Ash

Menjadi bagian dalam pembuktian bahwa Islam adalah Rahmatan lil Alamin

Darurat di Jepang

1 Comment

in case of emergency (in Japan, South Korea, Taiwan), sudden illness or injury, please call 119

EMERGENCY CALL

========== side story ===================

Innalillahi wa inna ilaihi rajiuun..

Telah berpulang ke rahmatullah, keluarga(anak kakak)nya Bu Ana, Seorang ibu2 yg membantu pekerjaan di rumah Bu Lina/Pak Afien, di tokyo. Kebetulan pada saat itu Bu Lina sekeluarga sedang pulang ke indonesia utk berlebaran, rumahnya ditempati oleh Bu Ana, Pak Ustadz (yg diundang dari indonesia utk mengisi kegiatan ramadhan di tokyo), dan panitia LO (kebetulan saya dapat jadwal menemani di hari lebaran).

Hari itu saya abis kembali dari luar kampus karena ada suatu keperluan, kemudian langsung kembali ke rumah Bu Lina. Setibanya dirumah, saya kemudian bertemu dan ngobrol santai dengan Bu Ana. Rutinitas Bu Ana setiap hari sebelum makan adalah cek kadar gula dalam darah karena beliau punya diabetes. Malam itu kadar gulanya berada di angka 226 (normal di jepang adalah dibawah 100, di indonesia 120 klo ga salah). Bu Ana bilang ini lagi tinggi banget karena tadi sore abis jalan keluar untuk belanja sayur, makanya jadi naik karena kecapean. biasanya malem sebelum tidur nanti di suntik insulin jadi kadarnya bisa turun lagi.

Saat lagi ngobrol2 tersbut, datanglah kabar dari indonesia memberitahukan bahwa keluarga Bu Ana ada yg meninggal dunia.. tentu saat itu Bu Ana menjadi sedih dan kondisi kesehatan menjadi semakin drop. berkali2 dihubungi keluarganya yang di indonesia tapi sering tidak nyambung. beberapa kalo sempat nyambung namun tak banyak kata2 yang terucap, lebih banyak tangis yang terurai. Bu Ana masih larut dalam lelah dan kesedihannya (dalam posisi duduk berpangku tangan dan sesekali sambil merebahkan kepalanya di meja). dalam kondisi tersebut, Bu Ana terdiam, pingsan tak sadarkan diri, dan tubuhnya menjadi kaku. menurut analisis sotoy saya, mungkin karena kadar gula sedang tinggi tersebut membuat badan menjadi kaku. tapi apalah arti teori sotoy tersebut, yang lebih penting adalah bagaimana saya harus bertindak di kondisi tersebut.

Panik..

Akhirnya saya menyadari betapa insting saya menghadapi kondisi darurat tersebut masih sangat lambat. Bu Ana badannya kaku, dan entah kenapa rasanya sangat berat menggendongnya untuk dipindahkan ke atas kasur, padahal Bu Ana itu lebih kurus dari guee?? adrenalin why you not producing?? untung jarak meja dan kasur Bu Ana sangat dekat saat itu akhirnya saya seret badannya dan angkat sekuat tenaga ke atas kasur. saya sedikit bersyukur karena masih bisa sedikit multi tasking, akhirnya saya telpon dua orang sekaligus, satu pake hape satu pake telepon rumah Bu Lina, sambil saya panggil Ust untuk membantu saya melihat kondisi Bu Ana yg sedang pingsan. gak ada yang angkat, langusng saya kirim sms emergency ke beberapa orang yg saya percaya bisa bahasa jepang untuk menemani ke rumah sakit.

kebodohan terbesar saya saat itu adalah, saya gak tau berapa nomor darurat di jepang. orang yang saya telp ga ada yang angkat, tentu ust juga gak tau berapa nomornya. saya cuma ingat ambulance = kyu kyu sha (bisa berarti 9 9 sha?) damn you stupid brain, sha itu ga berarti angka apa2 di jepang, satu pun kayaknya bukan. jadi 991 atau berapa? entah berapa yg jelas kebodohan kedua adalah, why dont you just try call that number? di saat seperti itu saya malah prefer menelpon teman lagi yang lain sampai berhasil. kenapa juga saya gak googling? entahlah, mungkin saya masih kurang akrab dengan google.. batre hape yang tinggal 20an persen menambah bumbu kepanikan..

ditengah kondisi tersebut, alhamdulillah Bu Ana akhirnya sadar, tapi masih sangat lemah badannya. mungkin pingsan sekitar 3-5 menit. akhirnya Pak Ust nyuruh saya ambilin air putih untuk diminumkan ke Bu Ana. disaat itu saya jadi sedikit lebih tenang karena sudah sadar. saat itu pula beberapa teman menelpon saya balik. (semua bagaikan sinetron india yang responnya tidak selalu tepat waktu). saya suruh teman saya untuk telpon ambulan dan tanyain apakah perlu dibawa ke rumah sakit atau enggak (pingsan dan udah sadar, tapi punya kandungan gula yang sedang tinggi saat itu).

Setidaknya dalam state ini, saya tidak sepanik sebelumnya, menjadi sedikit lebih tenang karena Bu Ana sudah sadar, teman dan ambulan juga sudah bisa dihubungi, akhirnya kita mulai hubungi yang lain2 yang diperlukan seperti Bu Lina /Pak Afien dan Bu Asuka (yang selama ini menemani Bu Ana ke rumah sakit). namun akibat kegaduhan saya sebelumnya, banyak orang orang KMII, KBRI, BNI (karena Pak Afien dirut BNI tokyo), dan tetangga2 yang kenal Bu Ana jadi pada menghubungi saya, huahahaahaha..

Ambulan di jepang memang sangat totalitas memberikan pelayanan. mereka sangat mudah dihubungi dan cepat datangnya. mereka pun bawa peralatan lengkap untuk ukur suhu, tensi, dll sambil mengecek kondisinya pasien. ketika saya kasih liat alat pendeteksi kandungan gula darah punya Bu Ana, mereka pun mahir menggunakan alat tersebut untuk melihat history hasil pendeteksiannya. kekurangannya cuma satu menurut saya, mereka tidak lancar bahasa inggris. Ketika Bu Ana kita minta untuk dibawa ke rumah sakit, beliau menolak dan bilang tidak perlu, “yang sakit bukan saya, yang sakit itu anak saya di indonesia”, katanya.. sesekali Bu Ana pun berhalusinasi bahwa arda datang kesini, itu ada di depan rumah (arda adalah nama keluarganya yang meninggal). kami pun berusaha menenangkan dan meyakinkan bahwa arda tidak datang, dan ibu harus ke rumah sakit sebentar untuk di cek, nanti klo tidak ada masalah akan diantar pulang lagi.. dan akhirnya Bu Ana mau berangkat, yang pergi teman saya yang bisa bahasa jepang tsb, saya menunggu dirumah (meladeni telpon yg datang,hahaha).

saya tidak tau detailnya di rumah sakit tapi intinya Bu Ana sudah boleh pulang jam 2:30 pagi tadi. alhamdulillah.. paginya pun Bu Ana sudah sehat kembali, dan malah sibuk masak2.. Pak Ust juga bilang supaya tidak usah masak2 lagi karena makanan sudah ada banyak. yang penting Bu Ana istirahat dulu.. mudah mudahan Bu Ana sehat sehat saja selanjutnya dan beliau pun sudah mulai mengikhlaskan keluarganya yang meninggal tersebut.

This time, i learned many things:
1. Always remember the number of emergency in your country
2. Remember nearest hospital near your home.
3. Keep calm and maintain your emotion during emergency situation
4. on top of that, sickness, or death, could come to you anytime

Sejujurnya, setelah peristiwa tersbut, saya teringat dengan orang tua saya sendiri yang sudah tua dan sakit2an.. saya ga sanggup memikirkan ketika hal buruk terjadi dan saya tak berada di samping beliau. rasanya saya pengen cepet2 selesai dari sini dan pulang aja ke Indonesia cari pekerjaan apapun yang halal.. wallahu’alam..

Author: ashlih

electrical engineering ITB no gakusei desu

One thought on “Darurat di Jepang

  1. 😩😩😩
    Gw juga pernah sih pas dateng lab tiba2 temen se-lab pingsan. Di sini ada green number buat dihubungi pas darurat juga sih. Tapi trus gw juga ga apal hahaha.

Leave a comment