lebih artinya itu). sesuai namanya, robotnya bisa kita naiki dan berjalan menghadapi berbagai medan

IMG_2281

ini adalah Titan-IX, dan saya dengar mereka masih terus mengembangkannya. sudah sampai versi 13. kalau lihat robotnya, banyak sekali aspek penelitian yang bisa dilakukan hanya untuk membuat satu robot ini. katanya robot ini dikerjakan oleh 6 orang, salah satunya adalah doktoral student. and if i may recall my dreams, i ever wanted to make this kind of robot!

dan masih banyak lagi robot lainnya..

hari ini, walaupun saya bukan di hirose/fukushima lab,

saya belajar kepada tsukagoshi sensei.

beliau juga tidak kalah hebat dalam membuat robot rescue,

ada jumping robot, throwing type robot, pneumatic-snake robot, dan yang sangat terkenal di jepang yaitu bari-bari.

IMG_2282IMG_2283IMG_2279

beliau sangat ahli di bidang pneumatic control, actuator, dan memiliki sense tinggi dalam membuat rescue robot.

saya belajar banyak dari beliau selama 1,5 tahun ini.

walaupun saya selalu bilang saya merasa stress berada di lab ini,

ini semata-mata hanya karena saya sangat kurang ilmu, kurang berusaha, dan kurang ikhlas.

ada banyak hal yang bisa saya pelajari dan kesempatan yang saya miliki untuk belajar lebih banyak,

tapi kalau saya malas, percuma juga ada kesempatan tersebut, tetap saja saya tidak akan pernah maju,

baik berada di jepang ini, maupun ketika pulang di indonesia…

“if you are lazy, you are not belong anywhere” ~someone’s quote

“gantungkan cita-citamu setinggi-tingginya, kalau jatuh kau punya waktu untuk mendarat dengan aman” ~cat’s lifestyle

saya sebenarnya sudah menemukan apa yang menyebabkan saya malas, ataupun merasa malas menjalani kehidupan ini,

tapi sulit sekali untuk menyelesaikannya, karena complicated confidential maka tidak akan saya ceritakan disini (lagian ini aib)

semoga Allah berikan petunjuk kepada saya dalam menjalani hidup ini,, aamiinn..

Harus Semangat dan Berpikiran Positif!!


3 Comments

Three Laws of Robotics

#edisi tugas kuliah
#tidak perlu dianggap serius
#bikinnya juga pengen cepet2 selesai
#but i gladly accepted any comments or suggestion : )

Three laws of robotics are a well-known laws of robotics proposed by Isaac Asimov. This laws was introduced from his science fiction story (books) with title “runaround”. This law is not a ready-to-implemented law in current robotics and artificial intelligent technology, but by knowing these law, and predicting worst case on the future of robotics, it would be better to learn about the laws. The author itself (and robotics community) also revise or added the laws by the time being. Basically, the content of the three laws are:

First Law: A robot may not injure a human being, or, through inaction, allow a human being to come to harm.

Second Law: A robot must obey orders given it by human beings, except where such orders would conflict with the First law.

Third Law: A robot must protect its own existence as long as such protection does not conflict with the first or second law.

In normal point of view, there is nothing wrong with the law. But somehow this law itself actually difficult even for human to differentiate clearly between harmful action or not, between orders or just suggestion, and what is the meaning of protecting own existence. If the robot can differentiate this clearly, then the creator of the robot is the one who responsible for its creation (and definition)

In my opinion, it would be better to define what is the true meaning of the creation of the robot? Above all functionality, the purpose of creating robot should be to help human. So that, the robot may do any activity with human society, to help human, as long as it’s not conflicting the three laws.

My other opinion is, it would be better to change a little bit in the second law. A robot must obey order given by its creator or master (owner). It does not necessarily obey all order from human being, it can obey or not depend on the robot evaluation of all condition. It’s important to obey the owner so that the owner have full responsibility for any ordered action done by the robot. It also better to define an order that robot must do or just a normal suggestion to the robot.

The third law is not really necessarily pointed in the law. If the robot can live in the society (live its life), then it know what they are doing, also means understand to do good things, help human, or not harm own existence.

The last, human must treat robot as robot (machine that created by human), just like human treat animal as animal. If we scare that the robot will acts bad because it was ordered by human, then the one who sick is human (or society) not the robot.


Leave a comment

Adil

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al Maidah 8)

===

Berlaku adil ternyata tidak semudah membalik telapak tangan. hari ini saya mendapatkan tamparan keras kembali terhadap sikap yang masih suka saya lakukan sampai sekarang yaitu berlaku tidak adil pada seseorang/beberapa orang karena kebencian terhadap suatu kaum.

mungkin ini cara Allah Al-Adl dalam menasehati saya yang masih bebal ini, yaitu dengan mendapatkan perlakuan tidak adil dari sahabat sendiri, sehingga saya bisa lebih memahami apa yang Allah maksud pada ayat di atas :’)

Berpikir positif dalam menjalani kehidupan ini, menjauhi sikap al-kibr, dan tidak putus asa (harapan) terhadap ampunan Allah, adalah cara terbaik yang saya pahami sampai sekarang ini agar kita bisa senantiasa bersyukur terhadap segala nikmat yang Allah berikan kepada kita..