Ash

Menjadi bagian dalam pembuktian bahwa Islam adalah Rahmatan lil Alamin

Pengalaman Melahirkan di Jepang (Part 2)

12 Comments

Pengalaman Melahirkan di Jepang, Part 2
Menjelang dan Ketika Melahirkan

Pregnancy Experiences in Japan, Part 2
Approaching the delivery
(English summary in bottom part)

Tulisan ini adalah kelanjutan dari pengalaman kami menjalani proses kehamilan dan melahirkan di Jepang Part 1. Pada tulisan ini akan dijelaskan khusus mengenai pengalaman ketika menjelang melahirkan, berbagai persiapannya, mengenai subsidi biaya melahirkan, dan pengalaman melahirkan itu sendiri. Adapun mengenai detail dokumen yang perlu diurus setelah bayi kita lahir dijelaskan di part 3.

baby girl announcement card

*image credit to http://www.shutterstock.com

Menjelang Melahirkan

Ada banyak sekali perasaan campur aduk menjelang melahirkan. Memasuki trimester ketiga, banyak tips2 dan saran untuk ibu hamil dari berbagai sumber agar proses melahirkan bisa lancar. Masa masa ini juga masa yang paling menyenangkan karena kita juga excited mencari nama2 terbaik untuk putra/putri kita. Disini saya tidak akan bahas mengenai tips2 tersebut, tapi saya akan jelaskan lebih detail mengenai proses apa saja yang perlu kami jalani di rumah sakit di Jepang ini.

Saya juga sempat bingung, bagaimana cara meminta biaya subsidi melahirkan yang katanya akan dikasih oleh pemerintah jepang. Subsidi ini namanya: one time lumpsum for delivery, shussan ikuji ichijikin (出産育児一時金). Besar subsidi ini untuk Tokyo dan sekitarnya adalah 420.000 yen. Saya sempat mampir ke kuyakusho untuk bertanya-tanya, dan ternyata biaya tersebut bisa diambil dengan 2 cara: dibayarkan langsung ke rumah sakit, atau diganti tunai. Untuk kebanyakan rumah sakit jepang, biasanya sudah menyediakan form dari rumah sakitnya bahwa rumah sakit tersebut berhak mengambil biaya melahirkan dari kuyakusho langsung dengan melampirkan dokumen yang ditanda tangani (dan inkan) oleh kita dan istri. Di tama byouin sudah ada dokumen tersebut jadi cukup ttd dan inkan, dan serahkan dokumen itu ke tama byouin ketika akan rawat inap melahirkan. Dokumen tersebut didapat saat pertama kali dapat penjelasan tentang rumah sakit, dan ada kertas form dalam bahasa jepang. Untuk diganti tunai, biasanya teman2 yang melahirkannya di Indonesia, bisa melampirkan tanda bukti melahirkan dari rumah sakit di Indonesia, dan struk biaya. Walaupun nanti biayanya dibawah nilai subsidi pemerintah, kita akan tetap dapat sejumlah subsidi tersebut kata teman saya yang sudah pengalaman langsung. Saya sendiri menggunakan cara pertama. Intinya, tidak perlu ke kuyakusho, uang tersebut akan cair dengan otomatis ke rumah sakit, asalkan kita pertama sudah melaporkan hamil ke kuyakusho, memasukkan tanggal perkiraan lahir, dan sudah dapat boshitecho (silahkan baca part 1).

 

Pemeriksaan oleh Bucho

Sekitar di bulan ke 6 (week 24-28), akan ada pemeriksaan rutin yang dilakukan oleh kepala department obgyn di rumah sakit tersebut (bucho). Biasanya setiap pemeriksaan rutin, kami selalu mancari jadwal yang cocok dengan kita dan memang dokternya perempuan. Nah khusus di periode itu, pemeriksaan Harus dilakukan oleh bucho karena supaya ada crosschecking antara dokter. Sayangnya, di tama byouin buchonya itu laki-laki, jadilah terpaksa dilakukan pemeriksaan dengan dokter cowo. Sekitar beberapa minggu sebelumnya kami diberitau bahwa akan ada pemeriksaan dengan bucho, dan pada saat itu ada pilihan apakah mau menggunakan ruangan khusus atau tidak. Klo di ruangan khusus, nanti bisa melihat monitor USG lebih jelas buat suami, karena selama ini suami gak boleh masuk ke ruangan usg, akan tetapi ada bayaran tambahan sekitar 5000 yen. Klo mau akan dibooking ruangannya saat itu, klo tidak ya pemeriksaan biasa (tapi tetep ama bucho). Setelah berpikir beberapa detik, akhirnya diputuskan tidak usah menggunakan ruangan tersebut karena bayar, haha..

Ketika pemeriksaan dengan bucho, beliau menyapa dengan cool dan suara yang berat (biasanya dokter cewe dan suaranya agak2 nyaring). Kemudian ditanya macam2, dan dilakukan pemeriksaan usg. Saya menunggu di ruang dokter seperti biasa, tapi ternyata dokternya sangat baik dan saya boleh ikutan masuk ke ruang usg. Trus saya dikasih liat di monitor ada apa aja, dll. Wah diluar dugaan ternyata buchonya baik, atau mungkin mereka berusaha memberikan service terbaik karena terpaksa kali ya.. saya pernah bilang ke susternya soalnya bahwa klo mencari jadwal saya selalu mencari dokter yang perempuan. Pihak rumah sakit juga pernah confirm ke saya, klo saat melahirkan namun dokter yang ada laki-laki bagaimana, saya bilang tidak apa-apa karena kondisi itu kan terpaksa. Pada bulan ke 6 itu juga, sang bucho menanyakan apakah mau mengetahui jenis kelamin anaknya atau tidak, tentu kami bilang mau banget, dan akhirnya diberitahukanlah bahwa anak kami adalah perempuan.. yeeaah.. di bulan ke 5 dokter udah pernah kita tanyain sich jenis kelamin anaknya apa, tapi beliau menjawab dengan jawaban diplomatis, sepertinya anaknya perempuan (onna kamo shiremasen), jadilah kami putuskan untuk bertanya kembali di bulan2 selanjutnya supaya lebih pasti, hehe..

 

Pre-mama Orientation

Kelas persiapan menjadi ibu (dan juga bapak) atau disebut pre-mama orientation (プレママオリエンテーション) diadakan oleh rumah sakit sebanyak satu kali yaitu di sekitar minggu ke 30. Kelas ini wajib diikuti dan suami juga disuruh untuk datang supaya calon ibu dan bapak bisa saling memahami. Kelasnya sekitar 30 menit biasanya, tapi khusus untuk kami kemarin ternyata 30 menit gak selesai karena ada proses menerjemahkan dari Japanese ke English, haha.. jadilah kami diminta untuk mendatangi pre-mama orientation ke 2 yang waktunya diset sekitar 1 jam. Pre-mama orientation itu private, sendiri-sendiri, bukan digabung ama pasien lain, jadi kita bisa bertanya2 dengan bebas. Pre-mama dilakukan oleh suster senior yang ada di rumah sakit tersebut, bukan oleh dokter, dan karena kami menggunakan translator dari RS, maka jadwal pre-mama dengan jadwal pemeriksaan dokter harus sedekat mungkin supaya total durasi pengunaan translator kurang dari 3 jam. Yang agak ribet adalah jadwal pre-mama bookingnya di lantai 3 sedangkan dokter di ruang dokter lantai 1, jadi setelah saya booking jadwal dokter untuk pertemuan selanjutnya, saya ke lantai 3 untuk booking pre-mama, masalahnya jamnya yang deket dengan pemeriksaan dokter gak available, jadilah kami harus ganti jadwal dokter di lantai 1 yang memang di hari yang sama dengan dokter perempuan yang ada (dan harus di jadwal yang harinya juga available buat pre-mama orientation). Jadilah agak bolak balik ngurusnya tapi Alhamdulillah bisa terselesaikan masalahnya.

Pre-mama orientation pertama dijelaskan mengenai manfaat ASI (bonyuu 母乳). Dijelaskan panjang lebar mulai dari manfaatnya bagi ibu menyusui maupun bagi sang bayi. Intinya mereka ingin mengencourage agar sang ibu menyusui dengan ASI, dibandingkan dengan susu formula. Mereka bertanya kami rencananya seperti apa, kami bilang sebisa mungkin ASI, jadi kami juga bilang bahwa klopun nanti ketika lahir ASInya sedikit tidak apa-apa, mohon jangan ditambahkan dengan susu formula kecuali dokter menilai berbahaya untuk kesehatan sang anak baru kami bersedia dikasih sufor. Ternyata sang suster pun juga sepakat dengan pernyataan kita. Kemudian dia menjelaskan mengenai teknik2 pijat yang bisa dilakukan calon ibu supaya ASI bisa keluar dengan lancar.

Karena waktunya sudah gak cukup, akhirnya dilanjutkan penjelasan tentang barang-barang yang perlu dibawa ke rumah sakit, barang-barang yang disediakan rumah sakit, jadwal dan aturan membesuk (menkai 面会), dan mengenai aturan ketika melahirkan. Dijelaskan bahwa yang boleh menemani hanya suami. Nah, disini saya agak kurang memperhatikan penjelasannya, saya pikir karena boleh yasudah. Ternyata yang dimaksud boleh itu hanya di labor room saja, bukan di delivery room. Ini saya baru nyadar di pre-mama kedua, mungkin karena saat itu agak buru2 jadi saya iya2 saja supaya cepat.

Nah, di pre-mama pertama juga, saya jelaskan ke pihak rumah sakit klo di week 38 saya ada urusan di luar jepang (shucchou 出張) yaitu conference, jadi kalo seandainya istri saya melahirkan pada minggu ini bagaimana? Boleh tidak kalo yang menemani melahirkan itu teman? Kan aturannya hanya suami yang boleh, karena masalahnya istri saya tidak bisa bahasa jepang. Susternya agak bingung ngejawabnya gimana, tapi karena ini kondisi penting, jadinya selesai pre-mama, saya diminta ke lantai 3 untuk ketemu ama kepala susternya. Ketika ketemu, saya jelaskan kondisinya dan mereka pun bertanya. Salah satu poinnya adalah bagaimana masalah pertanggungjawabannya? Karena ketika nanti melahirkan, ada begitu banyak hal yang perlu dipertimbangkan dan butuh persetujuan, seperti induksi, transfusi, sesar, dll. Klo yang menandatangani temannya bagaimana? Kekhawatiran tersebut sangat wajar mengingat status “teman” itu tidak terlalu kuat dibandingkan “keluarga”. Kemudian saya bilang ke mereka bahwa yang bertanggung jawab tetap saya tapi yang menanda tangani seluruh dokumen adalah teman saya. Mungkin nanti saya akan buatkan surat kuasa supaya lebih kuat. Kemudian mengenai keputusan yang perlu diambil, biasanya kami akan mengikuti apa keputusan rekomendasi dari dokter jadi tidak masalah. Akhirnya susternya bisa mengerti dan memperbolehkan dan termasuk dalam kondisi khusus.

Selesai pre-mama pertama, sekitar 2-4 minggu kemudian kami datang lagi untuk pre-mama yang kedua. Disini dijelaskan lebih detail mengenai proses melahirkan apa saja tahapan2annya, tanda2 akan melahirkan, dan cara menelpon rumah sakit ketika akan melahirkan. Apa saja penjelasannya, akan saya jabarkan di subbab selanjutnya. Saya juga tunjukkan surat kuasa yang saya buat, dan mereka bilang sudah OK. Pre-mama ke dua waktunya sejam jadi banyak hal yang bisa ditanyakan. Disini juga saya jelaskan mengenai makanan yang bisa dimakan oleh istri saya hanya seafood dan sayur. Klo daging hanya yang halal, klo tidak halal tidak usah daging. No pork, sake, dan segala yang sejenisnya.

Disini juga saya baru mengerti bahwa proses melahirkan itu pertama masuk ke labor room dulu baru ke delivery room. Yang boleh ditemani itu hanya di labor room, adapun di delivery room tidak boleh ditemani. Whaat?! Saya berusaha nawar2 dan nakut nakutin sedikit susternya.. ini istri saya gak bisa bahasa jepang, nanti gimana komunikasinya?? Namun usaha saya sia-sia, mereka bilang bahwa di ruang delivery, semua instruksinya simple, dan mereka katanya akan belajar dan berusaha ngomong dalam bahasa inggris. Instruksinya hanya push, don’t push, deep breath, relax. Selain itu ruang labor sama ruang delivery itu sebelahan, jadi kita boleh menunggu diluar ruangan labor/depan ruang delivery. Selain itu ruang delivery tidak ditutup dengan pintu, hanya ditutup oleh gorden, jadi saya masih bisa mendengarkan prosesnya dari luar (bahkan ngintip2 dari luar juga bisa). Mereka juga menjelaskan bahwa mereka ada ruangan khusus klo memang suami mau masuk menemani saat delivery, dan ruangan itu bayar lagi, dan ruangan itu sepaket dengan ruang VIP (yang jenis LDR) jadi bakal ada biaya tambahan yang cukup mahal. Wah klo udh gini saya yang skak mat, gak tau mau nawar apa lagi. Akhirnya saya bilang nanti saya pertimbangkan dulu kira2 ruangan biasa saja atau yg VIP itu. Saya masih belum paham sich apa alasan tidak boleh masuk itu, tapi katanya itu sudah aturan RS. Pernah denger sich cerita (di suatu tempat di jepang) bahwa kalo ditemani suami dan suaminya pingsan ngeliat darah, para dokter dan suster disana katanya bakalan ribet ngurusnya. Selain itu katanya ada juga yang suaminya jadi ilfil ngeliat istrinya ketika proses melahirkan, dll.. Entahlah, mungkin itu statistik jadi mereka membuat kebijakan kayak gitu, atau apapun alasannya intinya proses delivery tidak boleh ditemani oleh suami. Mungkin ini yang menjadi nilai minus dari rumah sakit ini menurut saya.

 

Tanda-tanda akan Melahirkan

Pihak rumah sakit menjelaskan juga lebih detail mengenai tanda tanda akan melahirkan, dan proses melahirkan. Apabila tanda tanda berikut muncul maka dipersilahkan untuk menelpon rumah sakit dan kemudian datang ke rumah sakit. Dijelaskan juga tanda2 apa yang bakal muncul dan belum diperbolehkan untuk menelpon atau ke rumah sakit, karena klo kita ke rumah sakit saat itu, maka kemungkinan kita akan disuruh pulang lagi.

Tanda tanda melahirkan ada 5 (+ 1 tanda darurat):

  1. Kontraksi (jintsuu 陣痛)
    Rasa sakit yang periodik di perut, mirip mules juga. Interval/jedanya bervariasi.
  • Sudah ada kontraksi/sakit di perut. Namun belum terlalu sakit dan jedanya masih jarang.
  • Kontraksi muncul dengan jeda 10 menit, atau dalam 1 jam terjadi kontraksi sebanyak 6 kali atau lebih.
  1. Flek/bercak (oshirushi おしるし)
  • Cairan berwarna kecoklatan atau pink, pendarahan mirip menstruasi.
  • Cairannya disertai darah segar atau pendarahan yang banyak.
  1. Pecah Ketuban (hasui 破水)
    Ada seperti air mengalir keluar dari kelamin, tapi tidak disertai perasaan mau kencing. Volumenya bisa sedikit ataupun banyak. Warnanya bening seperti air biasa. Ketika ada air keluar seperti ini dan kita ragu apakah benar pecah ketuban atau tidak, langsung telpon rumah sakit dan periksa disana.
  1. Rasa sakit yang sangat kuat dari perut, atau bagian tubuh lain.
  2. Sakit kepala hebat, vertigo, mata kunang kunang.
  3. Tidak ada pergerakan bayi (baby’s kick) selama lebih dari 1 jam

Adapun dari kelima tanda diatas, hanya diperbolehkan ke rumah sakit apabila muncul tanda tanda nomor 1b, 2b, 3, 4, 5 (dan 6 emergency). Untuk 1a dan 2a belum diperbolehkan ke rumah sakit. Klo kita nekat ke rumah sakit, biasanya akan disuruh pulang lagi ama pihak rumah sakit, belum boleh masuk ke ruang labor, boros waktu, tenaga, transport. Kenapa disuruh pulang lagi? Karena jarak dari 1a ke 1b bisa jadi masih lebih dari 1 hari jadi dianggap masih lama. Istri saya termasuk darah rendah, jadi dokter bilang klo tanda no 5 kemungkinan besar tidak akan muncul. Ketika tanda2 tersebut muncul, maka telepon ke rumah sakit sambil memberitau informasi ttg kondisi istri kita. Contoh cara menelpon rumah sakit bisa download disini.

Photo 8-17-16, 15 31 33 (1)

Adapun penjelasan proses melahirkan secara umum dibagi ke 4 Fase:

  1. Fase kontraksi sampai bukaan maksimal.
    Pada fase ini, kita berada di ruang labor / ruang kontraksi (jintsuushitsu 陣痛室). Fase ini bisa berlangsung antara 10-12 jam untuk orang yang melahirkan pertama kali, atau 4-6 jam untuk yang sudah pernah melahirkan. Untuk yang bayinya besar, bisa jadi lebih lama lagi. Nah saya lupa nanya ke susternya, ini dimulai dari ketika kontraksi sudah periode per 10 menit atau bukan, tapi kayaknya ketika periodenya sudah mulai sering. Pada fase ini, istri diminta untuk bernafas secara normal, dan ketika makin sakit diharapkan ambil nafas lebih dalam dan keluarkan seperti meniup lilin. Disini kita boleh makan, minum, atau sambil melakukan hal lainnya.
  1. Fase mengeluarkan kepala bayi.
    Apabila bukaan telah maksimal, maka istri akan dipindahkan ke ruang melahirkan (bunbenshitsu 分娩室). Disini adalah proses inti dari melahirkan yaitu mengeluarkan kepala bayi. Fase ini bisa berlangsung sekitar 2-3 jam untuk melahirkan pertama, atau 1 – 1,5 jam untuk yang sudah pernah melahirkan. Apabila kepala bayi sudah keluar, insya Allah proses selanjutnya jauh lebih mudah. Ketika kontraksi datang, maka kita harus tetap tenang (ochitsuite 落ち着いて) kemudian tarik nafas dalam dalam (shinkokyuu 深呼吸) sebanyak 2 kali, kemudian dorong /mengejan (ikinde いきんで). Kalau sakit, maka ambil nafas sekali lagi baru dorong. Ketika kontraksinya hilang, maka ambil nafas dalam2 lagi dan jangan mengejan. Begitu terus timingnya sampai bayi berhasil didorong keluar. Setelah bayi berhasil didorong keluar, maka kepalanya akan keluar duluan dan katanya susternya bakal ngomong (kode) atama ga detekimashita (頭が出てきました). Ini adalah tanda bahwa fase ini telah berhasil dilewati dan sang ibu sudah tidak boleh mendorong (mengejan) lagi.
  1. Fase mengeluarkan bayi dan plasenta.
    Setelah kepala bayi keluar, maka sang ibu sudah tidak boleh mendorong (mengejan) lagi karena katanya dorongannya bakal sangat kencang dan bayi bisa merosot cepat. Yang perlu dilakukan ibu pada fase ini adalah nafas pendek dan cepat seperti orang ngos-ngosan, hu..hu..hu.. katanya sich mereka bakal ngomong (kode) mou ikimanaide (もういきまないで) yang artinya sudah tidak perlu didorong lagi. Pada fase ini, para suster bakal menarik pelan pelan sang bayi supaya bisa keluar dengan tenang. Setelah bayi keluar semua, mereka katanya bakal ngomong omedetou gozaimasu yang artinya selamat. Jadi Ibu udh bisa tenang. Setelah itu mereka akan mengeluarkan plasenta, bisa terasa sakit bisa juga tidak, tapi katanya tidak akan sesulit mengeluarkan bayi.
  1. Kanguru care.
    Pada fase ini, bayi akan diletakan diatas dada sang ibu, jadi bisa terjadi skin contact langsung pada saat itu juga. Kemudian juga ketika ASI sang ibu sudah keluar, sang bayi bisa langsung menyusu pada ibunya. Banyaknya ASI yang keluar bagi tiap ibu berbeda2 volumenya, ada yang langsung banyak ada yang sedikit sedikit, tapi sang ibu tidak perlu khawatir karena katanya lama-lama juga akan keluar banyak.

 

Barang yang perlu dibawa ke Rumah Sakit

Barang barang dan dokumen yang perlu dibawa ke rumah sakit udah kami persiapkan sebelum week 37, supaya klo ternyata lahirnya di week 37 udah siap pergi ke rumah sakit. Barang barang apa saja yang perlu dibawa ada dikasih tau di buku petunjuk rumah sakit. Selain itu juga mereka ngasih tau barang apa saja yang akan disediakan dari rumah sakit, jadi tidak semuanya perlu kita bawa.

Untuk Tama byouin, semua perlengkapan bayi disediakan dari rumah sakit, jadi yang perlu dibawa adalah perlengkapan ibu, dan perlengkapan bayi ketika keluar rumah sakit. Barang yang perlu dibawa adalah:

  1. Kartu berobat, hoken, boshitecho, hanko, uang deposit 5man, uang untuk keperluan lain lain, alat tulis dkk.
  2. Pajama panjang yang kancing depan, untuk melahirkan.
  3. Stagen, atau bahasa jepangnya jutsugoyou haraobi (術後用腹帯). Di tama byouin basement ada yang jual, atau klo beli di luar, bisa juga produk sejenis seperti sofutobirei (ソフトビレイ) atau wesutonippa (ウェストにッパー). Bawa minimal 2 biar bisa ganti.
  4. Makanan, minuman, sedotan. Air putih disuruh minum minimal 1 botol yang 2L sehari (dan airnya beli sendiri di konbini, gak disediain RS, haha)
  5. Perlengkapan ibu selama di RS: Pajama menyusui (bagusnya yg kancing depan), pakaian dalam, handuk, alat mandi, tisu, earphone klo mau nonton tv, sandal, obat obatan klo ada.
  6. Perlengkapan bayi: sapu tangan gauze (ガーゼハンカチ), baby lotion yg milky type, sama baju untuk pulang dari RS ke rumah.
  7. Lain lain yg gak disuruh bawa tapi perlu: Jam meja buat timer bayi menyusui, karena untuk bayi baru lahir perlu diatur jadwal dan durasinya.

 

The Main Event: Melahirkan

Melahirkan (bahasa jepangnya ada 2: shussan 出産 atau bunben 分娩) adalah proses yang kami tunggu2 dan harap2 cemas menghadapinya. Selain karena ini pertama kali, tidak ada keluarga juga yang datang ke jepang jadi semua perasaan campur aduk. Impian semua calon ibu sepertinya sama, bisa melahirkan dengan lancar, normal, serta keamanan jiwa untuk ibu dan bayi. Namun tidak semuanya itu ideal, setiap orang akan menghadapi ujian dan kondisinya masing2, jadi kita harus selalu siap dengan segala hal yang akan terjadi.

Istri saya melahirkannya melebihi waktu perkiraan lahir. Diperkirakan lahir 30 Mei tapi sampai awal Juni tak kunjung muncul tanda2nya. Periksa rutin terakhir dokter di week 39 dibilang bahwa udah tinggal menunggu saja, dan klo sampai week 41 gak keluar juga maka kami harus segera masuk rumah sakit dan diinduksi. Jadwal masuk rumah sakit adalah 6 Juni pagi, 7 Juni di induksi sampai 8 Juni, klo gak ada tanda2 juga maka 9 Juni di sesar. Kami mengikuti aja saran dokternya yang terbaik. Intinya sudah tidak ada kontrol rutin lagi dan datang selanjutnya adalah ketika melahirkan atau jadwal induksi tersebut.

Namun takdir berkata lain, kamis malam jam 11an, istri saya ragu kok ada keluar air tapi gak ada perasaan kencing. Airnya sedikit jumlahnya. Wah, ini adalah salah satu pertanda air ketuban pecah, namun kami sama2 ragu apa benar pecah atau tidak. Tapi karena susternya pernah bilang bahwa tanda pecah ketuban itu memang tidak bisa dipastikan, maka silahkan telpon saja dan datang supaya diperiksa. Akhirnya saya telpon taxi dan rumah sakit. Persiapan sudah oke, dan kami berangkat ke rumah sakit. Tiba di rumah sakit masuk lewat pintu emergency, melapor satpam, kemudian ke receptionist emergency. Setelah itu disuruh ke lantai 3 tempat melahirkan. Disana dicek apakah memang betul pecah ketuban atau enggak oleh susternya dan ternyata memang betul pecah ketuban. Akhirnya masuk ke labor room dan istri saya disuruh tidur disana. Saya juga boleh menemani dan duduk di kursi di samping. Istri dipasang berbagai sensor di perutnya untuk mendeteksi denyut bayi, mirip alat cek NST. Setelah selesai memasang, maka hanya tinggal menunggu saja. Ditunggu sampai bukaan maksimal baru masuk ke ruang delivery. Sambil menunggu kita boleh makan, minum, atau tidur juga gpp. Karena itu tengah malam, akhirnya saya dan istri memutuskan untuk tidur saja sebentar supaya ada tenaga. Dan saya pun tidur di lantai, untung bawa sejadah jadi pake alas sejadah, hehe..

Sekitar subuh saya bangun untuk shalat, istri juga bangun dan mungkin gak bisa tidur karena udh deg2an juga. Sambil menunggu kita makan snack dan minum. Tidak sabar menanti kehadiran buah hati. Pagi suster dan dokter datang untuk mengecek, ternyata bukaan pintu rahim masih sangat kecil. Baru 1-2 cm. lalu dokternya bilang, karena ini sudah pecah ketuban, maka harus di induksi. Akhirnya saya dan istri setuju kemudian di induksi. Dosis pertama diberikan sedikit dulu. Lumayan ada efeknya tapi masih kecil banget. Istri saya mulai terasa sakit kontraksi, tapi bukaan masih sekitar 2-3 cm. setelah 2 jam, dosis ditingkatkan. Bacaan sensor juga menunjukan pola kontraksi sudah normal, tapi bukaan pun masih belum maksimal, hanya sekitar 3-4 cm. Dosis ini dibiarkan sekitar 2 jam juga. karena ternyata bukaan tak kunjung maksimal, dosis sudah ditingkatkan, dan air ketuban sudah mau habis, maka dokter mengatakan klo tidak mungkin lagi menunggu normal, harus di sesar. Setelah itu dosis induksi kalau tidak salah diturunkan lagi, kemudian dikosongkan. Setelah tidak dalam pengaruh induksi dan air ketuban sudah habis total tapi kondisi bayi masih sehat, maka istri saya disuruh puasa sekitar 3 jam sebelum operasi sesar dan tidak boleh minum air. (disini saya jadi teringat manfaat berpuasa, yang bahkan minum air pun tidak boleh, supaya benar2 dibersihkan dulu seluruh pencernaan kita). Istri saya pun ikhlas harus menjalani sesar demi keselamatan buah hati kami juga.

Sekitar jam 3 istri bersiap2 masuk ruang operasi, memakai baju ganti, dan jilbab harus dilepas dan diganti penutup kepala khusus ruang operasi. Saya disuruh menunggu diluar dan dikasih HP internal rumah sakit, katanya nanti klo sudah selesai bakal ditelpon. Hapenya model flipflop, bukan smartphone, dan bahasa jepang jadi gak bisa saya maenin juga,hehe.. Akhirnya saya menunggu diruang tunggu sambil berdoa supaya baik baik saja. Kebetulan ada dokumen2 rumah sakit juga jadi saya bisa sambil baca2 sedikit belajar kanji. Shalat asar di ruang tunggu. Dan gak lama kemudian di telpon ama susternya dan dibilang selamat bayinya sudah lahir dengan sehat. Saya dipersilahkan masuk dan menunggu di ruang tunggu dalam dekat kamar menginap. Trus entah kenapa nunggunya agak lama, sekitar 30 menit kayaknya..

Tidak lama kemudian, sang suster datang membawa bayi kami di kotak plastik-kaca gitu, dibawahnya dilapisi alas dan handuk jadi seperti kasur. Kotaknya pun sedikit miring jadi bayinya tidurnya tidak datar tapi sedikit diatas kepalanya. Tanpa bantal. Kotak tersebut bawahnya tersambung dengan link bar setinggi sekitar 1 meter dan ada rodanya. Didalam kotak itu ada sensor untuk mendeteksi kadar O2 dan denyut jantung bayi dan terhubung wireless ke pusat monitor susternya. Dan tentunya di dalam kotak itu ada bayi kami yang super lucu, matanya merem, tangannya masih keriput, dan nangisnya itu kenceng banget. Waaaaaaaa… saya tidak bisa berkata apa apa, lucu banget, inilah anak kami.. mungil, fragile, nangisnya kenceng.. susternya bilang selamat ya, trus ngomong macem2, tapi saya gak inget dia ngomong apa, kayaknya saya gak merhatiin dech, haha.. saya ngomong iya iya aja.. saya cuma ingat, klo di sensor ini kadar oksigennya sampai dibawah 90 (% klo gak salah), hubungi susternya.. kemudian susternya pergi. Saya cuma bisa nyolek2 bayi saya, foto2, dan memandanginya.. belum berani menggendong karena belum diajarin (dan terlihat sangat fragile).

Setelah beberapa lama susternya datang lagi, kemudian bilang istri saya sudah bisa ditemui di kamar menginapnya, dan bayinya juga disuruh dibawa, kemudian dilakukan kangoroo care. Kangoro care itu bayi diletakkan diatas dada ibunya, kemudian sang bayi akan berusaha mencari letak susu ibunya. Proses mencarinya gak ribet kok, namanya juga bayi blom bisa gerak, intinya kepalanya diltakkan dekat puting susu ibunya dan kemudian sang bayi mulai menyusui. Alhamdulillah istri saya sehat dan ASInya keluar dengan lancar. Kami hanya bisa bersyukur melihat anak kami begitu sehat dan lahap minum susu. Selesai minum susu, saya diajarin susternya cara gendongnya, cara memegang kepalanya. Setelah bisa menggendong, akhirnya saya bisa gendong2 dan bawa kemana2.. setelah semua urusan beres dan susternya bilang sudah aman, sudah boleh istirahat dan bebas, maka saya gendong dan azankan bayi kami. Pelan pelan saja, gak mungkin juga teriak2 di kupingnya kan.. kemudian iqamat di telinga satu lagi. Setelah itu saya tidurkan di kotaknya lagi. Saya meyakini bahwa mengazankan bayi bukanlah hal yang wajib, hanya anjuran saja, jadi tidak perlu kita buru2 setelah lahir segera diazankan, kapan saja bisa.

Tak terasa, segala sesuatu berjalan begitu cepat. Hari ini pukul 15:55, Jum’at 3 Juni 2016, putri kami yang diberi nama Megumi Tsabisa A., berat 2,9 kg panjang 46 cm, lahir dengan selamat di Tama Byouin, Kawasaki. Saatnya membuka lembaran hidup baru, dengan berbagai tantangan dan harapan kedepannya.

IMG_4500

 

Panduan Merawat Bayi Pasca Melahirkan

Setelah melahirkan, pihak rumah sakit mengajarkan berbagai macam hal, mulai dari cara memandikan bayi, cara merawat, decoding the baby cry, dan berbagai hal lainnya terkait kesehatan bayi. Luar biasa memang pelayanan RS di jepang, mereka memang seolah2 menyiapkan kita supaya siap merawat bayi ketika keluar dari rumah sakit. Selain itu juga ada layanan kunjungan oleh kesehatan masyarakat dari kuyakusho, jadi mereka bisa datang ke rumah dan menjelaskan berbagai hal juga sambil melihat lingkungan tempat bayi tinggal. Untuk dokumen yang perlu diurus pasca melahirkan akan dijelaskan di part 3, di bagian ini saya jelaskan hal2 yang diajarkan oleh pihak rumah sakit.

Pertama diajarkan cara menggendong. Yang terpenting pertama adalah pegang bagian kepalanya yang bagian belakang telinga dan leher. Ini penting supaya kepala tidak terjungkal ketika diangkat. Kemudian bisa angkat bagian pantatnya, jadi pegangan ada dua yaitu kepala dan pantat. Setelah terbiasa, nanti cara gendongnya udah terserah kita aja, haha.. Menggendong ini penting karena bayi juga bosen tidur terus. Ketika bayi tumbuh besar, maka berat bayi akan bertambah dan cara menggendong bayi akan menjadi olah raga tersendiri buat kita.

Kedua diajarkan cara menyusui. Bayi yang baru lahir sampai 1-2 bulan sebaiknya dibuat teratur menyusuinya, walaupun nanti bayi akan punya keinginan sendiri kapan mau nyusu kapan mau tidur. Bayi harus disusui paling lama tiap 3 jam. Durasi sekali menyusui sekitar 10-20 menit. Setelah menyusui, bayi jangan langsung ditidurkan karena nanti bisa tersedak, jadi harus di burping terlebih dahulu. Cara burping ada beberapa macam, tapi yang paling baik adalah bayi digendong vertical ke dada dan pundak kita, kemudian kita sambil tepuk2 perlahan punggungnya. Setelah bayi sendawa, maka bayi sudah boleh ditidurkan. Kalua belum sendawa terus kita tidurkan, ada kemungkinan bayi mengeluarkan gumoh, bekas asi, seperti keluar iler banyak dari mulut tapi gak muntah. Dan biasanya bayi gak nyaman klo belum sendawa. Selain itu ada kemungkinan juga bayi cekukan/hiccup. Cara menghilangkannya gak diajarkan, Cuma katanya itu wajar wajar aja kok. Paling kita gendong2 sambil tepuk2 aja biar hilang, atau klo masih mau nyusu bisa dikasih lagi.

Ketiga diajarkan cara mengganti popok. Popok jepang biasanya bagian luarnya ada indicator garisnya. Klo garis yang awal warnanya kuning kena pipis/beol, maka garis itu berubah warna jadi hijau. Jadi kita bisa melihat apakah bayi pup atau enggak dari luar popoknya. Ketika mengganti, pegang kedua kakinya dan angkat keatas perut supaya pantatnya keliatan jelas dan bisa kita bersihkan. Semprotkan pantat bayi dengan air pakai spray, kemudian baru lap dengan tisu basah / wipes bayi yang tidak mengandung alcohol. Cara membersihkannya pertama di bagian kelamin dulu, trus jangan balik lagi tapi dioles dari atas ke bawah pantat. Jadi bagian kelamin tidak kotor kena pup.

Keempat diajarkan cara memandikan bayi. Bayi mandi menggunakan air hangat kira2 suhu 37-39 derajat. Jangan terlalu panas jangan juga dingin. Bak mandi digunakan untuk membershikan badan sampai kaki, dan gunakan bak/ember terpisah untuk membersihkan kepala. Pastikan ketika memandikan, salah satu tangan kita digunakan untuk selalu memegang kepala bagian belakang telinga dan leher, dan satu tangan lagi bisa digunakan untuk menggosok badan bayi. Ketika memandikan, bagian atas terlebih dahulu terus ke bawah, mulai dari kepala lalu terakhir pantat yg bagian paling kotor. Terakhir seluruh badan bayi di bilas menggunakan air yang di ember untuk kepala, karena air tersebut paling bersih dan tidak ada bekas kotoran badan.

Kelima dijelaskan tentang kesehatan bayi. Secara umum suhu badan normal bayi adalah 36.5 – 37.5 derajat celcius. Apabila melebihi 38 derajat, sebaiknya dibawa ke dokter. Mereka gak nyebut sich gimana klo dibawah 36, tapi kayaknya klo badan terlalu dingin juga gak bagus dan sebaiknya dibawa ke dokter. Selain itu apabila ada tanda tanda lain yang kurang sehat, muntah (bukan gumoh), yellow skin, atau tidak mau menyusui sebaiknya dibawa ke dokter. Apabila pup bayi berwarna hitam, merah, putih, diare, maka periksa juga ke dokter dan dibawa bekas popoknya itu. Tanda bayi sehat dan berkomunikasi adalah melalui tangisan. Apabila bayi menangis, maka kemungkinannya adalah: mau nyusu, pup atau kencing, bosan tidur terus minta digendong, ngantuk mau tidur, ruangan terlalu panas atau dingin, atau bisa juga bayi nangis karena pengen aja jadi klo gitu digendong, diayun2, diajak ngobrol, dll. Kalo bayi menangis terus padahal kita sudah mencoba semua kombinasi decoding tangisan bayi, maka sebaiknya konsultasikan ke dokter juga.

Keenam dijelaskan tentang pemeriksaan bayi setelah usia satu bulan (ikkagetsu kenshin一ヶ月検診). Di jepang ini bayi wajib diperiksa ke dokter setelah usia satu bulan. Pada intinya sich bayi ingin dilihat kesehatannya setelah tinggal satu bulan bersama kita, kebersihan bayinya, ada kelainan atau tidak, dll. Kemudian, bayi akan diberikan vitamin K2, jadi 1 jam sebelum periksa ke dokter bayi tidak boleh menyusui. Nanti biasanya bayi akan menangis karena kelaparan, tapi kita harus tega dan membiarkan menangis, justru ketika seperti itu bayi jadi lahap ketika dikasih vitamin K2. Selain itu, kalau bayi disusuin dalam rentang 1 jam sebelum dan 30 menit setelah dikasih vitamin, ada kemungkinan muntah jadi gak bagus.

Terakhir dijelaskan macam macam seperti vaksinasi, dll. Tapi nampaknya kita coba bahas di tulisan terpisah saja selanjutnya terkait merawat bayi. Oh iya, ketika datang kunjungan dari kuyakusho, kita juga dapat buku panduan macam macam, tapi yang tidak kalah penting adalah dikasih lagi kupon diskon belle maison 2000yen, buku panduan bermain dengan bayi, dan buku gambar anak. Adapun terkait kebutuhan/perlengkapan bayi yang diperlukan di rumah sudah dibuat tulisannya oleh istri saya disini.

 

Summary

Begitulah kurang lebih pengalaman kami menjelang dan ketika melahirkan. Tahap selanjutnya adalah merawat bayi sebaik mungkin dan periksa ke dokter apabila sakit. Seluruh biaya berobat untuk bayi adalah gratis asalkan kita urus iryosho, kartu kesehatan bayi, yang akan saya bahas di part 3. Untuk pengalaman awal kehamilan dapat dilihat di part 1.

In conclusion, delivery probably is an anxious, stressed, yet exciting experience for the family. Approaching the delivery, there are several things need to be prepared when you decided to deliver your baby in Japan:

  1. Apply for Delivery lumpsum from kuyakusho.
    Usually we don’t need to apply for this because we can automatically get this lumpsum if we already register our pregnancy and got the boshitecho from kuyakusho. At the time of admission on the hospital, they will give us a consent form to let the hospital retrieve the money directly from kuyakusho.
  1. Premama orientation is an explanation from the hospital to the soon-to-be parents about the delivery process and baby life. They also explained the detail about the sign of approaching delivery and how to strive on the delivery process.
  2. The sign of delivery can be divided into 5 indication:
    1. Contraction, with interval every 10 minutes, or in one hour there are 6 times or more contraction
    2. Water breaking or membrane rupture, the placental water is leaking without the feeling of urination. Even if you feel doubt whether the water is breaking or not, just contact the hospital and go there to confirm your condition.
    3. If you have a bleeding with a fresh blood discharge or large volume of blood is flowing. This condition is considered as irregular/abnormal condition.
    4. A very strong pain on the stomach or other part of your body.
    5. You have a dizziness, headache, vertigo, or eyes flickering which is very disturbing.
      If you have all the condition above, contact the hospital and go there directly. In addition, if there is no fetus movement for more than 1 hour, you need to go to the hospital as soon as possible.
  1. Things to bring to the hospital for the delivery mostly is the clothes for the mother while staying in the hospital, clothes for delivery, and waist nipper for the belly after the delivery. All the baby items are provided by the hospital. In addition, bring one clothes for the baby when go home from the hospital.
  2. About the delivery process, pray and enjoy it.
  3. After the delivery, the nurse will explain many things about the baby’s life. They will explain about how to carry your baby, about breastfeeding, change the diaper, baby’s bath, baby’s health, etc.

Next, the documents that need to be handle after the delivery will be explained in part 3. as for the experience in early stage of pregnancy had been described in part 1.

 

To be continue..

 

Author: ashlih

electrical engineering ITB no gakusei desu

12 thoughts on “Pengalaman Melahirkan di Jepang (Part 2)

  1. Pingback: Pengalaman Melahirkan di Jepang (Part 1) | Ash

  2. Pingback: Pengalaman Melahirkan di Jepang (Part 3) | Ash

  3. Senang bacanya. Serasa ngejalanin prosesnya juga. Barakallah Ashlih dan istri. Ternyata pas line-an dulu tea baru ngelahirin istrinya 🙂 sehat selaluuu 🙂

  4. Permisi mbak, mau tanya. Apakah kira2 pada kehamilan 5 bulan mbak diminta mengisi asuransi jika sekiranya bayi yg dilahirkan mengalami disabilitas? Soalnya di kota ube, perfektur Yamaguchi diminta seperti itu utk semua calon ibu. terima kasih sebelumnya

  5. Pingback: Pregnancy in Japan – H&D's Marriage Life

  6. Terima kasih sudah berbagi pengalaman nya, dari narasi tersebut saya mendapat informasi yang lengkap dan mendapatkan bayangan untuk memutuskan melahirkan di Indonesia atau di Japan.. hehe..

  7. Selamat malam mas.
    Sangat membantu sekali.
    Mas itu kok link untuk download contoh tlpn ke rumah sakit nggak bisa di klik ya(link error)
    Bisa kasih link baru mas?
    Maksih.

  8. Pingback: Pregnancy in Japan – Ria Ayu Pramudita

  9. jazaakumullaahukhoir penjelasannya mas

Leave a comment